Puisi | Metafora Ario Bajung

Ia berharap bunyi gong itu hanya tiga pukulan
Setelahnya, dengan bahagia ia lepaskan masker
Memikirkan tujuan esok hari, keluar jalan-jalan
Sebab sudah bosan di rumah yang seperti bunker

Namun, pukulan itu tak kunjung berhenti
dan ia mencari Ario Bajung, sambil menanti
kabar buruk apalagi, setelah hari demi hari
ribuan orang mati, entah besok siapa lagi

Di rumah, ia tidak berani menghidupkan televisi
Di luar, orang-orang terdengar kalut
Langkah demi langkah, bergegas dari diri
Sebuah menara, tempat gong diletakkan, sedemikian ribut

Ario Bajung kita menjelaskan, baru saja menyadari
Orang yang menjaga menara, yang bertugas memberi pukulan
Agak kurang beres pikirannya, tapi tak tahu bagaimana hati
Beberapa menerima alasan, namun ia tidak. Ia tetap ketakutan.

(2020)

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *