Pekan ini, 3.000 politisi, pemimpin bisnis, ekonom, pengusaha, hingga selebritis akan menghadiri World Economic Forum (WEF) untuk mendiskusikan keadaan dunia saat ini. Di dalam pertemuan itu, setidaknya ada beberapa tema penting yang akan dibahas. Tema utama dari forum tahun ini adalah kepemimpinan yang responsif dan bertanggung jawab. Tema ini dimunculkan akibat terpilihnya Donald Trump sebagai presiden US. Ia dianggap sebagai antithesis dari semangat WEF yang percaya bahwa segala masalah harus diselesaikan dengan solusi bersama, ketimbang dengan kebijakan proteksi maupun isolasi. WEF menginginkan pemimpin juga merespon masyarakat dunia dengan segala kompleksitas masalahnya.
Para pemimpin bisnis kini tengah merasa gusar tentang perdagangan global. enam dari sepuluh CEO global mencemaskan kebijakan proteksionisme dan melonjaknya hambatan dalam berbisnis karena faktor Trump. Donald Trump baru saja mengancam memberlakukan tarif impor 35 % untuk mobil-mobil buatan perusahaan Jerman karena tidak membuka pabrik di US. Rencana itu memicu balasan kecaman keras dari Berlin dan memukul jatuh saham otomotif Jerman. Trump juga mengancam Toyota asal Jepang jika perusahaan itu membuka pabrik Corolla di Meksiko. |
Sejumlah agenda ekonomi dan ekspansi fiskal Trump, disebut dengan Trumponomics, berupa pemangkasan pajak serta peningkatan belanja infrastruktur dapat memicu inflasi di AS. Namun, jika inflasi di AS melonjak, salah satu cara yang bisa dilakukan The Fed untuk menngontrol inflasi adalah menaikkan suku bunga. Apabila suku bunga meningkat, nilai tukar dollar bakal semakin perkasa terhadap mata uang utama dunia lainnya. Jika dollar menguat, yang terjadi adalah ekspor asal AS bakal terkendala karena kalah bersaing dengan produk dari negara lain. Defisit neraca perdagangan AS pun bakal semakin dalam. Bila itu terjadi, maka AS akan lebih memproteksi industri dalam negerinya. Demikian juga dengan negara-negara lainnya. Jika sudah demikian, semua negara di dunia hanya akan memperoleh dampak negatif.
Aktivitas bisnis global di seluruh sektor industri sedikit berkembang, mengindikasikan bahwa perekonomian global juga demikian. Headline Sales Managers Index menunujukkan angka 53,6 pada Januari 2017—yang mengindikasikan perekonomian global tumbuh pelan namun konsisten. Sementara itu, Sales Growth Index mencapai angka 55,9 yang merupakan angka tertinggi dalam 15 bulan terakhir.
Delapan tahun setelah krisis finansial, Davos menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup untuk memperbaiki masalah dunia. WEF berpendapat bahwa menumbuhkan mood bagi masyarakat yang anti-pembangunan juga sama pentingnya, yakni dengan mereformasi kapitalisme/pasar bebas.
Juli | Agustus | September | Oktober | November | Desember | |
Jepang | -0,4% | -0.5% | -0,5% | 0,1% | 0,5% | 0,5% |
Zona Euro | 0,2% | 0,2% | 0,4% | 0,5% | 0,6% | 1,1% |
US | 0,8% | 1,1% | 1,5% | 1,6% | 1,7% | 2,2% |
Cina | 1,8% | 1,3% | 1,9% | 2,1% | 2,3% | 2,1% |
Laju Inflasi Semester II Tahun 2016 |
Sejak krisis keuangan 2008/2009, sejumlah negara ekonomi utama dunia memilih untuk mengadopsi suku bunga rendah demi melawan tren deflasi berkepanjangan. Tahun lalu Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Eropa (ECB) memilih untuk mengadopsi suku bunga negatif. Lonjakan laju inflasi di berbagai negara ekonomi utama dunia pada akhir 2016, membawa harapan baru bahwa tren deflasi berkepanjangan berpotensi berakhir dan akhirnya berpeluang membawa kebangkitan bagi ekonomi dunia.
Isu lingkungan juga akan dibahas di Davos. Salah satu kekhawatiran yang ada yakni pasca terpilihnya Trump, komitmen US untuk turut mengurangi pemanasan global juga berubah. Selain itu, perkembangan dunia robot, yang disebut sebagai revolusi industri yang keempat sekali lagi akan menjadi tema kunci pada pertemuan Davos tahun ini. Fokusnya adalah pada masalah yang diciptakan teknologi seperti robot pintar dan mobil-mobil yang bias dioperasikan tanpa pengemedi. WEF akan menilai seberapa banyak inovasi ini akan mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja. Davos juga mempertimbangkan apakah peningkatan penggunaan kecerdasan buatan dan segala hal yang berbau internet justru malah akan menambah ancaman keamanan siber.
Tak ada yang membayangkan UK akan keluar dari Uni Eropa. Topik ini juga akan menjadi tema penting di Davos. WEF akan menyusun outline bagaimana seharusnya hubungan UK dan Uni Eropa di masa yang akan dating, yang tentu akan berimplikasi mulai dari soal investasi hingga masalah sosial kependudukan. Terakhir, lebih dari setengah sesi di Davos adalah tentang social inclusion and development, sebagai komitmen WEF untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
Ketidakhadiran Donald Trump di Davos, akan “digantikan” oleh Xi Jinping. Xi Jinping akan memberikan kuliah umum mengenai globalisasi yang inklusif. Xi Jinping akan menjadi presiden Cina pertama yang datang ke Davos, dan dalam kuliah umum tersebut Xi Jinping direncanakan akan menyampaikan beberapa hal seperti memperingatkan negara-negara yang menerapkan proteksi dan isolasi akan menghadapi konfrontasi, kemiskinan, dan bahkan perang. Trump yang dengan tegas tidak menyetujui TPP dan lebih memilih kerja sama bilateral, justru memberikan peluang bagi Xi untuk menciptakan kerja sama perdagangan dengan Beijing sebagai sentral.