Tak terencana sama sekali, aku bisa pergi ke Air Terjun Jumog di Karanganyar. Pesonanya betul-betul sulit dilukiskan kata-kata.
Februari lalu, aku mengikuti rapat kerja organisasi di Solo. Bersama rombongan, aku kebagian berangkat kloter pertama dari Jakarta sekitar pukul 10. Sampai di Solo, pas makan siang. Sementara pembukaan rapat kerja baru dimulai setelah makan malam menunggu kloter kedua.
Daripada istirahat di kamar, tercetus ide bersama 3 orang teman buat jalan-jalan. Aku yang pencinta air terjun langsung googling dan menemukan Jumog sebagai rekomendasi teratas. Letaknya di Karanganyar. Jaraknya 37 km. Wah, langsung terbayang perjalanan dengan motor paling tidak sekitar 1 jam saja. Pas.
Segera kami eksekusi rencana dadakan itu. Sewa motor setengah hari hanya 50.000. Kami sewa 2 motor dan langsung berangkat setelah salat zuhur. Jaminannya Kartu BPJS. Nggak rela pakai KTP. Hehe.
Bermodalkan Maps, kami menyusuri Surakarta menuju Karanganyar. Namun, sial, di tengah jalan, ban motor yang kunaiki ternyata bocor. Waktu harus tertunda hampir setengah jam untuk mengganti ban dalam motor. Selanjutnya, perjalanan lancar, mengebut di atas 60 km/jam.
Pesona Jumog
Air terjun Jumog (Njumog) tepatnya berada di lereng Gunung Lawu, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Ada dua pintu masuk ke Jumog. Pertama, lewat atas. Dari pintu atas, kita akan menuruni 116 anak tangga. Bagi yang suka treking, pintu ini sangat kusarankan. Kami tentu lewat pintu ini, meski alasannya karena belum tahu ada pintu bawah yang lebih landai. Harga tiket masuknya hanya 5000 per orang untuk wisatawan lokal dan 15000 untuk wisatawan asing.
Berbagai fasilitas sudah tersedia di sana seperti WC yang memadai, kolam renang, dan tempat makan. Menu khasnya sate kelinci. Kami datang saat hari kerja, sudah sore pula, jadi Jumog sangat sepi. Hanya tampak beberapa muda-mudi berpacaran dan berfoto ria.
Pemandangan di Air Terjun Jumog sangat indah. Aliran air terjun terbelah menjadi dua bagian menimbulkan kesan adanya dua air terjun. Suasananya sejuk, asri, dan terawat. Airnya dingin sekali.
Setelah puas berbasah-basahan, berfoto-foto, kami pun pulang. Maklum, setidaknya Maghrib kami sudah harus sampai hotel. Mandi. Istirahat sebentar. Lalu makan malam sebelum mengikuti rangkaian kegiatan hingga pukul 10-an malam.
Di perjalanan pulang, kami melihat beberapa spot foto panorama kekinian. Sayang, langit mendung. Matahari yang mulai lelah tak begitu nampak. Kejutannya, ada penjual durian matang pohon di pinggir jalan. Kami pun berhenti dan menikmati durian di tempat. Rasanya manis dan lezat.
Ah, entah kapan bisa melakukan perjalanan bersama teman-teman lagi. Seru.