Seekor Kucing di Kehidupan Lalu
Sambil kupandangi hujan
Dari jendela kamar
Kubayangkan aku seekor kucing
Di kehidupan lalu
Yang mengingat malam
Tanpa lagu pengantar tidur
Menunggu seseorang memungutku
Setelah seseorang membuangku
(2019)
Hanya Nasib
Hanya nasib yang paham
Suara jangkrik pada suatu malam
Bercerita tentang negara
Yang hancur bukan karena perang
Seorang anak perempuan
Memegang sekerat roti basi
Menatap nanar ke arah kamera
Milik wartawan yang bercita-cita
Mendapatkan penghargaan fotografi
Nasib juga yang paham
Keesokan hari, aku tak lagi mampu
Mendengar rintih jangkrik itu
Entah karena ia tertangkap untuk umpan
Atau aku yang keburu dikangeni Tuhan
(2019)
Baca: Puisi Pringadi Abdi Surya yang Lain
Menampal Ban
Aku hanya pergi menampal ban
biar esok kukhidmati lagi perjalanan
Tak perlu kucari sebab semisal
terbentur batu, tertusuk paku
atau memang ban itu letih menemaniku
Kubayangkan udara di dalamnya adalah kita
yang terkurung, bak di sebuah negara
bersesak ria, berteriak ingin segera
saling bercerai-berai, melupakan janji
betapa pernah kita berjuang bersama
Sambil kurenungkan makna setia
Setiap ada yang terluka
Kita akan saling berusaha mengobatinya
(2019)
Parkir Motor
Kita tidak mengenal tukang parkir itu
Tetapi kita tinggalkan motor padanya
Setiap menuju stasiun
Kita tidak tahu namanya, siang nanti
Dia makan apa, atau apakah ia berpikir
Negara baik-baik saja dan sudah baik padanya
Kita titipkan begitu saja, tanpa mengunci
Stang, lalu kita naiki gerbong kereta
Dan berdoa di perjalanan tiada yang merintang
Itulah satu-satunya doa yang kita ucapkan
Dan bersyukur perjalanan ke kantor
Membuat kita masih percaya Tuhan
Lupa atau tak peduli pada hati yang kotor
Dan lebih beriman pada tukang parkir motor
(2019)