Puisi Wislawa Szymborska

Puisi Wislawa Szymborska, Pemenang Nobel Sastra 1996

Di Bawah Satu Bintang Kecil

diterjemahkan oleh Dedy Tri Riyadi dari Under One Small Star

Maaf untuk kesempatan karena memanggilnya kebutuhan.
Maaf untuk kebutuhan karena bagaimanapun juga, saya keliru.
Tolong, jangan marah, kebahagiaan, karena menganggapmu sebagai hak untukku.
Semoga saja jenazahku bisa bersabar sebagaimana kenanganku memudar.
Maaf untuk waktu karena seluruh dunia kuabaikan setiap detiknya.
Maaf untuk cinta yang lalu karena berpikir bahwa yang terbaru adalah yang pertama.
Maafkan aku, perang-perang di kejauhan, karena kubawa bungaran pulang.
Maafkan aku, luka-luka terbuka, karena kutusuk sendiri jari ini.
Maaf untuk kenanganku akan tonggak-tonggak kayu yang kepadanya menangis mereka yang dari kedalaman.
Maaf untuk mereka yang menunggu di stasiun kereta karena tertidur pada pukul lima pagi hari ini.
Maafkan aku, harapan yang diburu, karena tertawa dari waktu ke waktu.
Maafkan aku, gurun-gurun, karena aku tak bersegera kepadamu dengan membawa sesendok air.
Dan kau, elang, tak berubah dari tahun ke tahun, selalu di kandang yang sama, tatapanmu selalu tertuju pada satu titik di angkasa.
Maafkan aku, meskipun ternyata kau sudah dipuaskan.
Maaf untuk pohon-pohon yang ditebang untuk dijadikan empat kaki meja.
Maaf untuk pertanyaan-pertanyaan hebat bagi jawaban-jawaban sederhana.
Kebenaran, tolong jangan perhatikan aku.
Kehormatan, bermurah hatilah.
Bersabarlah, duhai misteri keberadaan, karena sesekali kucabut benang dari keretamu.
Jiwa, jangan tersinggung karena aku hanya memilikimu sekarang dan nanti.
Maaf untuk segala sesuatu karena aku tak bisa berada di berbagai tempat sekaligus.
Maaf untuk semua orang karena aku tak bisa jadi setiap perempuan dan setiap laki-laki.
Aku tahu kalau aku tak bisa dibenarkan selama aku hidup karena aku berdiri sendiri dengan caraku.
Jangan biarkan aku sakit hati, ucapan, karena kupinjam kata-kata berbobot, lalu mengerjakannya begitu berat supaya mereka terlihat ringan.

Baca Juga: Puisi Louise Glück

PULANG KE RUMAH

diterjemahkan Ahmad Yulden Erwin dari Going Home

Dia pulang ke rumah. Tak berkata apa-apa.
Namun, jelas sekali, ada sesuatu yang salah.
Dia berbaring dengan pakaian lengkap,
Menarik selimut di atas kepalanya,
Terselip hingga lututnya.
Dia hampir empat puluh, tapi bukan saat ini.
Dia eksis persis seperti yang dia lakukan dalam rahim ibunya,
terbungkus dalam tujuh dinding kulit, dalam kegelapan terlindung.
Besok dia akan memberi kuliah
tentang homeostasis dalam kosmonotika metagalaktik.
Namun, sekarang, dia sudah meringkuk dan pergi tidur.

Kekasih

diterjemahkan oleh Wawan Kurniawan

Di keheningan ini kita masih mendengar
apa yang mereka nyanyikan kemarin
di sekitar pendakian dan jalan menukik. . .
Kita dengar — tapi tak percaya sama sekali.

Senyum kita tak menutupi kesedihan,
dan kebaikan dibutuhkan tanpa pengorbanan.
Rasa iba kita beri tuk mereka yang tanpa kekasih
bahkan lebih dari yang pantas untuk mereka.

Kita sangat takjub pada diri kita sendiri,
apa yang tersisa dari kejutan untuk kita?
Bukan pelangi di malam hari.
Bukan kupu-kupu di salju.

Dan kala kita teridur
kita bermimpi akan perpisahan.
Tetapi itu adalah mimpi indah,
itu adalah mimpi indah,
sejak kita terbangun dari mimpi itu.

Kunci

diterjemahkan oleh Wawan Kurniawan

Kunci itu di sini dan kini menghilang.
Bagaimana bisa kita masuk ke dalam bumi?
Orang lain mungkin saja melihat kunci,
pikirkan, apakah ini pantas terjadi padaku,
lalu ambillah lalu berjalan menyusuri
hamburan potongan timah kecil.

Jika hal yang sama pernah terjadi
pada cinta yang kumiliki untukmu,
siapa yang kelak celaka demi satu cinta ini?
Seluruh dunia, bukan hanya kita berdua.
Kehampaan hanyalah bentuk sederhana
direngkuh oleh tangan lain,
tak akan membuka pintu apapun,
maka biarkan karat itu menguasai segalanya.

Tak ada sejumlah kartu atau bintang atau pekik merak:
bahkan horoskop ini pun tak mampu berakhir.

PETA

diterjemahkan oleh Rio Fitra SY

Datar seperti meja
ia diletakkan.

Tak ada yang bergerak di bawahnya
dan ia tak berupaya mencari jalan keluar.

Di atas – napas fanaku
tak membuat udara bergetar
dan meninggalkan semua permukaan
yang bergeming.

Dataran itu, lembah yang senantiasa hijau,
perbukitan, gunung-gunung yang kuning dan coklat,
sedangkan laut, samudra yang tetap tenang
di sisi pantai yang terkoyak.

Segalanya kecil, tak berjarak, dalam jangkauan.

Aku bisa menekan gunung berapi dengan ujung jari,
kutub yang beku tanpa sarung tangan,
aku bisa dalam sekejap
mencakup setiap gurun
dengan sungai yang berbaring di sisinya.

Pohon-pohon berdiri di hutan tua,
kau tak akan hilang arah di antara mereka.
Di timur dan barat,
atas dan bawah katulistiwa –
diam seperti jarum jatuh,
dan setiap titik hitam tusukan jarum
orang-orang tetap hidup.

Kuburan massal dan reruntuhan tiba-tiba
keluar dari gambar.
Batas negara nyaris tak terlihat
seakan-akan samar – barangkali juga tidak.

Aku suka peta-peta, karena mereka berbohong.
Karena mereka tidak memberi jalan pada kenyataan yang kejam.
Karena kebesaran hati, kebaikan murni
mereka bentangkan di hadapanku sebuah dunia
yang bukan dunia ini.

Baca Juga: Puisi Bill Knot

TAK ADA YANG DUA KALI

diterjemahkan oleh Ahmad Yulden Erwin dari Nothing Twice

Tidak ada yang pernah terjadi dua kali.
Karena itu, fakta yang menyedihkan adalah
bahwa kita tiba di sini melalui improvisasi
dan pergi tanpa kesempatan untuk berlatih.

Bahkan jika tak ada orang bodoh,
dan jika kau adalah orang paling bodoh di planet ini,
kau tak dapat mengulang kelas di musim panas:
kursus ini hanya ditawarkan satu kali.

Tak ada salinan dari hari kemarin,
tak ada dua malam yang akan mengajarkan kebahagiaan
dengan cara yang persis sama,
dengan ciuman yang persis sama.

Suatu hari, mungkin beberapa lidah menganggur
menyebut namamu secara tak sengaja:
Saya merasa seolah bunga mawar yang terlempar
ke dalam ruangan, seluruh rona dan aroma,

keesokan harinya, meskipun kau di sini bersamaku,
Saya tetap saja tak bisa melihat jam:
Setangkai mawar? Setangkai mawar? Apa itu?
Apakah itu bunga atau batu?

Mengapa kita memperlakukan hari yang singkat
dengan begitu banyak ketakutan dan kesedihan yang tak perlu?
Sudah menjadi sifatnya untuk tak tinggal:
Hari ini akan selalu berlalu besok.

Dengan senyum dan ciuman, kita lebih suka
mencari persetujuan di bawah bintang terang kita,
meski kita berbeda (kita pun bersetuju)
sama seperti dua tetes air.

Tentang Wislawa Szymborska

Wislawa Szymborska merupakan penyair, esais, dan kritikus kebangsaan Polandia yang lahir pada 2 Juli 1923. Puisi Wislawa Szymborska memukau dan dunia dan membuatnya menerima penghargaan Nobel sastra pada tahun 1996 yang membuat dirinya semakin dikenal luas di dunia. Mulai menulis sejak 1940-an saat ia bekerja sebagai karyawan di perusahaan kereta apii di Kraków, Polandia.  Saat itu Eropa sedang berkecamuk Perang Dunia II.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *