Puisi Yoakim Lango Ruing

Yoakim Lango Ruing adalah pemuda asal Lembata, NTT. Puisi-puisinya bisa kalian nikmati pada akhir pekan ini. Jangan lupa ikut kirimkan tulisan juga, ya. Dan baca juga puisi-puisi yang lain.

MAMA DI MANA

Mama saya ada di sini.

Dalam mimpi saya, mulai luntur saya heran, mimpi saya begitu nyata. Mama sudah tidak ada.

Mama, bukankah rindu paling berat adalah rindu kepada seseorang yang telah Allah panggil?

Tapi…

Tapi, kenapa mama mengunjungi saya? Mama, ada keheranan tersirat di wajah saya, bahwa saya dan mama sama-sama bermimpi, mama sudah pergi.

Raga dan jiwa saya bergetar saat mama mengucap saya tanpa menggunakan bibir dan tanpa sadar saya menjawab semua pertanyaan yang tak mama utarakan.

“Mama saya ada di sini?”

Mama di mana?

Saya tidak tahu dengan cara apa saya utarakan
selain melambaikan tangan dan ciuman perpisahan.

Lembata, 2021

Wanita di Penghujung Senja

Aku masih menunggumu saat senja perlahan – lahan mulai berlalu.
Di antara dua hati yang merindu menjadi satu.

Di balik diamku ada sebuah rasa yang tak terungkap
di kala rindu melanda. Hanya doa tempat yang paling rahasia
untuk mengunjungimu.

Sulit untuk melepasmu di ujung bibir doaku.

Di hadapanmu aku malu-malu untuk memandangmu.
Sebab aku malu pada senja yang menjadi saksi.

…tapi, di hadapan Tuhan terang-terang aku
meminta agar kau dijodohkan denganku
karena Tuhan saksi bahwa aku benar-benar mencintaimu
tanpa ada alasan apa pun. Bila nanti kita saling memiliki
semoga kita adalah dua raga
yang telah sanggup memperbaiki diri…

“Jagalah hatimu sebagaimana ‘kan kujaga hatiku.”

“Jagalah dirimu sebagaimana ‘kan kujaga diriku. Tiada kata lelah mencintaimu. Sebab kau wanita yang terselubung antara senja dan malam.”

Lembata, 2021

RABUNI

Rabuni

Demikian aku memanggil-Mu
dan telah mencintai-Mu
dalam hening
sebagai jawaban atas doaku.

Sebab mataku buta oleh air mata
yang setiap tetesannya menjadi lilin.

Tidak kujumpa harum tubuh-Mu
dalam tarikan dan hembusan napasku.

Kini doa telah menyempurnakan sesatku;
tempat semua keluh malam dapat jawaban.

“Di mana kusimpan satu harapan
bahwa doaku kelak mempertemukan semoga
dan menjadi amin.”

Lembata, 2021

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *