“Cinta adalah…” Betapa sering sebuah kalimat
dimulai dengan cara menyebut cinta. Setiap orang
dari setiap desa akan mengajukan metafora
yang berbeda. Negara dalam Bhinneka Tunggal Ika
maksudnya, berbeda-beda cara dalam ungkapkan cinta.
Itu juga yang menjadi alasan garuda menengok ke kanan
seekor garuda betina tengah tampil cantik menawan.
Setiap cinta butuh kecantikan. Seseorang rela mati
demi kecantikan. Dan segala seni bicara kecantikan.
“Kamu adalah…” Selanjutnya pasti bicara kamu.
Kata sifat, kata kerja, kata keterangan akan lepas
bila tak ada subjek, tak ada objek.
Aku tidak menganggapmu mati dan tak memiliki kehendak
Sebuah cinta selalu membebaskan diri pencinta
dan juga yang dicintainya untuk saling mencintai
atau justru bertepuk sebelah tangan.
Tepukan seperti itu akan sangat dipahami oleh sunyi
yang piawai membujuk banyak orang menjadi penyair mendadak.
“Cinta adalah kamu…” Itu bagiku.
“Kamu adalah cinta…” Itu bagi cinta.