Tiga tahun lebih aku tinggal di Sumbawa Besar. Negara menempatkan aku bekerja di KPPN Sumbawa Besar. Banyak pengalaman yang aku dapatkan di sana. Salah satunya adalah pengalaman kuliner. Cita rasa yang dijajal oleh lidah begitu berbeda dengan cita rasa dari kampung halamanku di Palembang.
Banyak makanan yang aku suka. Namun, bila diminta menyebut 5 saja, aku akan menyebut makanan-makanan berikut ini:
1. Sate Rembiga
Bumi sejuta sapi. Itulah julukan bagi Nusa Tenggara Barat. Ketika aku di sana, harga daging sapi kualitas premium hanya sektiar Rp75.000,- per kilogram. Jauh lebih murah ketimbang harga sapi di ibu kota ya.
Banyak makanan dengan bahan olahan daging sapi. Namun, yang paling kusuka adalah Sate Rembiga. Ya, sate rembiga berbahan dasar daging sapi. Mirip dengan sate maranggi namun cita rasanya berbeda. Empuk dan renyah sekaligus. Pedas dan manis sekaligus. Tidak ada bumbu kacang atau saos yang melumuri sate ini.
Rembiga sebenarnya adalah nama daerah di Mataram. Sejak zaman kerajaan, ada seorang keluarga Raja Pejanggik yang tinggal di Rembiga yang ahli membuat sate. Kini keahlian meracik Sate Rembiga tidak hanya masalah keahlian yang turun temurun namun sudah menjadi usaha yang mengangkat perekonomian warga Rembiga dan Mataram.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat sate Rembiga ini sangat sederhana, yaitu cabe rawit, terasi, bawang putih, garam, gula dan daging sapi. Sebelum dimasak, dagingnya direndam dengan bumbu hingga 3 jam supaya meresap. Dagingnya pun ditumbuk terlebih dahulu. Rasanya yang pedas plus kucuran jeruk nipis membuat rasa sate ini menjadi sangat gurih.
2. Sate Bulayak
Masih dari dunia sate-satean, kali ini namanya Sate Belayak. Aku pertama mencicipi Sate Bulayak ini di Pantai Senggigi.
Bulayak artinya lontong. Penyajian sate ini memang menggunakan lontong. Tapi bukan lontong biasa, karena lontong Lombok terbuat dari beras ketan. Lontongnya juga tidak dibungkus dengan daun pisang, melainkan daun kelapa atau aren yang diulir sehingga bentuknya kecil dan mengerucut. Rasanya juga berbeda dari lontong yang dibungkus dengan daun pisang, sedikit manis dan lebih padat
Sate Bulayak dibuat oleh orang Narmada. Bumbu sate tersebut terbuat dari kacang tanah sangrai tumbuk yang direbus bersama santan serta beberapa bumbu dapur lainnya sehingga rasanya mirip bumbu kari. Bumbu khas Lombok ini terdiri dari kacang tanah, sangrai tumbuk yang direbus bersama santan, serta beberapa bumbu dapur lainnya. Bentuk dari sate ini juga unik, dagingnya kecil dan tipis sehingga lebih terasa lembut.
3. Ayam Taliwang
Banyak yang mengira Taliwang ada di Lombok. Keliru. Taliwang sebenarnya ada di Sumbawa Barat. Taliwang dulunya adalah kerajaan besar yang bahkan disebut kelima dalam Negarakertagama dan cerita-cerita terkait kegagalan Gajah Mada menaklukkan wilayah timur Indonesia sehingga ia harus berhenti dan bertapa di puncak Rinjani.
Kemunculan ayam taliwang sendiri pertama kali pada saat terjadi perang antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karangasem Bali. Pada masa itu pasukan Kerajaan Taliwang didatangkan ke Lombok untuk membantu Kerajaan Selaparang yang mendapat serangan dari kerajaan Karangasem Bali. Orang-orang Taliwang yang bertugas sebagai pendamai tersebut ditempatkan di suatu wilayah yang diberi nama Karang Taliwang sesuai dengan tempat mereka. Tugas orang-orang Taliwang ini adalah melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem agar pertempuran yang menelan banyak kerugian nyawa dan harta benda tidak berlanjut. Dalam misi perdamaian itu ikut serta para pemuka Agama Islam, juru kuda dan juru masak. Masing-masing memiliki tugas tersendiri. Pemuka agama bertugas memberi tuntunan kehidupan kepada masyarakat dan melakukan pendekatan dengan Raja Karangasem. Juru kuda bertugas menjaga dan memilihara kuda. Juru masak bertugas menyiapkan logistik.
Ciri khas Ayam Taliwang ialah menggunakan ayam kampung muda. Pembuatan ayam bakar dengan campuran bumbu-bumbu tertentu sesuai selera dan tradisi masyarakat bersangkutan. Bumbu-bumbu yang digunakan berasal dari hasil alam sekitarnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan terasi. Seiring berjalannya waktu, terjadi pembauran antara masyarakat Karang Taliwang dengan masyarakat Sasak. Pembauran ini juga terjadi pada pola makan dan pengolahan bahan makanan. Budaya masyarakat Sasak menyukai masakan pedas. Daging ayam diolah menjadi ayam pelalah dengan citarasa pedas. Ayam pelalah inilah yang menjadi cikal bakal dari ayam taliwang.
4. Plecing Kangkung
Kangkung Lombok berbeda dengan kangkung biasa. Batang dan rantingnya panjang dan besar-besar. Daunnya juga lebih hijau. Jika kangkung biasa ditumis akan kehilangan warna hijaunya, kangkung lombok tidak demikian. Kandungan klorofil dalam kangkung lombok lebih tinggi.
Kangkung ini paling favorit dimasak plecing. Plecing kangkung terdiri dari kangkung yang direbus dan disajikan dalam keadaan dingin dan segar dengan sambal tomat, yang dibuat dari Cabai rawit, garam, terasi dan tomat, dan kadangkala diberi tetesan jeruk limau. sebagai pendamping Ayam taliwang, plecing kangkung biasanya disajikan dengan tambahan sayuran seperti taoge, kacang panjang, kacang tanah goreng, ataupun urap.
5. Ikan Bakar
Sejujurnya aku bingung ingin menulis apa untuk yang kelima. Wilayah NTB adalah wilayah laut. Tentu olahan makanan laut harus ada dalam daftar ini. Di Sumbawa Besar ada Singang, Sepat, semacam sup ikan. Namun, aku tak begitu menyukai sup ikan ataupun sup hewan-hewan laut yang biasanya dicampur kepiting, udang, cumi. Kolesterolnya tak tahan.
Soal ikan ini aku jadi teringat pada beberapa tempat. Pertama, kalau kamu suka ikan air tawar, pergilah ke Aikmal atau Pancor. Daerah di Lombok Timur, kaki gunung Rinjani, banyak dijadikan kolam-kolam ikan. Di atas kolam-kolam itu ada saung-saung. Kita bisa makan di situ, menikmati sajian ikan nila atau ikan mas dibakar atau digoreng bersama plecing kangkung. Rasanya? Jangan ditanya. Ikan segar dari kolamnya gurih dan manis.
Kalau ke Sumbawa, ikan laut bakar tak ada matinya. Daerah-daerah di sepanjang jalan Sumbawa adalah daerah pesisir. Kita bisa menemukan banyak penjual ikan bakar setiap sore. Atau kita bisa datang langsung ke pantainya dan menikmati ikan bakar segar. Harganya pun tak menguras kantong. Ikan-ikan seperti kakap, kakap merah, sunu (kerapu), kuwe dijual murah. Kalau pintar menawar, ikan dengan ukuran 7 ons, bisa kita dapatkan hanya 50.000. Itu sudah dengan nasi dan plecing kangkung. Ikan-ikan ini tidak dibumbui. Kita akan merasakan pengalaman makan ikan segar yang manis dan gurih.