Puisi-puisi Muhammad Irsyad Hambali

Muhammad Irsyad Hambali lahir di Kediri, 11 Maret 2001 dan sekarang tinggal di Trenggalek. Tahun 2019, ia telah menyelesaikan jenjang pendidikan atas di MAN 2 Trenggalek. Hobi membaca, menulis, membuat puisi, cerpen dll. Ia pernah bergabung di QLC Trenggalek, QLC cabang Panggul, Studi Kerohanian Islam, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan COMPETER (Komunitas Pena Terbang). Kegiatannya sekarang bekerja sebagai internet marketing. Buku puisi antologinya sedang diproses penerbitan. Akun media sosial FB: Muhammad irsyad, IG: irsyad fraya.

Silakan kirimkan tulisanmu baik berupa puisi maupun cerpen ke Catatan Pringadi.


Hujan

Aku melihat hujan pagi ini duduk di depan beranda. Ia seperti anak kecil menangis yang ingin meminta air susu ibunya. Di matanya terkunci ribuan cahaya yang disekap dalam ruang waktu. Aku menyukai anak kecil itu. Ia sering bermain dalam mimpiku. Kadang ia bermain gundu, petak umpet dan tak jarang memungut guguran bunga tanjung.

Trenggalek, 2020


Mesiu

Lima puluh juta kali, mesiu diledakkan
Tanah lapang menjadi kandang ayam
Yang menyimpan misteri rumit
Dari Arkhan, setelah kugugurkan daun telingaku
ke telapak senandung lumpur
Kampung kami seperti permadani luas
Yang sempat pulas dipeluk air mata
Sekarang jadi kota istana
Mungkin Eropa
Atau foto yang disebut peta
Jadi
Mungkin anak-anak tak lagi main
Dulu mereka sering main dakon
Yang disiapkan depan laman rumah
Mungkin kau juga akan temukan
Bola-bola peluru bertebaran seperti kerikil
Yang dulu sengaja dimakan mentah saudaramu
Kini tulang rusukku pisah tak minta pulang
Karena mesiu yang berkarat
Yang tak mampu mengangkat diriku
Konon menurut para Sepuh,
Dulu dalam gua pernah ditemukan mayat
Tubuhnya terpecah empat bagian
Dan kemudian dibuang dalam sumur
Sekarang sumur itu kampung hantu
Milik orang tuaku dulu

Trenggalek, 2020


Aku Ikut

Aku ikut!
Teriak pemuda yatim
Kepada kakeknya yang bertolak
Dari Konang ke Kenang
Akan kuhitung jarak
Langkah
Detik
Akan kuhitung segala di mata

Trenggalek, 2020


Salju

10.33
Kota-kota beku
Jalan-jalan putih abu
dan tangan mendekap punggung ibu

10.57
Musim salju
Aku makan sagu
Sebab, sisa makanan semalam
Perutku dingin berisi ingin

11.00
Kota tambah beku
Sayup-sayup salju turun
Mewarnai gambar jalan

Trenggalek, 2020


 

 

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *