The Fear of Oneself by Sharon Olds

Ketakutan

 

Setelah hampir sampai ke rumah, kita melepaskan sarung tangan

udara dengan segera menjadi lapisan es di masing-masing tangan kita.

Kau berkata, kau percaya aku akan bertahan dari semua siksaan

demi anak-anak kita. Kau berkata, kau percaya aku punya keberanian.

Aku bersandar di pintu dan menangis sejadi-jadinya.

Air mataku membeku di pipiku dengan suara-suara rapuh.

Aku berpikir tentang perempuan yang berdiri telanjang

di sungai yang membeku, para penjaga menuangkan

berember-ember air ke tubuh mereka sampai berkilau

seperti pohon-pohon dalam badai salju.

 

Aku sungguh tak pernah berpikir bisa melalui semua ini, bahkan

bila demi anak-anak kita. Aku memang pernah menginginkan

berdiri di antara mereka dan luka. Tapi aku juga perempuan,

seorang perempuan yang seharusnya mementingkan diri mereka terlebih dahulu.

Aku bersandar pada pintu yang dingin, besar dan penuh kegelapan.

Wajahmu berkilat dengan tatapan sedingin es seperti jalan yang berbahaya,

dan berpikir mengenai pemantik api, dan berbagai motif

dan kulit anak-anakku, yang halus, kencang, dan tipis

membungkus tubuh mereka secara lembut dan meredup.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *