Puisi-puisi Baiq Wahyu Diniyati

Mengarak rindu yang tersapu angin

Aku masih perindu menunggu dengan kata pilu berbungkus bisu
Sama dengan kisah kisah mematikan yang kini berdebu
Foto-foto usang masih tergantung di dinding penuh kenangan
Menyisakan riak-riak pilu setiap kedipan masa lalu

Jauh sebelum aku mencuri paksa hatimu, Aku merangkai huruf kebahagian
Dalam buku yang bertahun mulai lusuh
Kita memulai bicara di beranda hati yang kau persilahkan
Namun tak lama, kita tak saling bicara kembali

Aku masih bertahan dengan mozaik harapan
Hanya mampu membungkam rasa yang perlahan terbawa angin
Bagiku, kamu adalah halaman yang mulai hilang
Datang lalu pergi dengan menyisakan sobekan keras

Kisah kita mulai menjadi sekawanan awan,
Melayang tertata dramatis pada pandangan
Mengarak rindu yang mulai tersapu angin
Padahal akan hilang tanpa menjumpai tepian.


Percaya Jika itu adalah Cinta

Kenapa masih bertanya?
Sungguh keliru, jika perihal kepercayaan masih saja menjadi keraguan
Setiap harapan tersimpan keinginan tak terhingga untukmu, tapi masih ku sembunyikan di antara pelepah-pelapah waktu yang tersisa.
Menjaga adalah cara terbaik menciptakan kerinduan yang tak mampu kupadamkan sejak dulu,
Kuingin kau tetap membiarkan ruang-ruang kosong tetap berdo’a dengan aku yang membisu untukmu yang menanggung kekalahan karena rindu
Telah hadir kelemahan hati, ketika kau leluasa menikmati aroma mawar
Lalu bersenandung cinta itu adalah kebahagiaan

Satu cara untuk itu, Aku ingin menjauh darimu, karena api kerinduanku bisa saja membakarmu.
Ku ingin kau tetap hangat, dekat perapian menanti janji kebahagiaan.
Jika kau percaya itu cinta.


Sisa Cinta

Lahirmu memang tidak  kuminta, Kau tiba tanpa aba-aba
Aku melihat hadirmu tidak lagi seperti senja yang memberikan keindahan
Kedatanganmu cukup lama tertunda, Keindahan kini kau berikan dengan rengkuhan luka
Kau sajikan dalam linimasa hatiku

Aku mengikuti jejak-jejak yang masih tertinggal
Apatah aku seperti gumpalan awan tak bertuan
Yang sebentar lagi kau singkir dengan angin yang kau tiup perlahan
Entah pertanyaan itu tersembunyi

Hadirmu sangat kunanti, tapi kau sembunyi dan berlalu pergi
Memang benar cintaku masih tersisa sedikit, tapi cukup untuk seumur hidup
Lalu apa rencana Tuhan?
Hujan akan menghapus sisa-sisa yang tertinggal

08/01/2020 10:17 p.m


Puisi Baiq Wahyu Diniyati

Karya Baiq Wahyu Diniyati, Mahasiswi PBA/ IDIA Al-Amien Prenduan, Dan sebagai staf pengajar di MA TMI Putri Al-Amien Prenduan

 

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

  1. Bagaimana menjadi creator puisi di web ini kak?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *