Hai, kali ini puisi Mauliya Nandra Arif Fani menyapa pembaca puisi di Catatan Pringadi. Puisi Mauliya Nandra Arif Fani ini banyak menggunakan imaji alam lalu mengaitkannya dengan perasaan yang ia alami. Ingin tulisanmu dimuat di web ini? Yuk, kirim tulisanmu.
Baca Juga:
Laut dan Pantai
Di kering sungai
Ada gelombang melengkung
Berhias serupa bintang timur
Di antara hijau yang emas
Pertanda bertemu laut dan pantai
Bersama senja dengan segala riuh ombaknya
Ketika air wangi mengguyur rambut
Lengkap dengan kenanga dan tujuh melati
Ubun-ubunnya bergetar
Tanda bersih dan kesucian cinta
Dan merembes dua mata air
Dari dua bapak ibu
Telur yang bersama dipecah
Dibasuh kakinya oleh bidadari
Satu amanah besar ditanggungnya
Ia tak ubahnya sebutir embun di dedaunan rindu
Yang ditadah dengan jemari lembut
Yang dengannya seluruh pedih akan terusap
Oleh sepanjang kasih dan cinta
Banjarnegara, 13 November 2019
Malam Bulan Sabit
Malam ini aku merasa
Bulan sabit telah terbit
Di bibirku
Larut menjaga, udara menyepi
Bintang bertambah aura terangnya
Bunga di mimpiku beraneka warna
Menghibur waktu di setiap porosnya
Menghitung detik yang berputar
Di sekeliling angka usia
Sepanjang desahan nafas
Secepat dentuman nadi
Bersama nada yang manja
Di antara retakan kayu ranjang
Bulan sabiktu bertambah tinggi
Menguasai kursi-kursi
Di atas langit
Mencahayai bayangan tidurmu
Lelap, di atas tidurku
Purwokerto, 7 April 2020
Malam Seruan Merdu
Mega kelabu di penghujung segala sendu
Malam hitam kian memekat
Mengantar aku pada terpaku
Tidak berhenti bergetar dada ini
Menyambut alunan merdu seruan ayat-ayat-Nya
yang menembus awan biru
dan kabut gelap dalam kalbu
nadanya mengisyaratkan
iman dalam angan
dan seekor kunang-kunang
penerang langit-langit kelam
mengepakkan sayap-sayap salam
sampai ke dalam sukma
Purwokerto, 5 November 2018
Memulai Biduk
Langkah kecil
Di muara sungai
Berpesankan pada gelombang
Aku ingin menelannnya
di puncak Pulau Jawa
pada waktu yang menyegarkan
hati dan paru yang sesak
Bersama nafasmu kasih
Yang tiap hembusnya
Melagukan nada untukku
Teramat nyaman pundakmu
Untuk berdiri di tanah sendiri
Dimulainya aku mengayuh biduk
Dan meraba-raba tanah wangimu
Kelak kukembali
Bertolak gemerlap malam
Pelabuhan yang kaya manusia
Di kehausan manisnya madu rumah
Purwokerto, 27 Noveber 2019
Menunggu Pertemuan
Tepat malam, aku menembus sunyi
Menyala lilin bagai teman tugasku
Berlembar deadline dan setumpuk hapalan
Sesekali dikejutkan aku
Oleh indah wajahmu
Pada cangkir di kopi hangatku
Lalu aku melupakan kopi
Seperti orang Yunani
Yang terkagum-kagum
Akan lingkaran di atas air danaunya
Dan lupa pada langit
Yang mengalirinya
Aku melihatmu,
Di sekelilingnya pohon-pohon lampu
Beratapkan gedung yang menjulang langit
Pada malam biru
Sementara aku ada pada desa pegunungan
Yang segala tower terhalang
Oleh lembah dan ngarai
Maka aku bertanya-tanya,
Di mana sapaanmu seharian?
Sedang aku enggan berbagi dulu
Purwokerto, 27 Desember 2019
Biodata Penyair
Mauliya Nandra Arif Fani, berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekarang menempuh pendidikan S1 di IAIN Purwokerto, Pendidikan Agama Islam. Ia aktivis di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Karyanya dimuat di simalaba.net, koran Kabar Madura, tembi.net (dibukukan dalam antologi berjudul Mata Air Hujan di Bulan Purnama), dan buku antologi puisi seperti 100 puisi terbaik Lomba Cipta Puisi ASEAN IAIN Purwokerto, Antologi Pilar Puisi 5 IAIN Purwokerto, Lomba Cipta Puisi Rumah Kreatif Wadas Kelir, 100 puisi terbaik Lomba Puisi Nasional Antologi Kata, 250 puisi terbaik Lomba Puisi Sahabat Inspirasi Pena, dan pernah jadi juara 3 Lomba Puisi Nasional Event Hunter Indonesia sehingga berkesempatan melakukan kunjungan sastra ke Singapura.
One Comment