Setelah menemukan setumpuk emas, mereka
berunding dan cemas nasib berbuah Midas.
Jari-jari yang lebih banyak dari hati bisa saja
menunjuk dan menuding, lalu bak hilang kasih
masing-masing berunjuk ingin tanding.
Hewan-hewan yang masih fasih berbahasa
sembunyikan dirinya di balik pohon-pohon besar
berharap tiada yang sadar, Tuhan beri karsa
disertai akal dan budi: Hidup selalu tentang memilih.
Setelah menemukan setumpuk emas, mereka
bersepakat, rumah-rumah didirikan dan jalan
hidup ditegakkan. Lalu segala berkecambah
Hewan-hewan yang nyaman liar semakin terdesak
dan tercerai. Jalan-jalan yang dulu setapak
semakin megak. Orang-orang datang dan mukim
merebut semua bahasa, namun tak pernah ada
yang menista tuah: di dalam sumur rasa
selalu ada kepingan-kepingan mulia.
(2020)
Puisi ini dibuat berdasarkan Cerita Rakyat Banyuasin berjudul Asal Mula Nama Sidang Mas.