Puisi | Antu Ruak Belekang

antu ruak belekang

I.

Segera, setelah menemukan api
ia membakar rasa khawatirnya
dan pulang ke rumah
Namun, ia hanya temukan darah
rambut, dan kuku
Antu Ruak Belekang telah memakan
saudaranya
Padahal, telah ia wartakan
bahwa diam itu emas, tak semua
pertanyaan harus diberikan jawaban
Dan ia sembunyikan kebenaran
di langit-langit
Seperti Tuhan menyembunyikan diri-Nya
di langit

II.

Namun, ia adalah keledai
yang tak belajar arti ketakutan
Ia kembali pergi
setelah Tuhan memberikan kehidupan kedua
Dan Antu Ruak Belekang
mampu mencium napasmu dan
mampu merasa kehilangan

Apalah arti pertempuran,
manusia dan setan
tanpa Tuhan

Selain lemah dan papah, tinggal kembali
bekas darah, rambut, dan kuku
Sebagai sesuatu yang abadi
menjadi pelajaran

(2019)

 

Puisi ini terinspirasi dari Cerita Rakyat Banyuasin yang berjudul Antu Ruak Belekang. Antu Ruak Belekang itu adalah hantu yang belakangnya hancur/bolong (Sundel Bolong) yang konon hobinya memakan manusia.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *