Mengenal Definisi Group Think dan Contoh-contohnya

Group think menurut Irving Janis (1972) adalah keadaan ketika sebuah kelompok membuat keputusan yang tidak masuk akal untuk menolak anggapan/ opini publik yang sudah nyata buktinya, dan memiliki nilai moral. Keputusan kelompok ini datang dari beberapa individu berpengaruh dalam kelompok yang irasional tapi berhasil mempengaruhi kelompok menjadi keputusan kelompok. Group think mempengaruhi kelompok dengan melakukan aksi-aksi yang tidak masuk akal dan tidak memedulikan pendapat-pendapat yang bertentangan di luar kelompok. Biasanya hal ini mendera kelompok yang anggota-anggotanya memiliki latar belakang yang sama, terasing (tidak menyatu, terisolasi) dari pendapat-pendapat luar, dan tidak ada aturan yang jelas tentang proses pengambilan keputusan.

Simptom Tentang Group Think

Irving Janis (Baron & Byrne, dalam Hanurwan, 2001) mengidentifikasi delapan simptom tentang group think, antara lain:

Simptom kekebalan diri (illusion of invulnerability)

Pada situasi ini sebuah kelompok akan memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi dengan keputusan yang diambil dan kemampuan yang mereka miliki. Mereka memandang kelompok mereka yang sangat unggul dan tidak pernah kalah dalam segala hal.

Simptom stereotip bersama

Suatu kelompok memiliki pandangan sempit dan anggapan sepihak bahwa kelompok lain lebih lemah.

Simptom moralitas

Yakni ketika pada suatu kelompok muncul anggapan bahwa kelompoknyalah yang paling benar dan merasa perlu untuk menjadi pahlawan kebenaran yang bertugas meluruskan kesalahan yang dilakukan kelompok lain.

Simptom rasionalisasi

Simptom ini menjelaskan adanya argumentasi sendiri bahwa perilaku agresi tersebut merupakan keinginan kelompok lawan  sendiri dan tindakan yang dilakukan adalah untuk membebaskan mereka (seperti kasus invasi AS ke Irak).

Simptom ilusi anonimitas

Ketika ada sebagian anggota yang ragu dengan tindakan kelompoknya namun tidak seorang pun dari mereka memiliki keberanian untuk mengungkapkan keraguan tersebut. Anonimitas yang menyebabkan individu-individu yang masuk dalam kelompok menjadi kehilangan identitas individunya. Kondisi ini akan mendorong berkurangnya kendali moral individu yang selanjutnya timbul penularan perilaku yang tidak rasional dan cenderung bersifat destruktif.

Simptom tekanan

Adanya simptom ilusi anonimitas dikuatkan dengan simptom tekanan untuk berkompromi terhadap keputusan kelompok. Individu akan ditekan untuk memiliki pandangan yang sama dengan sebagian besar individu lain yang ada dalam kelompoknya.

Simptom swa-sensor

Tahapan berikutnya adalah munculnya gejala Swa-Sensor, di bawah pengaruh kelompok yang sangat kohesif akan membuat sebagian besar orang menyensor setiap pandangan yang berbeda yang muncul dari diri mereka sendiri.

Usaha-usaha pengawasan mental.

Ini adalah simptom terakhir di mana dalam kelompok yang kohesif, satu orang atau lebih akan memiliki peran yang secara psikologis bertugas memelihara suasana dengan cara menekan orang yang berbeda pendapat dari kelompok umumnya.

Salah satu contoh groupthink terjadi pada waktu meledaknya pesawat ruang angkasa Challenger. Salah satu mekaniknya sudah paham bahwa ada yang tidak beres dengan pesawat tersebut, sebelum diadakan peluncuran. Di sisi lain, kepala mekanik sudah mengatakan bahwa pesawat dalam kondisi siap luncur, maka para anggota mekanik harus menjalankan tugasnya. Akhirnya, pesawat itu meledak di angkasa yang menewaskan seluruh awaknya. Dalam hal ini, para mekanik tetap membela kelompoknya dengan alasan bahwa suatu kecelakaan lumrah saja terjadi sehingga tidak ada pihak yang salah.

Contoh lain dari groupthink adalah kasus tenggelamnya kapal fenomenal Titanic. Saking fenomenalnya, sejarah ini juga difilmkan beberapa waktu silam. Kasus inilah yang akan dibahas oleh kami. Apakah keputusan-keputusan yang diambil pada masa itu merupakan hasil groupthink? Bagaimana simptom yang terjadi dalam group think pada kasus ini? Untuk setiap pertanyaan yang belum terjawab, penulis akan membahas dalam paper ini berdasarkan data historis dan diskusi yang dikumpulkan.

~

Contoh-contoh Group Think

Keangkuhan diidentifikasi sebagai salah satu dari 7 dosa besar manusia. Sifat ini bahkan dilekatkan pada bangsa-bangsa yang memiliki kekuatan. Dan kemudian karena keangkuhan itu pulalah, sejarah membuktikan, banyak bangsa yang jatuh dan terpuruk.

Herman Melville dalam novelnya Moby Dick dengan cerdas mengambil citra karakter bangsa Amerika pada abad pertengahan, sebelum American Renaissance terjadi. Ia menceritakan sekelompok pemburu paus dengan dua tokoh utama seorang kapten kapal dari keluarga pemburu paus terkemuka dan seorang ketua kelasinya, nonbangsawan, namun dikenal sebagai pembunuh paus terbaik pada saat itu. Dua orang dengan dua ambisi berbeda mengejar paus hingga ujung dunia, mengesampingkan fakta bahwa terdapat seekor paus raksasa ganas di sana dan keadaan ujung dunia yang berbahaya. Suara minoritas yang meragukan perjalanan itu muncul dari beberapa awak kapal dan korban keganasan paus raksasa di kapal lain. Namun, suara itu tak didengar. Moby Dick tetap berangkat dengan semangat dan keberanian. Yang terjadi, Moby Dick hancur berkeping-keping, dan hampir seluruh awak kapal tewas. Yang selamat harus melalui neraka dengan terombang-ambing di lautan dan memainkan Russian Roulette untuk bertahan hidup.

Keangkuhan itu tidak menjadi pelajaran bagi Amerika, dan tercatat dalam sejarah, mereka mengambil keputusan ala group think yang menyebabkan blunder mahadahsyat. Di antara blunder-blunder itu ialah penyerangan Bay of Pigs, meledaknya Challenger, dan yang paling mahsyur, penyerangan Amerika terhadap Vietnam yang menjadi rasa malu bagi Amerika.

Penyerangan Bay of Pigs oleh Amerika Serikat

Invasi Teluk Babi (di Kuba dikenal pula sebagai Playa Girón sesuai dengan pantai di Teluk Babi tempat pendaratan pasukan penyerbu) adalah sebuah pendaratan yang direncanakan dan didanai oleh Amerika Serikat dan dilakukan oleh orang-orang Kuba di pembuangan di Kuba barat daya untuk menggulingkan pemerintahan Fidel Castro pada 1961. Peristiwa ini menandai klimaks tindakan anti Kuba oleh AS.

Ketegangan AS-Kuba telah bertumbuh sejak Castro menggulingkan rezim diktator militer sayap kanan Jenderal Fulgencio Batista yang didukung AS pada 1 Januari 1959. Pemerintahan Eisenhower dan Kennedy telah menilai bahwa pergeseran Castro kepada Uni Soviet tidak bisa diterima, dan karena itu mereka berusaha menggulingkannya. Pada 17 April 1961, sekitar 1.500 orang pelarian Kuba yang dilengkapi dengan persenjataan Amerika mendarat di pantai selatan Kuba di Teluk Babi. Mereka berharap akan mendapatkan dukungan dari penduduk setempat, dan bermaksud melintasi pulau itu ke Havana.

CIA mengasumsikan bahwa invasi itu akan menimbulkan pemberontakan rakyat melawan Castro. Namun, operasi itu telah dinantikan oleh Castro, dan dalam mengantisipasi serangan itu, pemerintah menangkapi sejumlah besar orang Kuba anti Castro. Meskipun pasukan-pasukan Castro yang berada di lapangan itu sendiri menyerah, segera menjadi jelas setelah beberapa kontak senjata dengan pasukan-pasukan tambahan Castro bahwa para pelarian itu tidak akan mendapatkan dukungan efektif di lapangan penyerbuan dan kemungkinan akan kalah. Kennedy memutuskan untuk tidak memberikan dukungan udara AS kepada invasi yang gagal itu (meskipun empat penerbang AS konon terbunuh atau tertangkap di Kuba pada waktu invasi) karena ia menentang intervensi terbuka dan kenyataannya tak suatu pun kecuali pasukan-pasukan darat AS yang dapat menyelamatkan operasi itu.

Kennedy pun membatalkan sejumlah sortie pengeboman (hanya dua yang terjadi) pada Angkatan Udara Kuba yang diberikan perintah untuk tidak terbang, yang mungkin sudah akan melumpuhkan Angkatan Udara Kuba dan memberikan keunggulan udara kepada para penyerang. Marinir AS tidak dikirim, meskipun ada kapal-kapal pendukung di lepas pantai yang siap untuk mendarat begitu mendapat perintah. Pada saat pertempuran berakhir pada 19 April, 114 orang pelarian Kuba meninggal dan sisanya tertangkap.

Ke-1189 pasukan pelarian Kuba itu dengan cepat diadili dan dijatuhi hukuman 30 tahun penjara karena pengkhianatan. Setelah perundingan selama 20 bulan dengan AS, Kuba melepaskan para tawanan itu dengan imbalan bantuan makanan dan obat-obatan senilai $53 juta. Invasi Teluk Babi yang gagal ini sangat memalukan pemerintahan Kennedy, dan membuat Castro kuatir tentang kemungkinan intervensi AS pada masa depan di Kuba. Akibat kegagalan ini, Direktur CIA Allen Dulles, Wakil Direktur CIA Charles Cabell, dan Wakil Direktur Operasi Richard Bissell dipaksa mengundurkan diri. Ketiga orang ini bertanggung jawab atas perencanaan operasi di CIA.

Sebuah artikel Washington Post, “Soviets Knew Date of Cuba Attack” (Soviet tahu tanggal penyerangan Kuba) (April 29, 2000), menunjukkan bahwa CIA memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Uni Soviet mengetahui invasi yang akan dilakukan dan tidak memberitahukannya kepada Kennedy. Radio Moskow malah menyiarkan siaran berbahasa Inggris pada 13 April 1961 yang meramalkan invasi “dalam sebuah rencana yang ditelurkan oleh CIA” dengan menggunakan “kriminal-kriminal” bayaran dalam tempo seminggu. Invasi itu terjadi empat hari kemudian.

CIA menulis sebuah laporan internal yang terinci yang menuduh bahwa kegagalan itu terletak semata-mata pada ketidakkompetenan internal. Sejumlah kekeliruan fatal oleh CIA dan analis Amerika lainnya ikut menyebabkan kegagalannya:

  1. Pemerintah yakin bahwa pasukan-pasukan itu dapat mengndurkan diri ke pegunungan untuk memimpin sebuah perang gerilya bila mereka kalah dalam perang terbuka. Pegunungan itu terlalu jauh untuk dijangkau dengan berjalan kaki, dan pasukan-pasukan itu diterjunkan di daerah berawa-rawa di mana mereka dengan mudah dikepung.
  2. Mereka percaya bahwa keterlibatan AS dalam insiden itu dapat disangkal.
  3. Mereka yakin bahwa orang-orang Kuba akan berterima kasih bila dibebaskan dari Castro dan segera akan bergabung dalam pertempuran, namun kebanyakan rakyat Kuba sangat mendukung Castro dan Revolusi; ribuan orang lainnya ditangkap sebelum pendaratan. Keyakinan CIA yang nyaris total bahwa rakyat Kuba akan bangkit dan bergabung dengan mereka hampir pasti didasarkan pada kehadiran badan itu di daratan Kuba. Hampir semua informasi mereka datang dari para pengungsi dan pembelot, yang ternyata bukan sumber-sumber informasi yang layak dipercaya. Agen CIA E. Howard Hunt telah mewawancarai orang-orang Kuba di Havana sebelum invasi; dalam sebuah wawancara di kemudian hari dengan CNN, ia berkata, “…apa yang dapat saya temukan hanyalah antusiasme besar untuk Fidel Castro.” [1]
  4. Mereka percaya bahwa semangat pasukan invasi itu tinggi, karena itu invasi harus berlangsung dengan cepat.
  5. Banyak pemimpin militer cukup yakin bahwa invasi itu akan gagal namun mereka mengira bahwa Kennedy akan mengirimkan Marinir untuk menyelamatkan para pelarian itu. Namun, Kennedy tidak menginginkan perang besar-besaran dan meninggalkan para pasukan pelarian.
  6. Mereka mengabaikan peringatan-peringatan intelejen bahwa rencana operasi ini sudah bocor ke pihak Kuba dan bahwa Kuba sudah bersiap menggagalkan operasi tersebut.

Insiden Challenger

Roger Boisjoly, insinyur di perusahaan pembuat roket pendorong pesawat ulang alik Morton Thiokol, yang ikut menyaksikan kesuksesan peluncuran Discovery pada 24 Januari 1985, melihat permasalahan yang terjadi pada Discovery. Roger mengidentifikasi permasalahan dan menulis laporan untuk memperingatkan perusahaan dan juga NASA. Ia memperingatkan bahwa pada suhu dingin, cincin segel karet menjadi mengeras dan jadi makin mudah rusak, dan hal tersebut bisa menimbulkan bencana. Temuan tersebut diuji dan kekhawatiran Roger dianggap tidak terbukti. Roger dan empat orang lainnya meminta agar peluncuran Challenger ditunda setidaknya hingga siang hari ketika suhu udara berada di atas 53 derajat Fahrenheit untuk menghindari tidak berfungsinya O-rings. Namun, permintaan mereka diabaikan, dan peluncuran tetap dilangsungkan pagi-pagi keesokan harinya.

Esoknya Challenger meledak. Tragedi ledakan pesawat ulang alik Challenger menewaskan tujuh astronot. NASA telah menghancurkan perangkat senilai  lima miliar dolar. Bagi Roger Boisjoly, seorang insinyur roket, tragedy tersebut meninggalkan beban hidup yanng mendalam dan depresi. Demikian juga dengan Allan J. Mc Donald yang kemudian diisolasi dan karirnya hancur karena mengungkapkan kebenaran pada penyidik kecelakaan.

George Hardy dan Larry Mulloy, dua orang petinggi NASA, ngotot meluncurkan Challenger karena ingin agar NASA tepat waktu di samping di samping karena kebocoran O-rings pada suhu di bawah 53 derajat Fahrenheit hanya terjadi satu kali (Januari 1985). Morton Thiokol akhirnya ikut-ikutan menyetujui peluncuran tersebut sebab mereka tidak punya bukti empiris yang lebih kuat untuk menolak. Mereka berpaling dari kenyataan ketika mengambil keputusan karena kenyataan tersebut tidak sesuai dengan skenario yang telah dibuat sebelumnya. Kenyataan kebocoran O-rings dapat mengganggu skenario ketepatan jadwal peluncuran.

Kekalahan dari Vietnam

Bermula pada tahun 1957, secara perlahan Amerika mengirim pasukan sedikit demi sedikit untuk membantu Vietnam yang saat itu masih dijajah Perancis. Dan puncaknya pada tahun 1965 ketika terjadi perpecahan antara kubu Republik Vietnam (Selatan) dan kubu Demokratik Vietnam (Utara). Pihak di kubu Utara merasa dirugikan karena campur tangan Amerika. Kubu Utara memutuskan untuk meminta permohonan bantuan kepada USSR (Uni Soviet, sekarang Rusia). Kubu Selatan yang disertai sekutu Amerika, Australia, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Filipina, mulai berperang dengan kubu Utara yang diisi oleh Uni Soviet, China, dan Korea Utara.

Pada tahun 1968 pihak dari Kubu Selatan yang berkekuatan 1.200.000 Pasukan Militer mulai menggempur Kubu Utara yang hanya berkekuatan 520.000 Pasukan Militer, tapi dalam hal ini pasukan dari Kubu Selatan yang berusaha menyerang ke arah utara sedikit terkejut terutama untuk pasukan sekutu karena mereka harus melewati hutan rimba yang berlumpur, juga rawa-rawa yang penuh buaya, ular, dan binatang buas air lainnya, dan juga medan pegunungan yang sama sekali tidak mereka kuasai. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Kubu Utara untuk mengepung dan membantai habis-habisan pasukan Kubu Selatan dan sekutunya.

Banyak pasukan dari Kubu Selatan yang tewas, terluka, atau menjadi tahanan dari pasukan Kubu Utara. Sebagian besar pasukan yang tewas, terluka, ataupun ditahan adalah Pasukan Militer Amerika. Selama 5 tahun pasukan dari Kubu Selatan yang terus menerus menelan kekalahan dan kehilangan banyak prajurit akhirnya menyerah. Dan pada 27-Februari-1973 dengan menyerahnya Amerika, maka disepakatilah perjanjian damai dengan kerugian diperkirakan 58.000 tentara AS tewas atau Killing In Action ( KIA ), 1.000 tentara AS hilang atau Missing In Action ( MIA ) dan150.000 tentara AS terluka atau Injured In Action ( IIA ).

Penyebab kekalahan itu ditengarai karena antara lain:

  1. Banyak dari Pasukan Militer Amerika yang masih muda (rata-rata usia 22-24 tahun) dan belum berpengalaman dalam perang, dan suka terburu-buru dalam menjalankan taktik dari komando pusat. Banyak pasukan militer Amerika yang frustasi karena selalu mengalami kekalahan terus menerus. Prajurit AS telah sangat tersiksa menghadapi pertempuran yang lama dan melelahkan, akhirnya dicanangkanlah suatu jalan pintas dengan melakukan pengeboman besar-besaran di kawasan hutan, tempat yang diduga tentara Vietnam bermarkas, dan mengira Vietnam akan menyerah setelah dibom-bardir. Tapi ternyata, dugaan mereka keliru, pengeboman berdaya ledak tinggi di belantara Vietnam, tidak membawa efek kehancuran bagi Vietnam. Hal ini dikarenakan adanya banyak decoy (umpan) dan terowongan di distrik Chu Chi di mana tentara Vietnam langsung melakukan regroup dengan aman, lalu menyerang Prajurit AS di manapun mereka berada. AS keliru, karena tidak memperhitungkan semangat juang Prajurit Vietnam (walau dari sisi teknologi Vietnam kalah, tapi Vietnam sangat lihai memanfaatkan hutan-hutan mereka)
  2. Vietnam juga melakukan taktik mempengaruhi opini rakyat AS dan dunia agar mereka mati-matian tidak mendukung penyerbuan AS ke Vietnam. Dan kenyataannya strategi Vietnam ini berhasil dengan sangat efektif banyak rakyat Amerika yang menolak keras penyerangan Amerika ke Vietnam dan negara-negara lain juga melakukan kecaman terhadap penyerangan Amerika ke Vietnam.  Tekanan politik dari dalam negeri dan dunia semakin menambah beban berat bagi AS untuk meneruskan perang yang super mahal tersebut.

Bukan Tentang Kate Winslet

RMS Titanic adalah sebuah kapal penumpang super Britania Raya yang tenggelam di Samudra Atlantik Utara pada tanggal 15 April 1912 setelah menabrak sebuah gunung es pada pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris ke New York City. Tenggelamnya Titanic mengakibatkan kematian sebanyak 1.514 orang dalam salah satu bencana maritim paling mematikan sepanjang sejarah. Titanic merupakan kapal terbesar di dunia pada saat pelayaran perdananya. Satu dari tiga kapal samudra kelas Olympic dioperasikan oleh White Star Line. Kapal ini dibangun pada 1909 sampai 1911 oleh galangan kapal Harland and Wolff di Belfast. Kapal ini sanggup mengangkut 2.224 penumpang.

Para penumpangnya terdiri dari sejumlah orang terkaya di dunia, serta lebih dari seribu emigran dari Britania Raya, Irlandia, Skandinavia, dan negara-negara lain yang mencari kehidupan baru di Amerika Utara. Kapal ini dirancang senyaman dan semewah mungkin, dengan dilengkapi gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas dan kabin mewah. Kapal ini juga memiliki telegraf nirkabel mutakhir yang dioperasikan untuk keperluan penumpang dan operasional kapal. Meski Titanic mempunyai perlengkapan keamanan yang maju seperti kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak jauh, kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk menampung seluruh penumpang kapal. Karena regulasi keamanan laut yang sudah kuno, Titanic hanya mengangkut sekoci yang hanya mampu menampung 1.178 penumpang – sepertiga dari total penumpang dan awak kapalnya.

Setelah meninggalkan Southampton pada 10 April 1912, Titanic berhenti di Cherbourg, Perancis dan Queenstown (sekarang Cobh), Irlandia sebelum berlayar ke barat menuju New York. Pada tanggal 14 April 1912, empat hari pasca pelayaran, tepatnya 375 mil di selatan Newfoundland, kapal menabrak sebuah gunung es pukul 23:40 (waktu kapal; UTC-3). Tabrakan ini mengakibatkan pelat lambung Titanic melengkung ke dalam di sejumlah tempat di sisi kanan kapal dan mengoyak lima dari enam belas kompartemen kedap airnya. Selama dua setengah jam selanjutnya, kapal perlahan terisi air dan tenggelam. Para penumpang dan sejumlah awak kapal diungsikan ke dalam sekoci, kebanyakan sudah diluncurkan dalam keadaan setengah penuh. Banyak pria dalam jumlah yang tidak sepadan – hampir 90% di kelas dua – ditinggalkan karena para petugas yang memuat sekoci mematuhi protokol “wanita dan anak-anak terlebih dahulu”. Tepat sebelum pukul 2:20, Titanic patah dan haluannya tenggelam bersama seribu penumpang di dalamnya. Orang-orang di air meninggal dalam hitungan menit akibat hipotermia karena bersentuhan dengan samudra yang sangat dingin. 710 penumpang selamat diangkat dari sekoci oleh RMS Carpathia beberapa jam kemudian.

Terdapat beberapa informasi mengenai penyebab tenggelamnya kapal Titanic. Penyebab tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, seperti di bawah ini:

  • Kesalahan kemudi

Penyebab tenggelamnya kapal Titanic yang terjadi pada 1912 silam ternyata akibat kesalahan kemudi. Kapal pesiar terbesar dan termegah pada saat itu harusnya bisa diselamatkan andaikata sang kapten tidak nekad terus berlayar. Louise Patten, seorang penulis dan cucu dari Charles Lightoller, pejabat nomor dua terpenting di kapal Titanic saat itu, yang mengungkap kejadian sebenarnya. Ia mengatakan kebenaran tentang apa yang terjadi hampir 100 tahun yang lalu telah disembunyikan karena takut menodai reputasi kakeknya, yang juga seorang pahlawan perang. Lightoller adalah perwira paling senior yang selamat dari kejadian itu. Namun ia menutupi kesalahan saat penyelidikan tenggelamnya kapal. Karena ia khawatir jika kecelakaan disebabkan kesalahan manusia, maka sang pemilik kapal akan bangkrut dan rekan-rekannya pun keluar dari pekerjaan.

Tenggelamnya kapal Titanic yang relatif cepat itu terjadi karena pimpinan mereka memaksa kapten untuk terus berlayar usai menabrak gunung es. Patten menulis perubahan dari kapal layar tradisional menjadi kapal uap berarti ada dua sistem kemudi yang berbeda. Sistem yang satu berarti memutar roda ke satu arah dan sistem lainnya memutar ke arah yang berlawanan. Setelah mereka sadar telah keliru, Patten menambahkan, mereka hanya memiliki empat menit untuk mengubah arah dan waktu. Perwira Pertama William Murdoch menyadari sang juru mudi salah, kemudian mencoba memperbaiki itu namun terlambat.

Kakek Patten pun ikut dalam rapat terakhir perwira kapal Titanic sebelum kapal itu tenggelam. Di sanalah jelas semua kesalahan fatal yang telah terjadi. Namun yang memperparah kondisi adalah J. Bruce Ismay, pemilik White Star Line membujuk kapten untuk terus berlayar. Keputusan inilah yang membuat kapal tenggelam berjam-jam lebih cepat daripada seharusnya. “Padahal kalau Titanic diam saja, ia akan bertahan paling tidak sampai kapal penyelamat datang dan tidak ada yang perlu mati,” ungkap Patten. Selama ini diketahui penyebab tenggelamnya kapal mewah itu akibat menabrak gunung es yang merobek lambung kapal yang membuat kapal rusak parah.

  • Rendahnya standar paku sumbat/keling pada lempeng logam yang menempel di rangka kapal

Studi metalurgi atas badan kapal Titanic berkesimpulan bahwa rendahnya standar paku sumbat atau keling pada lempengan logam yang menempel di rangka adalah biangnya. Hal ini menyebabkan lapisan bagian dalam kapal mudah lepas oleh desakan air laut yang dingin. Para ilmuwan menemukan fakta, ternyata pembuat kapal, Harland & Wolff di Belfast, Irlandia, berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pemasok dan ahli keling yang cukup memadai. Pada waktu itu Harland & Wolff tengah mengejar target penyelesaian tiga kapal terbesar di dunia yakni Titanic, serta Olympic dan Britannic. Tiap-tiap kapal membutuhkan tiga juta paku sumbat. Puncak kekurangan terjadi justru ketika Titanic dibuat.

Tim ilmuwan juga mengumpulkan petunjuk lain dari 48 paku sumbat Titanic melalui tes modern, simulasi komputer, perbandingan dengan logam abad lalu, dan dokumen penting dari apa yang insinyur dan pembuat kapal pikirkan. Masalah muncul ketika Harland & Wolff kesulitan memperoleh pemasok paku sumbat besi dan hanya mendapatkan pandai besi yang kecil. Karena tekanan tersebut, perusahaan membeli paku sumbat untuk Titanic dengan memesan potongan No. 3, yang dikenal dengan sebutan “best”, bukan No. 4 yang disebut “best-best”. Di samping itu, mereka juga menemukan bahwa pembuat kapal menggunakan besi khusus No. 4 untuk jangkar, rantai, dan paku sumbat. Selain itu, ditemukan bukti bahwa kapal yang namanya identik dengan kemewahan itu ternyata bergantung pada material yang murah.

Kajian terhadap rongsokan kapal memperlihatkan ada lima robekan pada pelat haluan kapal. Para ilmuwan berpendapat bahwa paku sumbat yang lebih baik kemungkinan akan menjaga Titanic tetap terapung cukup lama sampai tim penyelamat datang, sebelum air es masuk. Dengan demikian, ratusan penumpang kemungkinan masih bisa diselamatkan. Tambahan dari National Geographic bahwa seorang peneliti kecelakaan yang berpengalaman menemukan bukti bahwa Titanic pada awal pembuatannya mempunyai kendala pada pemasangan paku sumbat. Disini disebutkan bahwa mesin pemasang paku sumbat tidak bisa melakukan tugas karena anjungan kapal tidak pas untuk Titanic yang terlalu besar.

  • Meledaknya mesin batu bara dan membuat sekat penghubung pecah

Penelitian tentang Titanic memunculkan bermacam-macam interpretasi dan dugaan. Akan tetapi Titanic tenggelam dan memakan banyak korban juga karena banyak faktor. Sejak berangkat baru setengah jalan Titanic sudah mengalami mati pada salah satu mesin batu bara. Akan tetapi kapal masih bisa melaju sampai 25 knot. Diperkirakan setelah menabrak gunung es, mesin batu bara meledak dan membuat sekat penghubung pecah. Akan tetapi hal ini dibantah karena letak mesin yang meledak dan pecahnya sekat masih berada di empat ruang kedap air bagian bawah.

  • Tidak adanya kapal penyelamat yang memadai

Jumlah kapal penyelamat yang tersedia hanya sekitar 20 kapal yang hanya dapat memuat 750 jiwa sehingga tidak mampu menampung seluruh penumpang saat kapal tenggelam.

  • Operator radio kapal California yang tidak mengetahui adanya pesan SOS yang dikirim Titanic karena telah tidur.

Untuk kasus ini, ternyata adanya salah paham antara operator rasio California dan Titanic. Sebenarnya California telah melakukan peringatan 2 jam sebelum kecelakaan. Namun karena operator radio Titanic sedang melakukan kontak dengan pelabuhan maka dia memaki-maki operator radio California karena mengganggu frekuensinya. Para ahli memperkirakan karena dekatnya jarak antara California dan Titanic menyebabkan kode yang terdengar sangat keras dan mengganggu pendengaran operator radio Titanic. Hal ini makin fatal karena komunikasi tersebut tidak dilaporkan ke Nahkoda Titanic. Setelah tidak dipedulikan, operator The California langsung tidur dan tidak tahu saat ada Titanic yang meminta bantuan.

Sumber lain menyatakan bahwa sebelum Titanic menabrak gunung es dan tenggelam, beberapa saat sebelumnya Senior Radio Operator yang bernama Jack Phillips mendapatkan pesan yang menggunakan sandi morse.Phillips sudah mendapatkan peringatan dari sebuah stasiun pengintaian di Cape Race, Newfoundland, bahwa telah ada gunung besar yang menghadang jalur Titanic. Dikarenakan Phillips menganggap pesan tersebut tidaklah terlalu penting dan berbahaya, maka dia tidak menyampaikannya ke kapten kapal, Edward J. Smith.

  • Kecepatan kapal

Banyak Titanologist atau peneliti yang khusus meneliti Titanic menyebutkan bahwa Edward J. Smith, kapten kapal Titanic, ingin melampaui kecepatan dari Olympic atau ‘saudara’ Titanic dari pabrik yang sama, White Star Fleet. Karena kecepatan dan turunnya kabut pada waktu itu, maka tabrakan antara Titanic dengan gunung es tersebut tidak terelakkan. Selain karena jarak yang terlalu dekat, Smith juga tidak mungkin membelokkan Titanic secara mendadak, maka terjadilah tabrakan tersebut.

  • Iklim

Iklim di perairan Atlantis utara dipengaruhi oleh bertemunya Labrador Current dan The Gulf Stream atau pertemuan dua air dingin dan hangat. Dengan bertemunya dua air tersebut, maka akan terbentuk suatu arus yang mengalir deras. Selain masalah pertemuan dua arus air tersebut, iklim atau cuaca pada tahun tersebut masih termasuk musim dingin. Tentunya dengan dinginnya cuaca di tempat tersebut, maka banyak memunculkan atau melahirkan gundukan-gundukan es yang menutupi perairan Atlantis.

  • Permukaan laut

Para peneliti dari Texas State University, San Marcos, America Serikat, membuat suatu pernyataan bahwa bulan juga menjadi dalang atas tenggelamnya Titanic. Namun, beberapa peneliti lain juga mencoba menghubungkan antara bulan dan pasang surutnya air laut. Bulan memang menjadi penyebab terjadinya pasang surut air laut. Karena pada bulan April 1912, permukaan air laut sedang surut, mengakibatkan terlepasnya gunung es dari pangkalnya dan ‘berenang’ menghalangi jalur yang dilewati Titanic.

Bukti-bukti empiris dari berbagai kejadian dan tragedi besar yang terjadi di dunia telah membuktikan bahwa dalam banyak kasus, groupthink dianggap sebagai salah satu penyebab utama terjadinya peristiwa atau tragedi tersebut. Salah satu peristiwa besar yang ditenggarai terjadi karena adanya groupthink pada beberapa momen-momen pentingnya adalah peristiwa tenggelamnya kapal Titanic. Pada masanya Titanic dengan panjang 269 meter, lebar 28 meter dan tinggi 53 meter, merupakan kapal laut terbesar di dunia. Berbagai teknologi canggih seperti kompartemen kedap air desain baru yang dapat dioperasikan dari jarak jauh, pintu kedap air elektronik, dan teknologi canggih lainnya. Ditambah dengan berita-berita di surat kabar dan iklan yang dibuat oleh pemiliknya, the White Star Line, mempertegas fakta bahwa Titanic saat itu didesain sebagai kapal yang tidak dapat tenggelam. Maka tak heran ketika kapal itu berangkat dari Southampton menuju New York di tanggal 11 April 1912, hampir seluruh penumpang dan awak kapal termasuk sang kapten dalam Titanic percaya bahwa kapal itu tidak dapat tenggelam.

Dari beberapa symptomps yang dikemukakan oleh Janis Irving, terdapat beberapa symptoms yang kemudian cocok dalam momen-momen penting yang dialami oleh Titanic di detik-detik terakhir menjelang terjadinya peristiwa tenggelamnya kapal yang disebut-sebut sebagai objek bergerak terbesar yang pernah dibuat di masa itu.

Titanic is unsinkable”, Titanic adalah kapal yang tidak bisa tenggelam adalah pemikiran yang dimiliki hampir seluruh penumpang dan awak kapal dari Titanic saat itu. Hal ini tidak lepas dari peran kapten kapal, pemilik perusahaan kapal dan media massa yang dengan gencar menanamkan pemikiran itu kepada mereka. Hal ini yang di kemudian hari dianggap sebagai sebuah groupthink yang fatal yang bukan hanya mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh kapten kapal di detik-detik tenggelamnya Titanic, namun juga mempengaruhi perilaku para penumpang kapal dalam menyikapi kadar bahaya yang mereka hadapi saat itu.

Kapal yang tidak bisa tenggelam dalam hal ini merupakan gabungan dari beberapa symptoms pada groupthink. Yang paling krusial adalah hal ini mengakibatkan ilusi dari ketiadaan kelemahan dan rasionalisasi kolektif pada kapten dan awak kapal. Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa sebelum menabrak gunung es Titanic sebenarnya telah mendapatkan peringatan dari kapal-kapal lain yang berada di sekitar perairan tersebut. Namun kapten kapal dan operator radio pada Titanic tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang urgent sehingga mereka mengabaikan peringatan tersebut. Bahkan sang kapten kemudian menambah kecepatan kapalnya agar dapat tiba di tempat tujuan lebih cepat dari jadwal.

Groupthink lain dari tenggelamnya Titanic adalah bagaimana para penumpang begitu percaya dengan anggapan kapal yang tidak bisa tenggelam hingga mempengaruhi sense of urgency mereka ketika bencana sebenarnya telah berada di depan mata. Beberapa laporan menyebutkan bahwa pada saat benturan pertama terjadi, banyak penumpang yang merasa bahwa itu adalah benturan yang biasa terjadi dan kemudian memutuskan untuk tetap melanjutkan aktivitasnya seperti bermain kartu dan lain sebagainya. Bahkan ketika para awak kapal memulai proses evakuasi, banyak penumpang yang harus dibangunkan secara paksa karena merasa insiden yang terjadi adalah insiden biasa. Tidak pernah terbayang dalam benak mereka bahwa insiden yang terjadi saat itu akan berujung pada tenggelamnya kapal. Kekurangsiap-an penumpang dan awak kapal dalam menghadapi keadaan genting seperti ini yang kemudian menjadikan groupthink iniberakibat fatal. 

