satonda

Menikmati Perjalanan yang Mencekam ke Pulau Satonda

Masih jelas dalam benakku, 27 Agustus 2014 yang lalu, kami berangkat bakda Magrib dari Sumbawa menuju Satonda.

Di perjalanan, kami mengalami tragedi beberapa kali pecah ban, saling tunggu saling bantu di kegelapan malam di Jalan Lintas ke Bima. Juga harus kehabisan bensin karena akibat isu kenaikan BBM, tak ada bensin tersisa di pom sepanjang jalan, semua habis (mungkin ditimbun). Hingga baru pada pagi hari kami sampai ke tempat penyeberangan menuju Satonda disambut dengan ombak yang sanggup membuat kami berpikir tentang kematian.

What is an adventure? Adventure is adventurous.

Satonda

Trip ke Satonda dan Istana Karang dimulai Jumat, pukul 17.30 setempat. Dan kembali Senin 00.15 dini hari. Ini adalah sebuah perjalanan yang komplit suka dukanya. Belum masuk Dompu, salah satu kendaraan mengalami pecah ban dan kendalanya, tidak ada kunci yang sesuai untuk membuka ban. Jadi, kami menunggu kendaraan lain lewat dan mencari jenis kunci yang sesuai. Sebelum masuk Kendidi, satu kendaraan pecah ban juga. Saya masih bisa tidur lelap itu.

Setelah sarapan di Kendidi, membeli bahan makanan di pasar untuk dimasak di pulau nanti, pantai dan sebuah kapal terlihat. Agak aneh, pagi hari ombak lumayan keras di sisi. Angin kencang. Jadilah aku pakai pelampung di kapal. Niatnya duduk di hidung kapal, tapi nggak jadi. Goyang mamennnn….. alhamdulillah setengah jam tak sampai sudah tiba di tujuan. Ternyata ombaknya keras di pinggir saja, di tengah nyaman.

Satonda, pulau yang katanya sudah dibeli, atau dikontrak 30 tahun oleh swasta itu memang unik. Digoda treking bakda menurunkan barang, aku pun mengiyakan karena katanya cuma 20 menit. Ternyata 20 menitnya itu mendaki curam. Tapi itu terbayar dengan pemandangan puncak bukitnya. Sebuah danau tampak seperti kawah. Lanskap pulau sumbawa, laut, pulau Moyo, dan juga gunung tambora terlihat begitu indah.

satonda

Alamat tak bawa sleeping bag, niat tidur di terpal, hujan rintikrintik. Pindah ke baruga, ternyata angin seperti kesetanan. Badai. Untung penjaga pulaunya baik. Kita dipersilakan pindah ke pondok kosong. Sebenarnya aku sudah tertidur itu, dengan modal jaket dan sarung saja, celana baju berlapis-lapis, tapi angin masih tembus. Di dalam tidurku aku bermimpi tidur di sebuah hotel tinggi bertingkat. Lalu tibatiba terdengar gemuruh dan kulihat di luar angin topan, beberapa buah angin topan mengamuk. Hotel yang kutinggali terkena dan patah. Kamarku jadi patahan sendiri dan dibawa angin terbang jauh. Ternyata itu saat angin gila datang di pulau, aku terbangun pukul 1 malam.

Pengalaman pertama snorkeling, baru pasang alatnya sudah huek huek. Tapi sungguh, indah sekali pemandangan bawah laut satonda. Ikan kecil berwarna biru, terumbu, tapi karena newbie, tak lamalama snorkeling itu. Di calabai pun tak ikut terjun. Temanteman menanam terumbu di sana.

Pemandangan pulang di sore hari sangat eksotis sekali. Puncak tambora terlihat, matahari berwarna kuning keemasan. Padang terbentang dengan pohon jarangjarang. Puluhan bahkan ratusan ekor sapi mencari rerumputan. Di sisi sebelahnya, laut begitu biru dan beberapa titi ada batubatu besar, gunung-gunung gersang. Ini seperti afrika di indonesia.


Bermimpilah Mendaki Tambora

sekalipun kau sampai nanti
di padang puncak satonda
ingatlah, perjalanan ke sumatera
masih begitu jauh
dompu sejengkal ingatan

gadis cantik yang masih bisa dilihat mata ghaib
mengambang di laut sekitar calabai

rambutnya yang hitam memanjang
dimainkan gelombang

begitu pun kata-kata yang disangkutkan
di pohon harapan

kau akan dengan jelas mengingat itu
butir-butir keringat yang mengelereng

saat harus berdamai dengan langkah kaki
taklah sanggup membawamu bermimpi

suatu hari kau akan mendaki tambora

yang meledak karena cinta ibu dan anak

sekalipun kau pergi nanti
dari padang puncak satonda
ingatlah, sebuah danau lebih asin dari lautan
atau air mata mana pun

tatkala cinta yang menggelegak
tak sampai hati untuk ditenggak

(2014)


Menanam Terumbu di Calabai

Adventurous Sumbawa tak sekadar jalan-jalan, horehore, tapi jugs ikut melestarikan alam dengan tidak buang sampah sembarangan, dan ikut menanam terumbu karang. Ini adalah metode yang dilakukan di Calabai, relatif lebih murah dengan cara yang disosialisasikan pemerintah. Hanya butuh semen dan paralon, serta keikhlasan hati untuk terjun ke lautan.


Dunia itu indah ketika aku menyadari, di manapun kita berada, kita tidak akan kesepian selama kita menemukan teman dan keluarga baru. Di mana pun…

Datanglah, setidaknya sekali dalam hidupmu, ke Sumbawa yang indah ini ya.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *