Tidak sedikit orang salah paham, mengira selingkung adalah istilah lain untuk selingkuh dalam kebahasaan. Padahal makna kamusnya jauh berbeda. Ya, selingkung bukan selingkuh.
lingkung » se.ling.kung
- nsekeliling; sekitar:di ~ pekarangan itu ditanami pohon petai cina
- nterbatas pada satu lingkungan:gaya ~
bedakan dengan:
se.ling.kuh /sêlingkuh/
- asuka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong
- asuka menggelapkan uang; korup
- asuka menyeleweng
Makna Gaya Selingkung
Gaya selingkung adalah pedoman tata cara penulisan. Tiap penerbit memberlakukan gaya yang biasanya berlainan.
Dalam bahasa Inggris, selingkung disebut style guide. Salah satu pengertiannya adalah Journalism & Publishing, a set of relus concerning spelling, typography, stc, observed by editorial and printing staff in a particular publishing or printing company.
Banyak faktor yang menentukan gaya selingkung. Pada dasarnya ada tiga kelompok komponen yang menentukan gaya selingkung yaitu perwajahan dan format, pola penulisan, serta kedalaman dan kerincian penyajian. Ukuran, warna, hiasan, isi, dan tata letak sampul setiap terbit merupakan kesan pertama yang diamati orang. Format dan tata letak halaman, tipe dan ukuran huruf, sistem penomoran, organisasi atau pengaturan isi naskah, jenis kertas, dan faktor penampilan fisik merupakan tolok ukur kecermatan para penyunting mempertahankan gaya selingkungnya. Kedalaman dan kerincian data serta informasi, gaya bahasa dan nuansa yang tersirat, urutan penyuguhan fakta dan argumentasi, serta intensitas pemikiran yang mendasari penulisan isi berkala, merupakan segi gaya selingkung yang menjamin jati diri dan mutu.
Gaya selingkung ini lazim kita lihat misalnya di dalam jurnal ilmiah. Setiap penerbit jurnal ilmiah punya gaya sendiri dalam menentukan jurnal. Daftar pustakanya pun punya style yang bisa berbeda-beda. Kita misalnya mengenal APA Style yang berbeda dengan tata cara menulis daftar pustaka sesuai pelajaran Bahasa Indonesia.
Gaya Selingkung dalam Diksi
Setiap penerbit atau media punya gaya selingkung yang berbeda-beda. Ada yang mematuhi EBIdan Kaidah Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar, ada juga yang tidak.
Contohnya pada kata “embus”. Kata “embus” adalah kata yang baku menurut KBBI. Tetapi banyak juga penerbit yang memilih menggunakan kata “hembus”. Begitu juga dengan kata “salat”. Masih banyak yang lebih nyaman menulis “shalat” atau “solat” ketimbang “salat”.
Gaya selingkung akan lebih kompleks bila menyangkut karya terjemahan. Selingkung bukan hanya menyangkut ejaan, namun diksi secara luas. Kadang-kadang penerbit lebih menyukai ‘para lelaki’ daripada ‘lelaki-lelaki’, misalnya. Bahkan, apabila ‘lelaki’ mengacu kepada kaum Adam keseluruhan [contohnya pada kalimat ‘Men are all the same’] penerbit acap kali mengartikan ‘Lelaki’ dan bukan ‘Kaum Lelaki’.
Gaya selingkung pada dasarnya menginginkan bahasa menjadi sesuatu yang ‘cair’, sehingga bahkan perubahan dan ketentuan dalam KBBI tidak senantiasa disetujui oleh semua pihak. Ada alasan yang kuat kenapa penerbit atau editor tidak mau memakai versi baku sebuah kata. Bukan seenaknya.
Tulisan diambil dari berbagai sumber.
ini yang saya cari, tak share ya
silakan
Baru tahu saya ada kata selingkung
Izin mengambil sebagian ilmunya, Mas Pring.