Revief film After My Death ini ditulis oleh Rama Firdaus.

Review film.
Judul: After My death
Sutradara: Kim Euiseok
Genre: drama, misteri, crime-thriller.
Negara: Korea Selatan
Durasi: 1 jam 53 menit
Skor: 4.5/5.
Kyoung-min (Jeon So-ni), seorang siswi tewas mengenaskan. Temannya, Young-hee segera menjadi tersangka sebab ia yang diketahui terakhir kali bersama Kyoung-min. Ia berusaha membuktikan bahwa ia tidak bersalah.
Debut film Kim Euiseok, sutradara baru kemarin sore ini boleh dibilang menyegarkan. Sebagai film drama dengan bumbu kejahatan/misteri, Kim Euiseok lebih menekankan aspek-aspek psikologis tokoh-tokohnya, bagaimana cara mereka menyikapi dan menanggapi kematian Kyoung Min, ketimbang proses investigasi seperti film-film sejenis pada umumnya. Setidaknya ada dua hal yang dieksplor film ini: rasa bersalah dan kehilangan, dan bagaimana hal ini menjadi pondasi yang kokoh untuk film ini.
Baca Juga: Review Film Ilo Ilo Anthony Chen
Bagi ibu Kyoung Min (Seo Young-hwa), bukan sekadar kematian anaknya yang membuatnya sedih, tapi bagaimana hal itu menuntutnya untuk mempertanyakan motif bunuh diri anaknya, dan buntutnya takut bahwa ini akibat pola asuhnya yang salah, sesuatu yang misterius dan terus mengganggu pikirannya.
Bagi Young-hee, selain rasa bersalah dan kehilangan yang teramat besar, ada dilema tersendiri yang membuatnya bungkam. Ada rahasia pribadi yang ia coba tutupi. Kematian Kyoung-min juga dijadikan alasan geng bengal di kelasnya untuk merundungnya. Aneh, padahal di saat Kyoung-min masih hidup sama sekali tidak ada yang peduli kepadanya dan berusaha memahaminya, termasuk para perundung tersebut.
Bagi pihak sekolah, kematian Kyoung Min adalah bencana. Alih-alih berempati, mereka lebih khawatir dengan reputasi sekolah. Ironisnya, wali kelas dan teman Kyoung-min baru memahami sikap anehnya setelah ia meninggal, padahal bunuh diri itu bisa saja dicegah jika mereka mencoba memahaminyan sejak dini. Patut diketahui bahwa Korea Selatan adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi, dan sekolah seringkali tidak lebih dari institusi bobrok berlandaskan komersialisasi pendidikan.
Kita bisa melihat bahwa kematian Kyoung-min membuat film ini menjadi sarat dengan tema/isu sosial, kasus bunuh diri, pola asuh anak, perundungan, pendidikan, bahkan yang tabu sekalipun, seperti isu homoseksualitas. Menarik. Dengan lugas, lembut, dan jujur, film ini membeberkan semuanya.
Pergerakan kamera yang lambat dan cenderung statis, lighting natural, dan pace film yang lambat membuat film ini begitu realistis dan organik. Tidak lupa musik latar minimalis, namun sanggup menyelubungi film dengan intensitas suasana mencekam yang depresif dan menekan, membuat saya teringat musik Johann Johannsonn yang kerapkali mengisi film-film besutan Denis Villeneuve. Akting Jeon Yeo-bin dan Seong Young-Hwa sangat patut diapresiasi.
Baca Juga: Review Film Space Sweepers
Menariknya, alasan Kyoung Min bunuh diri masih menjadi misteri hingga akhir film. Meski begitu, ada petunjuk-petunjuk kecil di film ini yang diberikan supaya kita bisa menafsirkannya. Yang jelas, karena hal ini, kita diajak menanggung beban rasa bersalah akibat kehilangan tokoh-tokohnya, mengajari kita untuk lebih memahami orang-orang terdekat kita sebelum rasa bersalah yang besar menghantui kita. Pada akhirnya, ini adalah film tentang orang-orang kesepian yang ingin dipahami.