Air Terjun Ai Puti

Air Terjun Ai Puti di Sumbawa

Selepas dari Air Terjun Ai Beling, Farhan Syadli bersama kak Endang, waktu itu menantangku untuk melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Ai Puti. Katanya, air terjun Ai Puti tak kalah megah dari Ai Beling. Hanya saja, menuju ke sana, lebih butuh perjuangan. Perjalanan harus ditempuh dalam waktu minimal 2 jam, menembus hutan rimba.

“Ini akan jadi kenangan terakhirmu di Sumbawa, Pring…” ujar Kak Endang.

Tentu saja, memikirkan aku akan segera pergi dari Sumbawa dan entah apakah bisa kembali lagi atau tidak (hingga sekarang sudah hampir 6 tahun berlalu pun belum kembali), aku menerima tantangan tersebut.

Baca Juga: Seri Air Terjun di Sumbawa
- Air Terjun Ai Nyember
- Air Terjun Teba Tewa
- Air Terjun Ai Beling
- Air Terjun Agal dan Sebra

Air terjun Ai Puti juga terletak di Dusun Kuang Amo. Patokannya kalau sampai di SD Kuang Amo, Pusat Dusun Kuang Amo tak jauh dari Ai Beling, hanya sekitar 10-15 menit. Ai Puti sendiri terletak jauh di dalam hutan. Dicek melalui GPS, bila berjalan lurus jarak dari Dusun ke Ai Puti, hanya 4,7 km. Namun, tak mungkin berjalan lurus di dalam hutan, bukan? Menurut Pak Kadus, jarak tempuh sekitar 2-3 jam berjalan kaki.

Kebetulan hari itu di perjalanan saya bertemu teman sekomunitas Adventurous Sumbawa yang juga bekerja di Dinas Pertambangan dan Energi. Dia bersama rombongannya akan menuju Ai Putih untuk mengukur debit air dan potensi KwH. Mereka bilang mau survei apakah layak pembangkit mikro untuk dibangun di sana. Dua setengah jam masuk hutan, kita akan menemukan Ai Putih.

Pusat Dusun Kuang Amo tak jauh dari Ai Beling, hanya sekitar 10-15 menit. Ai Puti sendiri terletak jauh di dalam hutan. Dicek melalui GPS, bila berjalan lurus jarak dari Dusun ke Ai Puti, hanya 4,7 km. Namun, tak mungkin berjalan lurus di dalam hutan, bukan? Menurut Pak Kadus, jarak tempuh sekitar 2-3 jam berjalan kaki.

Sebenarnya saya agak ragu karena membayangkan medannya adalah pendakian seperti menuju Mata Jitu di Pulau Moyo, atau ke padang di atas Danau Satonda di Pulau Satonda. Dua jam itu akan melelahkan. Tapi teman-teman meyakinkan bahwa saya bisa. Saya seringkali “diistimewakan” karena memang saya punya masalah dengan pernapasan.

Di awal, jalan sudah menanjak. Matahari mulai beranjak ke atas kepala. Butir peluh mulai membasahi seluruh tubuh. Namun semua lelah itu tak sebanding dengan perjalanan yang begitu unik.

Terbayang nggak sih perjalanannya? Selama kurang lebih 2,5 jam itu aku melewati hutan rimba, beralih ke hutan bambu, menyusuri sungai dengan sisi yang penuh bebatuan. Seru sekali.

Pokoknya mah jangan lupa bawa minum yang cukup ke sini. Kalau pun kurang, minum di aliran sungai yang jernih itu pun tak masalah.

Dinamakan Ai Puti karena aliran airnya berwarna seputih susu. Air terjun ini pun memang betul-betul megah karena bentuknya yang berundak-undak.

Bagi yang memiliki nyali lebih bisa mencoba menaiki air terjun ini lewat sisinya. Mungkin berbahaya ya kalau musim hujan karena air bisa datang kapan saja. Jadi, mending pas pancaroba biar nggak kering-kering amat juga.

Pada akhirnya memang, perjalanan ke air terjun Ai Puti menjadi kenangan yang sangat berharga. Sesampainya di air terjun, aku pun sempat berendam. Sementara itu Kak Endang memasak mi dan menggoreng ikan kecil.

Kami pun lalu makan bersama-sama, berbagi sedemikian rupa, sambil mencicipi tumbuhan-tumbuhan yang ternyata bisa dimakan juga (aku lupa namanya). Enam tahun berlalu, dan aku masih menjaga semua kenangan itu….

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

8 Comments

  1. Masih terngiang, untuk membangkitkan semangat teman2 yang selalu di PHP oleh gemercik air sungai yg tak jauh dari jalan setapak yg kita lalui, saya selalu meneriakkan kata “mata air su dekat kakaaaaaa” padahal itu masih jauh banget?

    1. Ayo dong Mbak Endang, hotelnya nerima endorse nggak? haha

  2. Punya masalah dengan pernapasan. Apa karena itu makanya jadi sering jalan ke air terjun? Serius nanya, nih. Soalnya aku juga bermasalah sama pernapasan 🙁

    1. Nggak sampai mikir ke sana sih, tapi aku memang punya asma
      just suka banget sama air terjun

  3. Paling seneng bgt ikut kegiatan yg menantang seperti itu. Sayangnya karena pandemi, jadi keterbatasan kegiatan untuk jelajah alam..

    1. Bukannya malah alam jelajah alam, ga ada siapasiapa

  4. Waduh ngeri banget lama perjalanan ke air terjunnya, sampai makan waktu 2,5 jam. Apalagi medannya yang melewati hutan rimba gitu, jadi agak ngeri juga sih.

  5. perjalanannya menuju lokasi lumayan banget ya kang. cukup menantang dan penuh adrenalin dan banyak lokasi ekstrem yang seru juga. tapi setelah sampai ke tujuan apakah semua lelah terbayarkan??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *