Puisi T.E. Hulme: Trenches: St. Eloi diterjemahkan Pringadi Abdi Surya

Di atas lereng gunung Eloi

Karung-karung pasir bertumpuk bak sebuah dinding besar.

Malam,

Di dalam kesunyian, pria-pria yang tak kenal lelah

Memadamkan unggun kecil, membuang sisa kaleng bir:

Ke sana ke mari, dari garis itu.

Para pria berjalan seolah-olah berada di Piccadilly1,

Menggambar takdir di dalam kegelapan,

Melalui kuda-kuda mati yang bergelimpangan

Di atas perut Belgia yang binasa

 

Orang Jerman punya roket. Orang Inggris tak punya roket.

Meriam bersembunyi, berbaring beberapa mil di belakang garis

Di hadapannya, kekacauan:

 

Pikiranku adalah sebuah koridor. Pikiran-pikiran tentangku juga koridor.

Tak ada saran apa pun. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan, kecuali maju!

 

1Piccadilly adalah nama jalan di pusat kota London.

 

Trenches: St. Eloi

Over the flat slopes of St Eloi
A wide wall of sand bags.
Night,
In the silence desultory men
Pottering over small fires, cleaning their mess- tins:
To and fro, from the lines,
Men walk as on Piccadilly,
Making paths in the dark,
Through scattered dead horses,
Over a dead Belgian’s belly.

The Germans have rockets. The English have no rockets.
Behind the line, cannon, hidden, lying back miles.
Beyond the line, chaos:

My mind is a corridor. The minds about me are corridors.
Nothing suggests itself. There is nothing to do but keep on.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *