Puisi | Burung Kuwaw

Ia menghitung dari satu sampai enam puluh lima
tetapi ibunya tak kunjung pulang ke rumah
Ia memasang telinga sebaik-baiknya, agar langkah
dari kejauhan dapat ia kenali
sambil membayangkan sebatang tebu yang tinggi
dengan rasa manis yang bikin liur tuhan menetes

Namun, ia mulai menembang
Hari demi hari, batang demi batang tebu yang dibawa
Semua busuk dan tak memiliki aroma

Lalu mulailah satu per satu bulu bertumbuh
Diikuti sepasang sayap, ia mulai berubah menjadi
seekor burung, yang terbang dari ranting ke ranting

Ia menghitung lagi, dari satu sampai enam puluh lima
Begitu jumlah pohon yang sudah ia lalui
Sejak lari dari rumah
Tetapi kini tak lagi ada suara, selain kicau
yang kacau seperti hatinya, tatkala tak merasa
memiliki kasih sayang orang tua.


Puisi ini digubah dari Cerita Rakyat Banyuasin berjudul Burung Kuwaw. Puisi ini bagian dari usaha untuk memuisikan cerita-cerita rakyat Banyuasin. Beberapa puisi lain yang dapat dibaca misalnya Tanjung Agung, Lanang Penyungkan, dan Mengusir Setan.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *