DI WARUNG MAKAN CEPAT SAJI
Hidupmu seperti roda kereta pada hari raya
Kau lupa rumah dan jalan pulang
Pada sebuah kursi warung makan
Kau serahkan tubuhmu yang lejar
Kepada pelayan yang pura-pura bahagia
Kau memesan sesuatu di luar menu
“Saya ingin seporsi masa muda
Tanpa pertanyaan-pertanyaan soal masa depan.”
Pelayan teringa-inga dalam kesunyian kata
Di luar anak-anak hujan berkeluyuran
“Dan segelas masa dewasa yang hangat
Tanpa lingkungan dan kawan yang keparat.”
Kau dan pelayan bertatapan tanpa bahasa
Pada bola matanya yang syahda
Kau lihat dirimu kaku dan terlindas
Laju waktu yang tak kenal tuntas
Cibiru, 2019
SABTU MALAM DI BRAGA
ribuan lampu menyala
seperti mengabarkan pesta
segera dimulai
dan tak akan berakhir
tubuh-tubuh bergoyang
tangan-tangan bergandengan
kaki-kaki bergegas
seolah tak akan berhenti
pukul empat
seorang bule berjalan sempoyongan
menghadap dinding tua
dan berkata:
“aku mencintaimu seperti malam
mencintai orang-orang yang bersedih.”
Bandung, April 2019
CATATAN DI BRAGA
Kita duduk pada suatu sore,
sepasang bule bercakap dalam bahasa asing
mungkin sejarah, paket wisata, atau sekadar hal biasa
kita tidak tahu dan saling tertawa
memandang punggung menjauh, gedung-gedung,
sebuah toko buku sembunyi di ujung jalan—
Sebentar lagi senja turun
tanpa hujan, cahaya memudar, mobil mini berputar
barangkali seseorang lupa jalan atau sesuatu tertinggal
kita tidak tahu dan perlahan bangkit
meninggalkan kursi, jejak kaki—pergi
tanpa janji kembali
Cibiru, 2019
MENDENGARKAN RINTIHAN FREDDIE MERCURY
Mama, aku tak pernah membunuh siapa-siapa
Namun algojo berscythe itu selalu mengintaiku
Ketika dentang-dentang waktu membisu
Mama, aku baru belajar cara bernapas yang benar
Namun hidup membenamkan kepalaku kelewat dalam
Menggeretku ke terowongan panjang tanpa bayang
Mama, aku tak ingin membuatmu menangis
Terlampau limpah air bersimbah dari tubuhmu
Darah, susu, keringat, air-air kehidupan
Mama, aku ingin kembali mendekam di rahimmu
Di mana aku bisa memeluk tanpa batas
Terpejam tanpa mengkhawatirkan hari lepas—
Cibiru, 2019
BIODATA PENULIS
Erwin Setia lahir tahun 1998. Penikmat puisi dan prosa. Kini menempuh pendidikan di Prodi Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di berbagai media seperti Koran Tempo, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Minggu Pagi, Solopos, Haluan, Koran Merapi, Padang Ekspres, dan Detik.com. Cerpennya terhimpun dalam Dosa di Hutan Terlarang (2018). Bisa dihubungi di Instagram @erwinsetia14 atau melalui surel: erwinsetia2018@gmail.com.
Ayo kirimkan puisimu ke Rubrik Puisi Catatan Pringadi.