Pantai Cemara Sewu

Libur Natal Bersama Keluarga ke Tambak, Banyumas

Sudah direncanakan jauh-jauh hari, libur Natal kemarin, aku bersama keluarga pergi ke Tambak, Banyumas. Sedikit yang tahu, bahwa kampung leluhurku berada di sana. Setelah kakek dan nenekku meninggal, di sana masih ada bukde dan bulik, bersama banyak sepupu.

Entah benar atau tidak, menurut orang tuaku silsilahku sampai ke Singa Ndanu, yang lebih dikenal sebagai Syekh Nurur Rohman.

Pringadi Abdi Surya bin Supartijo bin Durobasti bin Singa Wijaya bin Syekh Nurur Rohman (Singandanu).

Karena aku tidak pandai menyetir, aku meminta bantuan adik iparku yang kerja di Bogor. Awalnya kupikir, kami akan berangkat malam hari (Senin malam). Namun, adikku bilang ia lebih nyaman berangkat subuh karena masih ada pekerjaan sampai Senin sore.

Kami pikir ia akan datang malam harinya, istirahat di rumah dulu, ternyata tidak. Istriku jadi tidak mau berkemas, karena menunggu kepastiaan si Oom datang dulu. Dia meragukan si Oom akan datang subuh.

Ternyata, subuh Oom benar-benar datang. Kami masih keleyengan. Alhasil kami baru siap berangkat sekitar pukul 8.

Perjalanan ke Banyumas Dimulai

Dari rumah, awalnya kami sibuk berdebat, lewat tol mana yang terdekat. Tadinya mau tol Cinere, istri bilang tol Depok (Cijago), namun GMaps mengarahkan kami ke pintu tol Beji, jaraknya cuma sekitar 9 kilometer dari rumah. Di perjalanan kami melihat tol Sawangan sedang dalam pengerjaan, ah dekat sekali kalau sudah dibuka.

Karena kami sama-sama tidak tahu jalan, Google Maps jadi andalan. Awalnya si Oom lebih percaya lewat selatan. Keluar di Bandung, lewat Tasik. Namun, menurut GMaps, tol Cipali lancar. Ada beda hampir 2 jam perjalanan. Ia pun mengonfirmasi ke temennya yang di Cilacap. Benar saja, ia menganjurkan lewat Cipali keluar di Pejagan. Dalam kesempatan ini, aku pun jadi mencicipi jalan tol layang baru Jakarta Cikampek yang digembor-gemborkan sangat bergelombang itu.

Jalanan lancar di sepanjang tol. Sekitar jam 1 kami sudah keluar Pejagan. Namun sayangnya, jalanan setelah itu tidak begitu lancar. Selain hujan dan jalanan yang berkelak-kelok, banyak truk besar di jalan yang membuat kami tidak bisa memacu kendaraan lebih cepat. Alhasil, kami sampai di Tambak pukul 7 malam.

Sate Bebek dan Mendoan Khas Tambak

Sate Bebek Tambak

Kuliner apa yang paling khas di Tambak? Jawabannya adalah sate bebek dan mendoan. Sepanjang jalan di Tambak kamu bisa temukan banyak olahan bebek. Bukan hanya sate bebek sebenarnya, ada juga gulai bebek dan olahan bebek lainnya.

Awalnya karena kami tidak mau merepotkan, kami beli makan dulu di jalan. Ternyata sampai rumah Bulik (yang belum sampai rumah karena baru balik umroh di Jakarta), Om sudah menyiapkan sate bebek dan memasakkan burung dara buat kami semua.

Melihat makanan itu, tentu saja, aku melupakan dietku dan menyantap sate bebek satu demi satu plus satu burung dara yang dimasak seperti opor. Enak betul.

Apa sih bedanya mendoan Tambak, Banyumas? Sebenarnya mendoan itu bukan tempe tepung biasa. Tempenya itu khas betul, dan dimasak tidak matang. Mendoan itu artinya tidak matang. Favorit banget deh makan mendoan sambil ceplus cabe.

Jalan-jalan ke Pantai Menganti

Pantai Menganti

Aku sebelumnya sudah menulis perjalananku ke Pantai Menganti bakda lebaran Idulfitri lalu. Sayangnya, saat itu aku sendirian. Kali ini beda rasanya, karena jalan bareng istri dan anak-anak.


Baca: Inilah 7 Alasan Kenapa Harus ke Pantai Menganti di Kebumen


Pantai Menganti terletak di Kebumen. Dari Tambak, waktu tempuhnya sekitar 1 jam. Rute menantang ada setelah melewati Pantai Lo Gending. Naik-turun bukit dengan tikungan yang sangat tajam.

Si Oom kecapekan. Dia tidak ikut. Kami mengajak tetangga untuk mengantarkan kami. Niatnya berangkat pagi-pagi sekali. Namun hampir jam 9 kami baru berangkat.

Bakda Subuh, aku menyempatkan diri mengajak istri motoran ke Bukit Mahameru menuju Curug Cimawur di Watu Agung. Tidak sampai setengah jam dari rumah.

Di sana ada kejadian lucu, kami berusaha mencari mata air terjun yang lebih besar. Namun, medan yang kami hadapi adalah jalanan berbatu. Karena habis hujan, jadi licin sekali. Motor tidak sanggup menaikinya.

Akhirnya kami berusaha mendaki, namun saking terjalnya, terlalu banyak waktu yang kami habiskan sementara kami harus berangkat ke Menganti. Nah, pas turunnya, aku yang gemuk ini kesulitan turun karena licin sekali. Akhirnya, aku ngesot. Hehe.

Di Menganti, anak-anak tampak bahagia. Kami bermain air laut. Bagi anakku yang kedua, ini kali pertama dia melihat laut. Dia sumringah sekali. Kami menikmati ombak yang lembut karena tertahan batu karang, sehingga semacam ada kolam alami. Sayangnya, dasarnya banyak bebatuan sehingga kurang nyaman. Kami mencari kerang di sana. Seru sekali.

Setelah puas bermain air, ganti baju, kami mengantre mobil wisata untuk menuju Bukit Sigatel. Dari bukit Sigatel kita bisa melihat berbagai Panorama seperti Lembah Menguneng, Tanjung Karangbata, dan Jembatan Merah. Indah sekali, meski sudah panas dan melelahkan.Bukit Sigatel

Turun dari Bukit Sigatel, rencananya kami mau ke Jetis untuk makan siang, tetapi sudah terlalu siang. Akhirnya kami makan di Menganti.

Banyak yang kami pesan di antaranya Kakap, Ikan Ekor Kuning, Cumi, Udang, Lobster, Mendoan, dan tak lupa tumis kangkung. Semua itu habis tak bersisa.

Lupa difoto. Sudah habis.

Puas sekali bisa makan lobster di Menganti. Sekilonya sudah dimasak berharga Rp160.000. Aku beli setengah kilo, isinya 5. Itu artinya per lobster beratnya tidak mencapai 200 gr seperti aturan. Kalau ketahuan Bu Susi bisa gawat. Ditenggelamkan!

Menikmati Ombak di Pantai Cemara Sewu

Pantai Cemara Sewu Hari kedua, kami ke Pantai Cemara Sewu di Cilacap. Kali ini Omku dan si Oom ikutan. Omku sempat bercanda sekarang nama pantainya adalah Pantai Cemara Satus. Karena cemaranya sudah banyak ditebang, tinggal dikit. Nggak sampai seribu.

Pantai Cemara Sewu ini memiliki garis pantai yang begitu panjang. Pasirnya hitam. Ombaknya menawan (baca; besar). Karena itu, kita harus berhati-hati dengan ombak. Terlebih, ombak di pantai ini datang dari dua arah. Seretannya saat kembali ke lautan sangat kencang.

