Hancurkanlah, hancurkan tubuhku
ketimbang aku menua dan kehilangan
seluruh ingatanku akanmu:
aku tak sanggup bila aku lupa
caraku dulu mengungkapkan cinta,
memprotes kebijakan pemerintah
dan kau menjadi pendengar setia
tanpa kode etik, undang-undang
atau peraturan lainnya
yang tabu untuk kulanggar
kaulah kebebasanku, kaulah ibu dari
demokrasi yang diimpikan
seluruh umat manusia
aku memilih menjadi muda, menjadi remaja
dan surat yang kutulis
dengan penuh debaran dada
akan memuat wajah semesta
sebelum menjadi sebuah perahu kertas
yang mencoba melintasi batas perasaan
Kini, harus bagaimana lagi aku
menjadi tonggak, yang melawan waktu
tetapi apakah waktu dapat dikalahkan?
Hancurkanlah, hancurkan saja tubuhku
ketimbang aku tua dan lupa padamu.
(2016)
Selengkapnya : http://fiksiana.kompasiana.com/pringadiasurya/sajak-kota-tua_57552981729773851c69f27d