Aku membuka pintu dan merindukan ibu
sepatu-sepatu yang disusun rapi di rak
menu makan siang yang kusuka telah siap di meja
aku beranjak dan menemui masa kanak-kanak
dan tak pernah berpikir meninggalkannya
Semakin lama, semakin panjang waktu
telah berada memberi jarak
aku hanya dekat dengan bayanganku sendiri
segelas kopi, sebuah asbak, selalu ada
yang pertama bagi laki-laki. juga kesedihan
yang tak pernah menjadi milik siapapun
Asap yang mengepul setelah puas dan bebas
menguasai paru-paruku
tidak membuatku merasa terlepas
dari perasaan bersalah
pertanyaan-pertanyaan, mengapa manusia
menyakiti satu sama lain, mengapa kita
tak boleh saling menyakiti… mengepungku
Aku tidak tahu telah berada di mana aku
antara pecundang dan pemenang selalu tipis bedanya
Ketika kututup mata, kurindukan sepatu-sepatu
yang tersusun rapi di rak
Tapi tak ada lagi yang muat ukurannya di kaki
untukku lari