Menulis adalah proses. Baru beberapa tahun belakangan, menulis adalah sesuatu yang populer. Di blog, di media sosial mana pun, bermunculan berbagai tulisan dan orang-orang yang ingin menulis, ingin menjadi penulis, ingin menerbitkan buku. Hal ini positif di satu sisi, karena buku akan menjadi semakin banyak, dan kita tidak akan kekurangan bacaan. Namun seringkali ada satu hal yang dilupakan, menulis adalah proses, bukan sesuatu yang instan. Segala hal yang berbau instan akan meminimumkan kualitas, kecuali mie instan (Hidup anak kos!).
Saya selalu mengingat, ada empat kemampuan berbahasa
1. Menyimak.
Menyimak itu pekerjaan yang melibatkan indra, yakni melihat, mendengar segala sesuatu dengan seksama, dengan detil, dengan khusuk dan tawadhu. Menyimak juga berarti melatih kepekaan kita sebagai manusia terhadap lingkungan sekitar.
2. Membaca
Ada satu hal yang menjadi titik tumpu dari membaca, yakni analisis. Membaca bukan berarti membaca buku, tapi membaca adalah sebuah proses belajar. Adalah hal yang normal, dan sangat normal, jika kita membaca, pertanyaan-pertanyaan hadir di benak kita. Ada usaha untuk memahami hal-hal yang kita baca: buku, situasi, perasaan…
3. Menulis
Hukum alam, input ~ output. Artinya, semakin banyak kita membaca, semakin banyak kita ingin menulis. Menulis adalah upaya penegasan atas pertanyaan yang hadir tatkala kita membaca, baik itu berupa jawaban atas pertanyaan, pengulangan atas pertanyaan itu, atau kegundahan yang mendalam karena kita tidak kunjung mendapatkan jawaban.
4. Berbicara
Adalah hal yang baik bila anak-anak kita diajarkan berbahasa sejak dini. Berbahasa yang baik dan benar lebih cepat merangsang otak seorang anak ketimpang pelajaran matematika. Sebab bahasa adalah tentang struktur, cara berpikir, ketenangan dalam menyusun kata untuk menyampaikan informasi secara tepat. Pada saat berbicara, itu bisa berarti kemampuan otak dalam membuat kalimat dan memerintahkan mulut untuk mengucapkannya sama baiknya. Berbicara yang tepat adalah kita telah memahami hal yang hendak kita katakan, bukan sekadar asal bunyi.
Menulis Kreatif
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta, berinovasi. Secara alami, manusia adalah makhluk yang kreatif, meski banyak hambatan untuk menuju kreativitas.
Hambatan terbesar justru datang dari pengalaman masa kecil, ketika orang tua dan lingkungan membiasakan kita dengan kata “Jangan begini, jangan begitu…” atau kata “Tidak boleh ini dan itu..” Kita telah terbiasa dengan larangan. Padahal hukum agama pun asalnya mubah/diperbolehkan, ketika itu menjadi larangan di kitab suci, dengan alasan yang kuat, ia baru menjadi haram. Begitu pun seharusnya manusia, yang membolehkan, membebaskan anak-anaknya untuk mencoba hal ingin mereka lakukan, kecuali hal itu berefek pada keselamatan atau nyawa si anak.
Secara singkat, hambatan-hambatan lainnya adalah
1. Kebiasaan. Secara alami untuk berubah. Orang merasa nyaman ketika mengikuti kebiasaannya, jadi secara alami sulit keluar dari kebiasaannya
2. Malas. Keluar dari kebiasaan perlu usaha
3. Kurang percaya diri. Akibat kurang pengalaman jadi kurang percaya diri
4. Takut gagal. Karena pengalaman pernah ide-ide mereka ditertawakan atau takut dikritik orang lain.
5. Karena pikiran kreatif dihambat oleh aturan, etika, tidak ada masalah atau kebanjiran masalah, tidak punya waktu atau terlalu banyak waktu
6. Atau karena banyak pikiran lain yang mengganggu.
Solusinya? Salah satunya adalah dengan brainstorming. Badai otak—kata google translate.
Proses berpikir kreatif tidak bisa dipaksakan. Ide kreatif akan muncul pada saat kita sedang santai. Pada saat duduk di toilet itu ide paling sering muncul. Salah satu cara untuk bisa masuk mudah ke dalam tingkat getaran otak yang kreatif adalah dengan proses re-creation atau menciptakan kembali. Kita menggunakan satu karya kreatif untuk memicu aliran kreatifitas kita.
Kebanyakan orang mengatakan “saya tidak bisa menulis” karena “tidak berbakat,” juga tidak kreatif. Jika Anda bisa berbicara, menulis surat di selembar kertas, mengetahui struktur dasar kalimat, menulis pesan terima kasih, Anda memiliki keterampilan berbahasa yang cukup untuk belajar menulis secara alami. Pengetahuan mengenai tatabahasa bukan persyaratan minimal. Anda hanya perlu memanfaatkan otak Anda dengan benar sehingga memunculkan pemikiran yang kreatif.
Pertama, pikirkan sebuah kata benda. Kemudian, tentukan 10 kata benda lain yang langsung terlintas berhubungan dengan kata tersebut. Setelah itu, gunakan 11 kata tersebut ke dalam puisi yang kita buat.
Sebagai contoh, kata intinya adalah Prancis. Sepuluh kata yang berhubungan dengannya adalah eiffel, revolusi, roti, bahasa, cinta, perang, gantungan, perempuan, hati, pedang. Diusahakan sepuluh kata tersebut datang dengan tanpa berpikir panjang. Spontanitas. Puisi yang kemudian kuciptakan dari kata-kata tersebut seperti di bawah ini:
Kau Akan Mengajari Aku Bahasa Prancis
seorang pria romantis harus bisa bahasa prancis
dan memiliki cita-cita berkunjung ke eiffel
di sana tak akan ada tiang dan tali gantungan
yang dijanjikan pelaku korupsi satu rupiah
orang-orang hanya akan memadu kasih, mencicip
bibir masing-masing yang seringnya lancip
seperti pedang milik joan of arc, perempuan orleans
yang menaklukkan kuda seperti menaklukkan hati para pria
berbicara bahasa prancis, segala sesuatu harus dilatih
terutama lidah. kau pun mulai mengajariku makan masakan
prancis, roti prancis dan seharusnya lidah orang prancis
yang lincah dan terkenal dengan ciuman-ciumannya
sehingga kemudian begitu mudah mengucap revolusi
seorang pria romantis adalah seseorang yang memimpin
revolusi itu dan berteriak perang pria kecil
tidak cukup di atas ranjang
aku bertanya-tanya seberapa penting menjadi pria romantis
tapi mengingat kau akan mengajarkan aku bahasa prancis,
aku menjadi teramat bahagia
dan berterima kasih kepada tuhan
yang telah menciptakan kebahagiaaan
Cara kedua, adalah melihat karya seni lain. Bisa lukisan, musik, atau karya sastra yang lain. Dengan melihat karya seni lain, itu akan memantik kesadaran kesenian kita dan memicu kesadaran kreatif kita.
Ini adalah puisi Subagio Sastrowardoyo:
NADA AWAL
Tugasku hanya menterjemah
gerak daun yang tergantung
di ranting yang letih. Rahasia
membutuhkan kata yang terucap
di puncak sepi. Ketika daun
jatuh takada titik darah. tapi
di ruang kelam ada yang merasa
kehilangan dan mengaduh pedih
Reaksi atas puisi tersebut:
Nada Kedua
pada tanah basah, aku tak akan mengeruk
rahasia. sesuatu yang terkubur
atau tertanam, akan menumbuhkan
kenyataan-kenyataan. kau tak akan butuh lisanku
yang lambat mengucap kasih
yang teramat pedih bila selalu direnungkan
atau bila nanti bertemu, biarlah
dalam nada kedua inilah, kita harus terpisah
Dan yang ketiga adalah cari sebuah puisi berbahasa asing yang benar-benar asing alias kita tidak tahu artinya. Kemudian, reka-rekalah artinya, jadikan puisi itu milik Anda. Coba perhatikan puisi di bawah ini dan silakan mencobanya.
Hagamos un trato
Si una vez adviertes que te miro a los ojos,
y una veta de amor reconoces en los míos,
no pienses que deliro,
piensa simplemente que puedes contar conmigo.
Si otras veces me encuentras huraña sin motivo,
no pienses que es flojera;
igual puedes contar conmigo.
Pero hagamos un trato: yo quisiera contar contigo,
es tan lindo saber que existes,
uno se siente vivo y cuando digo esto,
no es para que vengas corriendo en mi auxilio,
sino para que sepas tú siempre puedes contar conmigo.Mario Benedetti
Semoga bermanfaat!