Musi Landas
Kau merindukan anak-anak Musi
Sungai kecil di belakang rumah itu
Tempatmu membasuh seluruh tubuh
Meluruhkan segala dosa
Sambil sesekali menengadah, ketika
suara baling-baling pesawat terasa
dekat sekali. Mereka disebut penjajah
karena punya senjata dan pandai adu domba
Kau bayangkan di tanganmu
sepucuk bedil berisi sebutir peluru
satu bidikan yang tepat akan membuat pesawat
bernasib sama dengan kapal Inggris
Kau merindukan anak-anak Musi
Sambil menangis, namun berpura-pura
tidak menangis. Segala yang mengalir bisa
mengering. Segala yang berpusing bisa menghening.
(2019)
Puisi ini dibuat berdasarkan tafsir ulang atas cerita-cerita tentang Musi Landas. Baca Juga: Puisi Mengusir Setan yang dibuat dari cerita Desa Mainan.
Asal-usul dan Sejarah Musi Landas
Musi Landas merupakan salah satu desa yang ada di daerah kabupaten Banyuasin. Menurut sejarah, kompeni Belanda pernah mendarat dan berkuasa di tanah Musi Landas. Hal in dibuktikan dengan adanya rumah bergaya arsitektur Belanda di Musi Landas.
Selain itu, terdapat juga kantor PTPN VII yang merupakan kantor peninggalan Belanda. Ada juga bangunan tua yang dulunya digunakan sebagai ruang mesin yang dibangun pada tahun 1870-an.
Menurut cerita lainnya, saat penjajahan dulu ada pesawat INGGRIS yang jatuh di hutan Musi Landas. Kerangkanya masih ada sampai sekarang tertimbun di dalam tanah. Karena itulah hutan Musi Landas disebut hutan INGGRIS .
Nama Musi Landas sendiri diambil dari kata “MUSI”dan “LANDAS”. Kata Musi digunakan karena daerah itu dulunya adalah anak sungai MUSI yang lama kelamaan kering dan menjadi daratan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Lalu kata Landas berasal dari kata landasan udara yang dulunya terdapat di daerah ini.
Musi Landas juga memiliki peran penting dalam peristiwa Front Langkan. Front Langkan sangat erat hubungannya dengan peristiwa Pertempuran lima hari lima malam dikota Palembang tanggal 1–5 Januari 1947. Untuk menghindari jatuh korban yang lebih banyak, maka beberapa kali diadakan perundingan antara pihak Indonesia dan pihak Belanda di Palembang. Tercapai persetujuan penghentian tembak menembak (cease fire). Di dalam poin kesepakatan, Tentara Republik Indonesia (TRI) harus keluar dari kota Palembang dan Talang Betutu sejauh 20 KM. Menurut perhitungan pihak TRI bahwa jarak 20 KM dari Talang Betutu adalah sekitar Musi Landas. Sehingga semua pasukan termasuk Batalyon 30 Resimen 17 dan laskar-laskar diperintahkan mundur dan berkumpul di Musi Landas. Jadi Musi Landas dijadikan garis pertahanan TRI dan Laskar, karena pada waktu itu belum ada badan/komisi Arbitrase yang menentukan jarak 20 KM tersebut.
Wah Belanda menjajah sampainke Palembang juga ya. Ada nggak ya tanah Indonesia yang nggak diinjak Belanda.
Alhamdulillah… Pengetahuan saya jadi bertambah baca tulisan mommy, padahal saya oelahiran palembang tapi ga tau cerita asal muasao musi, jadi maluuu…. Mksh mom atas informasinya
perasaan fotoku saja sudah laki-laki deh
Musi Landas? Ini desa yang ada di Palembang kah? Kalau Sungai Musi, aku pernah berkunjung. Kalau Musi Landas belum, semoga jika ada waktu dan kesempatan….
Aku penasaran kok kerangka pesawatnya gak diangkat dari hutan? Penasaran juga foto bangunan tua di sana. Sekarang masih beroperasi gtu jd kantor?
Btw yang bikin puisi “Musi Landas” itu Mas Pring?
Bagus banget nih artikelnya, jadi lebih mengenal desa yang terpencil, apalagi Banyuasin aja aku ga banyak tahu.
saya suka puisinya bang, pemilihan diksinya membuat puisinya menjadi seakan bernyawa.
Puisinya dibuat pas lagi di atas Jembatan Musi juga gak Mas??
Duh!! Aku jadi inget pernah ikut workshop menulis puisi sama mas Pring di Festival Goodreads 2015 ?