Perbedaan Kata “Akut” dan “Kronis”

Saya pernah menulis puisi. Kemudian, puisi itu dianalisis. Dalam analisis tersebut, sang penulis mengkritik (atau mempertanyakan) kata “akut” yang saya gunakan. Menurutnya, saya lebih tepat menggunakan “kronis”. Kayaknya, kedua kata tersebut sama, tetapi berbeda lho. Apa sih perbedaan kata “akut” dan “kronis”?

Sebelum menjawab itu, mungkin teman-teman mau membaca bagaimana puisi yang saya buat:


Sajak Cinta Buat Nda – Pringadi Abdi

di palembang, nda. hanya
di palembang, burung-burung tidak lagi
kepingin terbang, udara dingin menusuk
tulang, dan syalmu menanti
aku datang

rindu ini begitu akut, mengalahkan
gagak-gagak di tiang listrik
yang khusuk menanti kematian
di palembang, nda, jembatan ampera
masih tegak membelah sungai musi
yang keruh; cinta ini selalu penuh, meski
terkadang angkuh tetapi sungguh
tak ada kata-kata dari kesunyian
yang lebih indah dari kenangan
perjalananku denganmu

Terdapat baris “rindu ini begitu akut”. Kenapa bisa dibilang kata akut di sana tidak tepat?
Baiklah, kita simak bedanya arti akut dan kronis:
“Akut” diserap dari bahasa Belanda acuut (Ing. acute) dan berarti ‘timbul mendadak dan cepat memburuk’. Penyakit akut contohnya demam berdarah. “Kronis” diserap dari bahasa Belanda chronisch (Ing. chronic) dan berarti ‘berjangkit terus dalam waktu lama’. Penyakit kronis contohnya diabetes.
Singkatnya, akut = cepat; kronis = lambat.
Pertanyaannya, adalah apakah yang kumaksudkan adalah rindu tersebut datang mendadak lalu menjadi buruk ataukah rindu tersebut menjangkitku sedemikan lama?
Dan aku harus mengakui, kesalahan lirikku bukanlah pada “rindu yang begitu akut” karena lirik tersebut bisa menghasilkan dua tafsir di atas. Namun, perbandinganku dengan menuliskan gagak-gagak di tiang listrik yang khusuk menanti kematian yang telah menspesifikkan (atau menyempitkan) makna bahwa rindu itu telah menjangkit lebih lama. Sehingga benar, jika aku tetap mempertahankan perbandingan tersebut, kata yang tepat digunakan seharusnya adalah kronis.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

2 Comments

  1. Sering salah pakai, bisa berabe ya…

    1. Hehe, biar lebih tepat saja, Kak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *