KRONIK KRONIS NEGERI AURUMINESIA
Emas
Menguning di kepala padi
miskin petani tetap terjadi
Emas
Menghitam di tambang
Berkilang-kilang dan hilang
Emas
Warnai butir pasir pantai
Dunia gemari dan kita cemari
Emas
Di ceruk rimba cendrawasih
Dikeruk dan ditimba hingga bersih tak tersisih
Emas
Menyangka sawit berdetak berjaya
Melangka di wajan bunda tak berdaya
—Jakarta, 15042022
HYMNE HUTAN
Aku terbangun oleh suara
Gempita pembangunan yang bermuara, pada
ayun langkah imaji urban yang memaksa maju
dan deru peradaban yang tergesa melaju
Kami pernah bersesakan hidup dalam harmonisasi yang damai,
Tawa primata pecah berderai, sebelum modernisasi mencerai berai
Para gajah berjalan di hampar permadani hijau permai
Kini dijajah berjejalan manusia madani yang berkicau ramai
Tiang beton lantang merayu redakan amarah
Puluhan ton batang kayu melayang dijarah
Hutan hanya bisa ditonton di film sejarah
Penghuninya berbondong mati dikubur tanpa peziarah
Dahan adalah daksa yang jadi panggung para penyanyi alam
Kini diamputasi, alih fungsi, penghias dalam ruang kerja temaram, milik
Kaum tamak kuasa, yang sibuk menyulam masa depan kelam
Merepih bait lagu silam tentang nyala surga yang padam
Saat kau ikut bersenandung
Badai eksploitasi bumi tak lagi terbendung
Tiada lagi bagi kami payung pelindung
Tamatlah asa yang tak lagi landung
—Jakarta, 15042022
FA(K)TAMORGANA MEMBUNUH JUSTITIA
Berita didominasi cerita tentang derita. Mengiris mata, hati, telinga. Tambang emas virtual bertebaran, viral dan ilegal. Jeruji jadi hadiah untuk penantang begal. Kecepatan ibu jari lampaui kecerdasan membaca, menggumpal jadi awan isu-isu palsu yang turun sebagai hujan batu di negeri kaca.
Palu majelis hakim kerap hangat berkerabat dengan pejabat terlibat, masa hukuman pun terus dibabat. Di sini dewi keadilan memang buta, dan amnesia, lupa siapa yang harus dibela. Bertahan hela gerobak tua justitia meski roda-roda renta sudah tak rela.
Jera dan jerih kami yang jelata makin penat dan perih menanti pelita menyala, apa mau dikata, ini realita. Bermimpilah dalam gulita.
—Jakarta, 24042022
Biodata penulis
Cygalla, terlahir di Solo dengan nama asli Said Kusuma. Seorang pecinta sekaligus praktisi seni musik, seni rupa, dan seni sastra. Dapat dijumpai karya-karyanya di akun instagram @said_serigalla dan @gelometris. Menikmati udara Jakarta bersama keluarga tercinta sambil bermimpi Indonesia kelak menjadi salah satu kiblat seni terbaik di dunia.
Puisi ini diikutsertakan dalam lomba menulis puisi. Silakan kirimkan karyamu!
Trimakasih