Fakta bahwa sangat kurangnya perahu sekoci yang tersedia dalam Titanic (kurang dari setengah kapasitas penumpang), menguatkan dugaan betapa fatalnya groupthink yang dibangun oleh sang pembuat kapal. Pemilik kapal beranggapan bahwa perahu sekoci tidak begitu dibutuhkan mengingat Titanic merupakan kapal yang tidak bisa tenggelam. Selain itu sekoci yang berlebih dianggap hanya mengganggu pemandangan dari para penumpang yang telah membayar ekstra mahal untuk pelayaran mewah tersebut. Andai saja tidak ada anggapan demikian, mungkin korban yang bisa diselamatkan dari peristiwa itu boleh jadi menjadi lebih banyak.

Groupthink yang terjadi pada peristiwa tenggelamnya kapal Titanic ini bukan hanya terjadi pada penumpang dan awak kapal saja, yang juga fatal adalah bagaimana groupthink ini mempengaruhi bagaimana peraturan kemaritiman dibuat pada masa itu. Pandangan umum yang digunakan pada dunia kemaritiman saat itu adalah gunung es tidak berisiko tinggi dan berbahaya bagi kapal laut dengan ukuran besar. Peringatan akan adanya gunung es di jalur pelayaran tidak dijadikan sebagai peringatan tanda bahaya melainkan hanya sebagai penanda saja. Tidak ada peraturan kemaritiman yang secara jelas mengatur kapal-kapal untuk menurunkan kecepatan kapalnya ketika dihadapkan dalam situasi jalur yang penuh akan gunung es. Selain itu peraturan kemaritiman yang berlaku umum juga tidak mengatur secara tegas bahwa kapal yang mengangkut penumpang harus menyediakan sekoci yang berkapasitas sama dengan kapasitas penumpang yang dibawanya. Hal ini karena anggapan saat itu sekoci hanyalah alat untuk memindahkan penumpang dari satu kapal ke kapal lain pada kondisi darurat, bukanlah sebuah alat yang bisa digunakan sebagai alat untuk menyelamatkan diri. Dalam hal ini groupthink menyebabkan peraturan yang kurang memadai dalam dunia kemaritiman saat itu. Dan Titanic tenggelam bukan karena ia melanggar aturan yang telah ada, namun karena ia mematuhi aturan yang salah.

Group Think dan Sebuah Cermin

Manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat kesalahan lebih sering dari yang sebenarnya kita pikirkan. Sayangnya manusia juga memiliki kecenderungan untuk tidak menyadari kesalahan yang mereka buat ketika berada dalam posisi yang lebih superior. Hal ini yang kemudian dirangkum oleh Irving Janis seorang sosial psikologis sebagai sebuah groupthink. Janis (1972) menjelaskan bahwa groupthink terjadi ketika sebuah grup membuat suatu keputusan kesalahan yang salah karena tekanan dari beberapa anggota grup yang mengesampingkan faktor-faktor seperti nalar berpikir, kenyataan di lapangan dan pertimbangan moral yang cukup.

Titanic, di luar romansa yang kita nikmati di dalam film, menguak fakta-fakta keangkuhan dan pengabaian itu. Di Indonesia sendiri, beberapa tahun lalu, sebuah kapal bernama Munawar tenggelam dalam perjalanannya menyeberangi selat Alas dari Lombok ke Sumbawa. Sebelum kapal berangkat, petugas cleaning service telah memberikan peringatan ada air masuk dalam jumlah tidak biasa di bawah kapal. Namun, kru dan kapten kapal mengabaikan fakta itu. Munawar akhirnya tenggelam meski beruntung tak ada korban jiwa karena selat Alas tak seluas samudra sehingga kapal penyelamat lebih cepat datang sebelum Munawar tenggelam seutuhnya.           

Di luar itu, Indonesia sebagai negara dunia ketiga, juga menjadi pelaku groupthink dalam banyak hal, juga dalam menyangkut kebijakan-kebijakan ekonominya. Ada banyak peristiwa yang kami diskusikan, misalnya saja dari Peristiwa 1965 hingga ke munculnya Peraturan Menteri Keuangan No. 190 yang mengubah wajah Perbendaharaan.           

Kesemua itu bermuara pada delapan gejala menurut Irving Janis. Dengan mengenali kedelapan gejala tersebut, kita bisa mencegah sebuah blunder keputusan yang akan kita ambil nantinya.           

Titanic kami ambil sebagai sebuah metafora. Keputusan apapun yang diambil dapat menjadi kapal yang mengantarkan para penumpangnya ke tujuan. Namun, ketika terjadi kesalahan, maka kapal itu akan tenggalam. Dan para penumpang akan menjadi korban.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *