Kepada Sapardi
Hari ini saya memancing. Barangkali ada sebait puisi di kolam itu. Puisi yang gagal ditemukan oleh penyair lain. Tuhan dulu mengubahnya menjadi seekor ikan. Seekor ikan dengan insang, berenang. Bila bosan berenang, ia akan melompat dan terbang. Sebelum pindah ke kolam-kolam lain.
Saya pernah lihat bayangan ikan itu di matamu. Matamu adalah sebuah kolam. Saya berusaha menebak dasarnya tetapi saya takut terjebak karena tidak nampak seberapa dalam.
Saat saya memancing, saya tidak tahu seberapa panjang benang yang pantas dari joran. Saya tidak tahu bentuk kail yang tepat, umpan yang cepat ditangkap puisi. Hanya waktu sedemikian fana. Detik, menit, jam, dan hari. Tahu-tahu ada yang datang, dan kita kenali, memberikan salam sebagai yang paling dekat, paling pasti
(2020)