Gianna (anakku yang kecil) sempat ketakutan karena awalnya dia terdorong oleh ombak sehingga menyingkir jauh-jauh dari air. Ibunya yang ladas pengen lihat pantai sudah sejak lama mulai mengenalkan ombak pada Gianna hingga akhirnya dia tampak bahagia bermain bersama ombak.

Kalau yang tua, jangan ditanya. Dia mah nggak ada takutnya. Puas sekali bermain air ke sana kemari sehingga kita yang mengawasinya yang nggak boleh lengah sedikit pun.

Ada alasan lain kami ke Cemara Sewu, yaitu pengen naik kuda. Hanna dan Gianna pun merasakan naik kuda di sepanjang pantai. Tarifnya 25 ribu saja.  Dan setelah itu, kami ke Jetis buat makan siang (ini akan jadi tulisan tersendiri).

Yang bikin aku bahagia adalah, mereka semua tampak sangat bahagia.

Pulang Mendadak dan Mencekam

Setelah dari Cemara Sewu, ibunya anak-anak pengen pulang, karena agenda kami sudah nggak ada lagi. Awalnya, ada rencana ke Jogja, atau nunggu Eyang (orangtuaku) nyusul. Tapi nggak jadi.

Kami pun bersiap-siap, setelah makan malam, kami pulang ke Bogor.

Namun, jalan malam beda dong dengan jalan siang/sore. Yang kami andalkan cuma Gmaps, dan aplikasi itu menunjukkan rute yang katanya lebih cepat dan dekat.

Hujan mulai mengguyur. Deras. Dan makin deras.

Jalan menanjak. Dan makin menanjak dengan sudut elevasi tak kira-kira. Berkelak-kelok pula.

Untungnya di depan kami ada mobil lain (yang tampaknya juga korban Gmaps). Kami mengira-ngira jalan (yang semakin buram) berdasarkan mobil tersebut.

Entah di mana, kami lewat Purbalingga, lalu menemukan jalan raya Slawi yang sepi sekali. Hujan begitu deras, dan beruntung kami tidak kecelakaan karena sesaat sebelum menghajar jalanan yang dipenuhi tanah berlumpur, aku berteriak ke adikku yang tengah melaju kencang. Awas! Dia pun sempat mengerem sebelumnya sehingga mobil tidak begitu tergelincir. Andai, masih sama dengan kecepatan semula, mobil bisa-bisa terpelanting. Licin sekali.

Ada satu kejadian lucu. Di samping jalan ada pohon besar sekali. Dari kejauhan, aku bisa melihat objek berwarna putih bergantung di sana. Seram, karena hampir tengah malam. Kupasati objek itu, penasaran juga. Begitu dekat, ternyata itu sebuah karung. Iseng banget sih yang menaruh karung di sana,

Singkat cerita, baru kusadari belakangan, bahwa ada yang aneh dengan Google Maps. Aku yakin sekali mengetik Tol Pejagan di Tujuan, namun yang muncul adalah Tol Brebes Timur… tapi akhirnya kami sampai dini hari di Tol Tegal. Aneh nggak?

Dari tol Tegal ke Pejagan ada jarak 30-an kilometer.

Di sini tantangan lain terjadi, si Oom tampak sudah mengantuk sekali. Puncaknya terjadi di jalan tol layang Jakarta Cikampek. Sampai-sampai ia harus makan cabai untuk menghilangkan rasa kantuknya. Aku yang menjadi pendampingnya, sudah berulang-ulang juga mengalami microsleeping. Wkwk.

Untunglah kami bisa selamat sampai Bogor setengah 7 pagi. Perjalanan ke sana sungguh mengesankan. Pelajarannya mungkin, nggak berani-berani lagi deh kalau cuma satu orang yang bisa nyopir. Harus gantian.

 

(2020)

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

17 Comments

  1. Liburan yang menyenangkan Mas. Apalagi bisa main di pantai dan bukit. Kalau habis liburan ke alam, pikiran tuh kayak kebuka lebar banget, seger lagi.

    Duh, masih dijaga Allah, Mas, nggak kejadian hal yang mengerikan. Alhamdulillah sampai di rumah dengan selamat.

  2. seru perjalanannya, eh kok nggak ada foto pas ngesot nya ya hehehe….

    baru tahu soal sate bebek ini, di sana emang banyak peternak bebek ya, Mas?

  3. wah serunya. kapan2 share dong mas, mengatur anggaran liburan, biar yang mau ke sana ada bayangan

  4. Lucu ya kak.. udah siap2 dengan yang tidak-tidak eh taunya cuma karung.. hehe..
    Btw pantainya bagus plus masih sepi jadi berasa kayak milik sendiri

  5. Senangnya liburan bersama keluarga. Ke mana pun tempat yang dituju, selama bersama akan selalu terasa menyenangkan Selamat liburan dan selamat tahun baru mas.

  6. Seru sekali liburannya ya kak, bersama orang2 tercinta panorama alamnya banyumas bagus ya, ..wah untung yang putih itu bukan kunti ya wkwk, serem sekali perjalanan pulangnya kak,alhamdulillah selamat sampai bogor ya kak. Kak sepanjang itukah namanya ? muat ya di akte kelahiran wkwk.

  7. Pemandangan di tempat tersebut apa sebagus itu sih? Atau hanya hasil permak kamera.

    Bagus dan indah banget

  8. 1. Fotonya bagus-bagus.
    2. Pantainya asik buat wisata keluarga ni, sepertinya ngga crowded2 amat.
    3. Makanannya menggoda banget. hahahhaa.

  9. Wah…aku deg-degan pas baca perjalanan pulang. Yang hujan deras, ada yang gelantungan di pohon, dan nyupir ngantuk…
    Kaaan…gimana engga deg-degan…
    Alhamdulillah selamat.

  10. Wah indah banget ya pantainya, masih bersih banget, semoga aja tetap dirawat dengan benar biar kebersihan nya tetap terjaga.

  11. Iya,, bagusnya juga bisa banyak yg nyetir y mba..aku juga pingin belajar ini

  12. Ya Allah…. langsung pengen banget ke sana. Jadi istrinya orang Banyumas 17 tahun ga pernah diajak mantai kalau ke sana. Saya baca di samping suami sambil tanya-tanya dan dijawab lempeng. Huhuhu.
    Gemes aku tu… dan cemburu dengan pengalaman seru kalian.

  13. Baru tahu ini…Mendoan itu artinya tidak matang. 

    Dan memang kalau jalan jauh siang mengandalkan gmaps masih ok..kalau malam..saya kurang berani. . Secara nyetir malam juga lewat cipali trek lurus..bikin mata lelah.. dan daripada resiko tinggi kalau saya milih melipir minggir atau reschedule… kecuali 2-3 sopir..bisa gantian…

    Dan memang kalau kondisi capek… siluet, barang tergantung..bisa menimbulkan persepsi macem2 mas…

    Untungnya bisa kembali tiba dirumah dengan selamat ya…

  14. Seru perjalanannya mas
    Selalu menyenangkan membaca cerita liburan keluarga, terasa hangat sekali di hati
    Aku baru tau di Banyumas banyak tempat kece juga ya

  15. Oh…. baru tau saya kalau mendoan itu artinya belum matang, pantes ya rasa tempenya itu beda dengan tempe tepung biasa. Aduh itu ngiler banget sama burung daranya, jadi pengen ikut nyicipin. Aku jarang banget makan makanan olahan burung 🙁

  16. Pantai Tambak Banyumas bagus ya. Tapi saya kaget dengan harga lobster yang cukup murah. Biasanya diatas 160 ribu.

  17. Sate bebek dan lobsternya kelihatannya enak sekali, seru sekali liburannya hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *