KEMBANG DADAR
di puncak kekalahan, bersama tujuh penggawa
kuturuni bidar menuju hulu dengan menjelma
tukang sayur yang berdagang di rusuk istana.
tanpa gaun dan perca keputrian, aku membaur
di tengah kerumun rakyat, menyelidik dari jauh
memantik siasat agar kau terjebak.
“pinang dan jajahilah tubuhku segera, paduka.”
biar lekas kuwartakan pesta kawin ke hilir
dan sanggup kupecah tubuh supaya adil.
2019
DARI RADEN ALIT
: Salipuk Jantung Pandan
Salipuk Jantung, istriku.
Andai Dayang Bulan tak hilang,
akankah pengembaraanku tetap berpangkal
pada perjumpaan di Salek Alam?
Sedang jalan berkelit, terjal jurang dan bukit
menyimpanmu di palung paling rahasia,
hampir mustahil kutumbalkan embara
demi sesuatu yang tak berujung apa-apa.
Atau lain hal, andai aku buruk rupa
tak jelas asal susur galurnya, akankah cinta
tetap mengular di sekujur tubuhmu yang surga?
2019
PENDAKIAN KE KUNLUN
─ Hou Yi & Chang Er
Dengar dewata, 300 tahun sejak pengusiranku
hidup bagai dikepung api, keringat dan air mata
habis terperas, pertengkaran pun tak terhindarkan.
Kunlun setinggi 55.000 kaki, ngarai berduri,
sungai mendidih, dan jurang seterjal Zhangjiaje
kutempuh meski harus menegakan Chang Er sendiri.
Di hadapan Hsi Wang Mu, kuremukkan tubuh.
“Telah kuramu persik dan tujuh rupa rempah,
teguk di malam terang, kembalilah dengan selamat.”
2019
JANGAN CARI AKU
tanpa pamit, aku keluar dari hidupmu
untuk pergi entah ke mana.
jangan cari aku, biarkan kehilangan
merawat hatimu dengan lembut dan haru.
tanpa aku, jangan keluar dari rindu
agar debar bisa berumur di tubuhmu,
dan ingatan terus bekerja memeras waktu
menjenguk aku dari sela masa lalu.
tanpa pergi, aku sempurna dalam tunggu
yang tak sekalipun pernah dihadiahi temu.
jangan cari aku, biarkan kehilangan tumbuh
seiring dengan rasa sesal yang tak putus.
2019
MENJAGA TIDURMU
Kekasih, ia terjaga seorang saja: di samping ranjang,
menjaga tidurmu dari gangguan mimpi buruk yang buas.
Di luar kantuk, ia menyulam senyum tiap kali selesai
menjenguk tidurmu yang lembut dan tenang.
Sesekali, angin merambat dari sela jendela,
menyusup ke serat selimut yang kau pakai.
Kaki ranjang menggigil, sementara kau aman
sebab semalaman, ia erami kau dalam pelukan.
2019
Tentang Daffa Randai
Daffa Randai, lahir di Srimulyo, Madang Suku II, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 November 1996. Alumnus mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Presiden komunitas Pura-Pura Penyair. Buku tunggal perdana: Rumah Kecil di Kepalamu (Purata Publishing, 2018). Beberapa puisinya terbit di buku antologi bersama, media cetak dan online. E-mail: randaidaffa22@gmail.com, Instagram: @randaidaffa96,