Puisi Yuyun Yuliana

DEMI MASA

Demi masa teramat jahannam ialah malam
jalanan-jalanan yang kerap disambangi;
gelora-gelora dusta yang ternista,
pula tetesan peluh yang rusuh

Teramat bengis, mengiris tiap jalannya
mereka “menari” tanpa dosa
padahal luka berperih nanah kian menganga

Musabab patah serupa dendam, 
bukankah utang sepatutnya dibayar tuntas
teriakan-teriakan yang kian mencerca
tak lagi dihirau dan sebatas desauan

Di kemudian mereka serupa:
;bergeliat terlilit wabah lapar
;menggelepar pesta minum semalam

Berakhir bagaimana, hai, Tuan, hai, Puan?
penguasa kami telah fakir
tak ada sekeping uang, hanya seonggak tubuh yang ditinggalkan

Perihal setumpuk utang, ah, bagaimanapun memang biadab. 

Nganjuk, 10 Mei 2022

Baca Juga: Puisi Ananda Saiful Bahri

HADIAH DARI TU(H)AN

Ialah suara-suara di tengah kegelapan
yang terus mencerca, bukan?
berdiri di antara tinggi-tinggi papan reklame
berteriak perihal kebenaran di antara malam pasar gede

Ambu wangi bukan lagi kembang tubuh yang dinisankan
ah, ternyata uang-uang yang diselipkan
di pukul DUA:LIMA BELASan
memupuk coblosan kertas-kertas formalitas. 

Kemudian pada siang di bawah terik matahari
berjajak kaki-kaki para penerus negeri,
berorasi meminta penguasa berpikir tentang esok hari

Malam kembali mengelana
di jarum menunjuk DUA BELASAN
rentetan orang-orang tua meneguk sampai sempoyongan
dan bertanya,
“Esok Tu(h)an masih memberi minuman?” di antara kesadaran. 

Nganjuk, 13 Mei 2022

Baca Juga: Puisi Muhammad Asqalani Eneste


Yuyun Yuliana, kelahiran Juli 2003 di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Mulai aktif di dunia kepenulisan pada akhir tahun 2019. 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *