Tiga Puisi Pringadi Abdi Surya

Memeluk Bahaya

sayang, hiduplah dalam bahaya
dengan begitu, setiap hari engkau akan mengingat tuhan

tuhan hadir dalam kilatan peluru,
dalam langkah kaki yang terburu

sesuatu tak pernah berhenti mengejarmu
ia yang kalah adalah ia yang lelah

sayang, hiduplah sambil memeluk ketakutan
peluk lebih erat dari engkau memeluk bahagia

kelak, tuhan yang akan memelukmu
sebagai balas jasa kau telah mengingatnya
setelah lama ia dilupakan


Matikan Televisi

aku mencintaimu sehingga kumatikan televisi
bibirmu begitu merah
dan aku teringat api

di mataku, tubuhmu seperti sebatang pohon randu
yang paham arti meranggas
rambutmu yang hitam, bergelombang
aku terhanyut dan merasa berada dalam hutan Chopin
dengan bau tanah basah yang khas

mencintaimu adalah kerakusan, tidak mungkin
aku hanya menggenggam tanganmu atau
memeluk pinggangmu yang ramping
udara dingin di dalam ruangan pelan-pelan menghilang
perasaan terbakar ini, aku tidak tahu asmara atau api
lalu kau memintaku membuka tirai, juga jendela dan hidupku
bukan udara yang menyapa kita

aku mencintaimu, sehingga tak dapat kututup mata
meski kabut atau asap yang menyergap
membuatku tak mampu melihatmu sama sekali
bagaimana caramu bernapas, mengeluh, mengusap pipi
hanya bibirmu begitu merah, menyala
aku terbakar mulai dari ujung jari
hingga jantungku

Memeluk Seluruhmu

Aku ingin memeluk seluruhmu
dirimu yang lebih luas dari seluruh nama
kedua lenganku yang tak terbiasa
mengukur dunia—kelilingnya telah diaku
oleh columbus, menemukan dunia baru
tempat orang-orang lari atau mencari kesunyian

dunia baruku adalah kamu, tetapi seluruhmu
di luar nalarku

aku tak bisa berpikir jernih
sungai musi, sungai kapuas, sungai bengawan
diberi tawas setempayan masih
sekeruh ingatan

sampai aku merasa khianat
sampai aku mengusir sepenuh kalimat
yang diciptakan daun-daun merah kemarin
disematkan cicit-cicit burung sriti muda
yang terbang setinggi-tingginya

aku ingin memeluk seluruhmu
seperti lengan sayap burung itu
ketika hendak memeluk langit

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *