Cerpen Pringadi Abdi | Menjadi Sebuah Pepaya

  “Kenapa kamu ingin menjadi pepaya?” “Karena Pak Habibie sudah tak ada….” Aku termenung mendengar jawaban anak muridku. Baru saja kutanyai cita-cita mereka satu per satu. Ada yang menjawab ingin jadi dokter, jadi pilot, jadi tentara. Tiba giliran Misman. Dia bilang ingin jadi pepaya.

Cerpen Pringadi Abdi | Paradoks Gagak

Cerita ini sayangnya gagal memenangkan Kompetisi Menulis Cerpen Indonesiana. Ia hanya masuk 22 naskah terpilih di luar naskah yang menjadi juara. “Kalau kau percaya reinkarnasi, di kehidupan selanjutnya, kau ingin jadi apa?” Kalimat itulah yang terakhir kuingat. Tanpa tahu, siapa yang mengucapkannya. Saat membuka mata, kulihat patung-patung dengan banyak wajah di hadapanku. Aku mengenal patung-patung…

Cerpen | Hitam Putih Merpati

Cerpen HITAM PUTIH MERPATI ini kutulis sudah lama sekali. Kalau tidak salah sekitar tahun 2008. Cerpen ini pernah dimuat di dua koran yang berbeda karena kesalahpahaman, di Sumut Pos dan Suara Pembaruan. Cerpen ini kemudian masuk dalam antologi Seribu Tahun Mencintaimu (Ecxchange, 2017). Berikut adalah naskah awalnya (sebelum diedit):

Cerpen | Otak Ayam (Detik, 20 Oktober 2018)

Cerpen ini dimuat di Detik, 20 Oktober 2018. Tiga kali tiga sama dengan enam, dan aku dibilang tak lebih berotak ayam. Aku memang tak pandai berhitung. Matematikaku tak pernah lebih dari lima setiap ulangan di sekolah. Entah aku yang bodoh atau guru Matematika itu yang tak pandai mengajar. Tapi, masalah kesabaran aku pastilah jagonya. Berkali-kali…

Empat Ratus Tahun Cerita Lelaki

Setelah memahami, Jakarta diciptakan untuk orang-orang yang sudah bosan hidup, sambil mengagumi kendaraan yang lalu lalang, asap-asap yang keluar dari knalpot, dan langit yang tak pernah lebih biru dari lautan, ia akhirnya bertemu Teruna. Gadis itu keluar dari taksi, memakai baju terusan rendah di bagian bawah berwarna merah marun, tersenyum, lalu bertanya, “Sudah menunggu lama?”…

1 2