Ia berharap bunyi gong itu hanya tiga pukulan
Setelahnya, dengan bahagia ia lepaskan masker
Memikirkan tujuan esok hari, keluar jalan-jalan
Sebab sudah bosan di rumah yang seperti bunker
Namun, pukulan itu tak kunjung berhenti
dan ia mencari Ario Bajung, sambil menanti
kabar buruk apalagi, setelah hari demi hari
ribuan orang mati, entah besok siapa lagi
Di rumah, ia tidak berani menghidupkan televisi
Di luar, orang-orang terdengar kalut
Langkah demi langkah, bergegas dari diri
Sebuah menara, tempat gong diletakkan, sedemikian ribut
Ario Bajung kita menjelaskan, baru saja menyadari
Orang yang menjaga menara, yang bertugas memberi pukulan
Agak kurang beres pikirannya, tapi tak tahu bagaimana hati
Beberapa menerima alasan, namun ia tidak. Ia tetap ketakutan.
(2020)