Curug Batu Ampar di Taman Nasional Halimun Gunung Salak, Bogor

Dari mana perjalanan curug ke curug itu bermula? Flashback, saat aku tinggal di Depok, aku baru mengunjungi Curug Bidadari di Sentul. Itu pun karena keluarga besar dari Palembang datang berlibur. Setelah pindah ke Citayam, barulah kukunjungi lagi Curug Nangka, naik motor sekitar 30 km, saat kakakku berlibur ke rumah. Candu itu justru datang ketika bersama adikku yang tinggal di Bogor, aku mengunjungi Taman Nasional Halimun Gunung Salak. Curug pertama yang kami masuki adalah Curug Batu Ampar.

Aku nggak tahu kenapa, setelah saat itu, aku selalu pengen ke curug. Barangkali ada yang mengikutiku. Teman yang indigo sih bilang, energi leluhurku sedang menjawil-jawil aku. Dan mungkin, di air terjun aku seperti mendapat sumber energi untuk ngecharge. Entahlah.

Curug Batu AmparCurug Batu Ampar

Ada banyak air terjun yang dinamai “Batu Ampar”.  Salah satunya di Gunung Bunder, Taman Nasional Halimun Gunung Salak (TNGHS) ini. Aku nggak tahu kenapa dinamai demikian. Barangkali karena struktur curugnya yang mengalir di sepanjang bebatuan besar seperti di atas batu yang dihamparkan.

Tiket masuk Curug Batu Ampar Rp10.000/orang. Karcis parkir motornya Rp5.000. Ya, nggak enaknya masuk kawasan taman nasional adalah di pintu depan juga ada retribusinya yang nggak sesuai dengan tarif di karcisnya. Huhuhu. Terus karena pengelolanya kayaknya beda, tiap curug kita harus bayar lagi.

Curug Batu Ampar sendiri terbilang baru dibuka. Pertengahan 2016 lalu, curug ini baru dibuka untuk umum. Jadi masih kalah populer dengan curug-curug lainnya di kawasan TNGHS.

Curug Batu Ampar

Di Curug Batu Ampar sendiri, sebenarnya ada 3 mata air terjun. Yang cukup besar alirannya sih 2 ya. Satu kayaknya pas untuk mandi anak-anak.

Jalan kaki ke curug ini juga tidak begitu sulit meski tetap harus menurun dan mendaki. Terutama kalau mau ke curug yang paling bawah.

Baru masuk kawasan, hujan turun. Sayang sama kamera sih. Tapi untung belum deras, jadi kami sempat foto-foto dulu di curug yang pertama.

Curug Batu Ampar

Curug yang pertama ini diapit dua tebing bebatuan. Sisi luarnya sudah dibeton, ditampung airnya seperti kolam. Aku nggak bisa menahan godaan itu.  Langsung aku nyebur dan berenang dong.

Kolamnya nggak dalam. Paling dalam cuma seleher kok.

Puas berenang di sini, aku menuju curug yang berada di bawah. Strukturnya megah. Sayang, aku belum jago motret dan ada banyak pohon yang menutupi untuk dapat sudut pandang yang ciamik.

Curug Batu Ampar

Kalau hujan, harus hati-hati banget. Soalnya jalanan licin sekali. Tangga turunnya nggak begitu banyak kok. The Gendut Traveler macam aku pun bisa turun dengan nggak begitu susah.

Curug Batu Ampar

Inilah gambaran curug yang pertama kali kudatangi di kawasan TNHGS. Inilah awal mula perjalananku menyusuri curug-curug di Bogor.

Perjalanan yang seru telah dimulai!

 

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

  1. Bogor, tentang retribusi.
    Fyi, kota bogor sudah terkenal dengan Pungutan liarnya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *