Autumn
A touch of cold in the Autumn night—
I walked abroad,
And saw the ruddy moon lean over a hedge
Like a red-faced farmer.
I did not stop to speak, but nodded,
And round about were the wistful stars
With white faces like town children.
Musim Gugur
Sebuah sentuhan yang dingin
pada sebuah malam di musim gugur—
aku melangkah ke luar negeri
dan kusaksikan bulan berdarah
meringkuk di atas pagar
Seperti muka petani yang kemerah-merahan.
Aku tak berhenti berbicara, tapi mengangguk,
dan mencari bintang-bintang yang tersedu
dengan wajah pucatnya
seperti halnya anak-anak kota.
ABOVE THE DOCK
Above the quiet dock in midnight,
Tangled in the tall mast’s corded height,
Hangs the moon. What seemed so far away
Is but a child’s balloon, forgotten after play.
Di atas Dermaga
di atas dermaga yang tenang, pada suatu tengah malam
meringkuk di ketinggian, pada tiang kapal yang rusak
sebuah bulan. terasa begitu jauh
tetapi itu adalah balon seorang anak yang dilupakan seusai bermain.
The Embankment
Once, in finesse of fiddles found I ecstasy,
In the flash of gold heels on the hard pavement.
Now see I
That warmth’s the very stuff of poesy.
Oh, God, make small
The old star-eaten blanket of the sky,
That I may fold it round me and in comfort lie.
Tanggul
Pada suatu hari, dalam sebuah permainan biola yang mempesona
kurasakan ekstasi
Dalam kilasan langkah sepatu berhak emas di trotoar yang keras itu.
Sekarang, lihatlah aku,
Kehangatan itu adalah materi paling subtil bagi puisi.
Oh, Tuhan, membuatku merasa kecil
bak bintang-bintang tua, yang tertelan selimut angkasa
Bahwa aku mungkin saja melipatnya
dan merasa nyaman berbaring di atasnya.