Kesedihan

aku akan memulai cerita ini dengan kita

di ruang keluarga, televisi menyala, pembaca berita berkata

pertumbuhan ekonomi indonesia melambat, rakyat

bersedih, pejabat

bersuka cita dan negara dalam angan-angan

memiliki kebebasan berbuat, keadilan

pada titik itu, keadilan tidak menarik

aku menghabiskan dua piring nasi goreng karena

tubuhku yang besar, mandi dengan dua ember air

dan menghabiskan satu sabun dalam seminggu

sementara kau hanya minta setengahnya

keadilan tidak berarti semua orang harus hidup

dan dunia dipenuhi rumah susun, berlantai tiga ratus tiga tujuh

satu keluarga butuh waktu seumur hidup untuk turun tangga;

keluarga kita yang sederhana

memimpikan taman dengan bunga-bunga

tanaman labu siam yang merambat di pagar

semut pekerja yang menunggu mati 45 hari lagi

semua itu hanya ada dalam cerita

dan aku memelukmu, pelukanmu

yang lama tak kukenakan

kesedihanku bermula, berakhir juga dari dirimu

tak dapat memberikan hal paling berharga

sebagai hadiah ulang tahunmu nanti

membuatku patah, ranting kering di musim kemarau kemarin

aku harus katakan, mencintaimu dengan cara ini

adalah satu-satunya

tak akan ada yang bisa menirunya, dan meletakkan namamu

dalam fiksi-fiksi mereka

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *