Ia melempar kailnya ke muara
berharap menemukan teman
Namun hanya sejumlah ikan
yang berkumpul dan memberi nama
Tak ada bahasa yang bisa dieja
Ia juga tak mengenal duka
Baca juga: Puisi | Musi Landas
Di Sungai Kertak, ia bernyanyi
Sekali lagi dilemparnya kail itu
Berharap temu ikan lebih banyak
Namun hanya rumput yang berdoa
Sebelum senja, seorang anak
Harus kembali ke rumah
Kemudian tangis adalah tragedi
Segala yang ia miliki
dirampas oleh dunia
Ia melempar kailnya ke muara
berharap menemukan teman
Namun yang tampak seolah bidadari
memanggilnya, dan ia menyelam
sampai lupa manusia tak punya insang
(2019)
Puisi ini terinspirasi dari Cerita Rakyat Banyuasin, Asal Mula Desa Tanjung Agung.
Baca juga: Puisi | Mengusir Setan