Sejarah Huruf V

Sejarah Huruf V di Indonesia

oleh Holy Adib, dimuat kali pertama di Harian Rakyat Sultra

Ketika aksara Latin mulai digunakan untuk menuliskan bahasa Indonesia (dulu bernama bahasa Melayu), tidak semua huruf dalam abjad tersebut langsung dipakai. Salah satunya ialah huruf v. Huruf itu tidak dimanfaatkan karena memang tidak ada bunyi yang disimbolkan oleh huruf tersebut dalam bahasa Melayu/Indonesia.

Saya mencoba mencari tahu kapan huruf v mulai digunakan dengan menelusuri kamus-kamus. Kamus pertama yang saya temukan memasukkan huruf v ialah Kamus Umum Bahasa Indonesia/KUBI (1952) cetakan pertama susunan Poerwadarminta. Sebagai perbandingan, Poerwadarminta belum memasukkan huruf v dalam Logat Ketjil Bahasa Indonesia (1949).

Baca Juga: Sejarah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Dalam Kamus Moderen Bahasa Indonesia susunan M. Zain (tanpa tahun, diperkirakan terbit pada 1950-an) juga belum ada huruf v. Demikian pula dalam Kamus Saku Bahasa Indonesia (1952) susunan Reksosiswoio, St. Muh. Sa’id, dan A. Sutan Pamuntjak. Provocatie, kata serapan Belanda, dalam kamus itu ditulis propokasi. Poerwadarminta memakai huruf v dalam KUBI untuk menampung kata serapan dari bahasa Eropa, yang berjumlah 20 entri, yakni vak, valensi, vitamine, vokal, volonter, valuta, variasi, ventilator, varia, verifikasi, veto, via, vikariat, vide, villa, violet, virus, visa (visum), vital, votum— menurut Russel Jones dalam Loan-Words in Indonesian and Malay (2008) kata-kata tersebut diserap dari bahasa Belanda. Huruf v dalam ke-20 entri itu terdapat di awal kata.

Sementara itu, dalam kamus tersebut huruf v yang terdapat di tengah kata bahasa Belanda diserap menjadi p, misalnya provincie menjadi propinsi. Padahal dalam bahasa Belanda, provincie dilafalkan /proˈvɪnsi/ menurut Nederlands Woordenboek (Woorden.org). Baru pada KUBI cetakan keempat (1966) Poerwadarminta memberi kata propinsi tanda rujuk silang ke kata provinsi. Artinya, Poerwadarminta menganggap provinsi sebagai kata baku dan propinsi sebagai kata tidak baku.

Saya melihat bahwa Poerwadarminta ingin merapikan kata serapan dari bahasa Belanda, misalnya mengubah propinsimenjadi provinsi. Poerwadarminta mengubah ejaan propinsi menjadi provinsi bukan karena kata provinsi diserap dari bahasa Inggris. Adapun dalam bahasa Inggris, kata province (menurut kamus Oxford pada laman Lexico.com) dibaca /prɒvɪns/

Tradisi menyerap huruf v dari bahasa Eropa yang dimulai oleh Poerwadarminta pada KUBI (1952) itu terus berlanjut dalam penyerapan kosakata bahasa Inggris. Meskipun begitu, v tetap menjadi huruf tanpa bunyi dalam bahasa Indonesia karena tidak melambangkan bunyi /v/ seperti dalam bahasa Inggris.

Dalam penyerapan kosakata seperti itu, menurut Samsuri (1980) dalam Analisa Bahasa, secara linguistika yang terpungut ialah bunyi [f], sedangkan bunyi [v] tidak terpungut. Selain itu, huruf v tidak selalu bertahan apabila diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti activity menjadi aktivitas. Huruf v yang tidak bertahan itu ialah yang berada pada suku kata akhir.

Badudu dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1983) mengatakan bahwa akhiran –ive dalam bahasa Inggris menjadi if dalam bahasa Indonesia, misalnya descriptive menjadi deskriptif, demonstrative menjadi demonstratif. Katanya lagi, kata dari bahasa Inggris yang berakhir –ive, yang semakna dan mirip bentuknya dengan kata dari bahasa Belanda yang berakhiran –ief, dalam bahasa Indonesia menjadi kata dengan akhir –if.

Begitulah. Hingga kini huruf v dalam bahasa Indonesia melambangkan bunyi /f/. Huruf v dalam kata bahasa Indonesia dilafalkan seperti melafalkan huruf f. Jika berdiri tunggal, huruf v dalam bahasa Indonesia dibaca /fe/, sedangkan f dibaca /ef/. Misalnya, kata aktivitas diucapkan /aktifitas/. Bandingkan dengan lafal activity dalam bahasa Inggris: /akˈtɪvɪti/ (Lexico.com). 

Nasib huruf v dalam bahasa Indonesia berbeda dengan kedudukan huruf v dalam bahasa Melayu di Malaysia. Dalam bahasa Melayu, huruf v benar-benar digunakan untuk menyimbolkan bunyi /v/. Tentu saja kata-kata yang mengandung huruf v dalam bahasa Melayu Malaysia masuk bersama dengan kata serapan dari bahasa Inggris karena negara itu dulu dijajah Inggris.

Jadi, huruf v di negeri jiran tersebut dilafalkan /v/ meskipun pada dasarnya dalam bahasa Melayu tidak ada bunyi /v/. Misalnya, kata activity dalam bahasa Inggris diserap menjadi aktiviti dalam bahasa Melayu Malaysia dan diucapkan /aktiviti/. 

Kekurangan dan Kelebihan Huruf V

Kelemahan adanya huruf v ialah mengakibatkan ejaan bahasa Indonesia semakin jauh dari konsep ejaan ideal. Ejaan ideal menghendaki sebuah huruf (tanda/grafem) hanya dipakai untuk melambangkan sebuah fonem atau sebuah fonem hanya dilambangkan sebuah huruf (Chaer, 1993; Uhlenback, 1982; dan Samsusi, 1980).

Kalau konsep ejaan ideal itu diterapkan dalam bahasa Indonesia, kata survei ditulis surfei, virus ditulis firus, dan visum ditulis fisum. Namun, ejaan bahasa Indonesia memakai ejaan ortografis, bukan ejaan fonemis sehingga tidak bisa secara sempurna mengikuti konsep ejaan ideal (ejaan yang bisa sempurna mengikuti konsep ejaan ideal ialah ejaan fonemis.

Meskipun begitu, ejaan bahasa Indonesia jauh lebih baik daripada ejaan bahasa Inggris apabila tolok ukurnya konsep ejaan ideal karena satu fonem dalam bahasa Inggris bisa disimbolkan dalam beberapa huruf). Karena bahasa Indonesia memakai ejaan ortografis, bunyi /ŋ/ disimbolkan dengan grafem <ng>, seperti yang terdapat pada kata burung. Bunyi lain dalam bahasa Indonesia yang disimbolkan dengan dua huruf ialah /x/, /ʃ/, dan /ɲ/, yang masing-masing disimbolkan dengan <kh>, <sy>, dan <ny>, seperti dalam kata khazanah, syarat, dan nyaring—simbol tersebut merupakan simbol Alfabet Fonetis Internasional (International Phonetic Alphabet).

Kelemahan yang paling parah dari adanya huruf v dalam bahasa Indonesia ialah bahwa huruf v dalam kata menyimbolkan bunyi yang sudah disimbolkan oleh huruf f. Menurut Uhlenbeck (1982), kurang tepat apabila dua atau lebih fonem yang berbeda dilambangkan dengan huruf yang sama.

Sementara itu, kelebihan masuknya huruf v ialah melengkapi huruf abjad Latin dalam bahasa Indonesia, sebagaimana aksara Latin dalam kebanyakan bahasa-bahasa yang menggunakan aksara Latin. Kelebihan lainnya ialah agar ejaan kata serapan bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia sama (jika tidak ada penyesuaian ejaan, seperti virus menjadi virus) atau tidak banyak berubah/mirip (jika ada penyesuaian ejaan, seperti activity menjadi aktivitas).

Jika tidak ada huruf v dalam alfabet bahasa Indonesia, banyak kata serapan yang dalam bahasa sumbernya mengandung v berubah menjadi p dalam bahasa Indonesia, seperti dulu provincie diserap menjadi propinsi. Jika begitu, kata vocal, misalnya, diserap menjadi pokal.

Adanya huruf v dalam alfabet Latin bahasa Indonesia membuat orang Indonesia terbiasa dengan huruf tersebut sehingga tidak canggung apabila melihat huruf v dalam bahasa-bahasa Eropa. Kalau begitu, apa tidak sebaiknya kita juga mulai melafalkan huruf v dalam bahasa Indonesia dengan /v/, seperti yang dilakukan orang Malaysia, agar lidah kita terbiasa mengucapkan v jika berbahasa Inggris, misalnya?

Saya kira tidak perlu. Kita tidak punya tradisi melafalkan /v/ dalam bahasa Indonesia. Kita hanya perlu melafalkan /v/ dalam berbahasa asing yang melafalkan v dengan /v/.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

12 Comments

  1. Wah keren blognya mengusung niche literature juga ya mas, sampai bahas asal mula dan nasib huruf v ini, unik ternyata jika ditracing ke belakang

  2. Wah…analisis tentang huruf V lengkap. Jadi tahu sejarah huruf V ya sampai ada di kosa-kata bhs Indonesia. Apalagi di tanah Sunda deh, udah jadi becandaan, karena engga bisa bilang F atau V, semua jadinya eP atau Pe…hehe…maaaaf. Nanti aku digetok. Padahal tinggal di Bandung…

  3. jaman aku kecil dulu tau Poerwadarminta ini dari kakekku, tepatnhya dari kamus yang dimiliki.
    Belajar sejarah mengenaik huruf ini seru juga ya, kok aku gak pernah kepikiran sampai sejauh itu. Tapi dari postingan ini jadi punya ilmu baru

  4. Ya ampun perjalanan huruf V ternyata memiliki sejarah yang begitu panjang.
    Masih awam banget soal sejarah huruf-huruf seperti ini. Terima kasih, jd dapat ilmu baru ini.

  5. Huruf V ini memang pengucapannya sekilas sama dengn P. Kalo di sunda sama F dan P. Aku org sunda nyebutin ketiga huruf itu sama aja hehehe
    Sejarahnya ternyata bgitu panjang, penyerapan huruf dari asing ternyata butuh kajian jg ya. Nice share mas

  6. Iya nih saya kalau mengucapkan huruf v suka sama dengan f, terkadang menulisnya pun jadi disamakan padahal ada penulisan yang tidak bisa digantikan dengan huruf lain selain v, jadi menambah ilmu bahasa lagi saya nih 🙂

  7. Menariknya sejarah satu huruf ya mulai dari masuk ke kamus sampai pelafalan yang tepat. Akhirnya kudu setia aja pada pelafalan v dalam bahasa asing ya Mas, kalau kita kan sudah kaya bahasanya.

  8. aku biasa mengatakan huruf “V” dengan ucapan “vi” buka “ve”. Ini diajarkan oleh guru bahasa indonesia sejak sekolah dasar lho. Tapi pindah daerah pengucapan “V” jadi “ve”

  9. Anakku, 9 tahun, lagi seneng-senengnya mainin V sama F ini. Maksudnya kalau pas didikte gitu, saya ngucapin F, dia nulisnya V. Saya ngucapin V dia nulisnya F. Untung aja bukan P, kekeke. Padahal kalau dia sendiri yang baca ya bener gak kebolak-balik. Entahlah kenapa kok bisa gitu. Sekarang saya akali kalau V saya baca Vi aja, malah bener dia. Ternyata memang ada sejarahnya ya. Menarik nih.

  10. Sejarah huruf V panjang juga ternyata ya, kalau dipikir-pikir memang tidak banyak kosa kata bahasa Indonesia yang menggunakan huruf V juga sih.

  11. Perjalanan yang panjang rupanya untuk masuk dalam huruf di Indonesia. Memang sih ya, kadang kayak unfaedah gitu huruf ‘v’ itu. Tapi kalau melafalkan bahasa Belanda atau bahasa lainnya. Huruf ‘v’ memang sangat diperlukan.

  12. Sebuah perjalanan berdasarkan teori dan praktek yang berliku liku ya kang. Tapi pastinya dalam kehidupan sekarang tetap ada vungsinya eeehhh fungsinya
    ilmu baruuuu nih buatku

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *