Tentang si miskin—si kaya.
Majas ironi …. Sungguh, strata sosial memisahkan mereka, meskipun mereka hidup berdampingan.
Si kaya, sibuk bermegah-megahan di dunia. Wajar saja dalam segi ekonomi, dia pemenangnya. Apa pun dengan uang, mampu ia beli.
Si miskin, sibuk menata hidupnya di dunia. Wajar saja segi ekonomi, dia banyak kurangnya. Apa pun diupayakan, agar semua terpenuhi.
Si miskin bersusah payah, membasuh peluh rasa lelahnya menjalani hidup. Sedangkan si kaya dengan mudah, membasuh peluhnya dengan uang kertas yang dimilikinya.
Ironisnya, banyak orang kaya memandang hidup adalah suatu keabadian. Sedangkan, si miskin bingung mengentaskan kemiskinan.
Lampung, 19 April 2022
Baca Juga: Puisi Apa Kabar Indonesia?
Negeri Semrawut
Untukmu yang sedang cemas menyambung hidup
Akibat situasi di negeri ini sedang carut-marutJalan hidup terlalu terjal untuk dilalui
Sehingga banyak orang yang tidak peduli
Kau terasa terkurung dalam rumahmu
Membuatmu murung diam membisu
Berharap bantuan datang tepat waktu
Residu penyesalan terlihat dalam wajahmu
Sabar …. Sungguh nadir keadaan ini untuk ekonomi menengah
Ditambah efek pandemi semakin memperparah
Membuat kita semakin merasa jengah
Sebab, rakyat dibuat makin susah
Lampung, 19 April 2022
Bionarasi
Muhammad Rohid Bachtiar, Lahir di Tangerang, 23 Juli 1998. Alumni SMKN 01 Pakuan Ratu Lampung, SMP Beringin Ratu 02 Lampung dan SDN Paninggilan 04 Tangerang. Menulis adalah menyuarakan aksara melalui tulisan dan berbagi cerita pengalaman sehingga ia akan terus menulis. Selain menulis, ia sangat suka olahraga beladiri pencak silat, bermain game mobile legends, dan membaca novel, komik, serta puisi.
Puisi ini diikutsertakan dalam lomba menulis puisi Catatan Pringadi 2022.