Puisi Faris Al Faisal

Lima puisi Faris Al Faisal, penyair asal Indramayu ini silakan dinikmati. Buat teman-teman yang ingin mengirimkan karyanya ke Catatan Pringadi, silakan disimak caranya di sini. Blog ini menerima tulisan berupa puisi, cerpen, review buku, dan catatan perjalanan.

jantung kompas                       

di jantungku tertancap kompas
jarumnya bergetar di jerit lengking kesepian
menjorok ke utara-selatan, mencari
titik sunyi puisi
menyentuh sepoi laut
dan mungkin juga debaran maut
perjalanan begitu cepat
bagai bintang-bintang melesat
sekarat mata, samar pada bulu senja
tetiba gelap menjelma malam
keindahan tersisa pada suara
mendengarkan ratap derik jangkrik
ketika telah bertemu angin pagi yang berlari
kurasakan degup baru, jadi
tetesan embun jantan matahari 

Indramayu, 2020

resia pikir

siapa tahu apa yang tersembunyi
di resia pikir, hanya yang tampak   
tentang garis kerut pada lembar dahi
akal yang sehat
mencari pangkal jalan
menyibak rimbun rerumput yang basah
menyentuh gagang pintu
: bahagia
dan sebuah kenikmatan, siang-malam
saat tawa semak riap
melihat ujung penyelesaian

Indramayu, 2020

di pelataran kafe                  

bukan pekat musim dan asap kopi
yang tercium di pelataran kafe,
hanya sepasang mata yang tak tidur dari memandang
menghirup sedih dari kursi dan meja kayu
di bibir cangkir keramik yang telah dingin
aku melihatnya, ia dan arlojiku
sebelum pukul 01.00
kukatakan pada malam yang melintas
oh, ia yang mencintai sepi
yang memilih sunyi di sudut mata
perempuan dengan sebuah tas yang berisi masa lalu
dalam rindu, atau mungkin sebuah dendam

Indramayu, 2020

malam putih               

ditaburi bebunga melati
malam putih, cahaya
mengembalikan wajah dan pesona
keindahan pun memasuki kamar istirah
laut yang damai bagi duyung
meniup daun mata
hatiku pun ingin kembali putih
bagai hamparan bunga kasna
yang kau kagumi, lebih dari bulan
yang keperakan

Indramayu, 2020

dua unggas   

dua unggas lari bergegas
bunyi sayap yang ribut
menuju hutan, menuju langit kehijauan
yang nampak seperti bukit dan abadi
rimba, ia memasuki dunia
yang diimpikannya
seorang lelaki diam terpaku
memandang sebuah kandang, kosong

Indramayu, 2020

Tentang Penyair

Faris Al Faisal lahir dan tinggal di Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Namanya masuk buku “Apa dan Siapa Penyair Indonesia” Yayasan Hari Puisi. Puisinya mendapat Hadiah Penghargaan dalam Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 Tahun 2020 di Membakut, Sabah, Malaysia, Juara 1 dan mendapat Piala bergilir ‘Lomba Cipta Puisi Anugerah RD. Dewi Sartika (2019), mendapatkan juga Anugerah “Puisi Umum Terbaik” Disparbud DKI 2019 dalam Perayaan 7 Tahun Hari Puisi Indonesia Yayasan Hari Puisi, dan pernah Juara 1 Lomba Cipta Puisi Kategori Umum Tingkat Asia Tenggara Pekan Bahasa dan Sastra 2018 Universitas Sebelas Maret. Tersiar pula puisi-puisinya di media lokal, nasional, dan Malaysia. Buku puisi terbarunya “Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian” penerbit Rumah Pustaka (2018).

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *