Perbedaan Satire dan Sarkasme

Banyak orang masih belum memahami perbedaan satire dan sarkasme. Bahkan saya ragu, apakah banyak orang memahami definisi satire dan definisi sarkasme dengan baik. Saya tergelitik ketika banyak orang menganggap kalimat-kalimatnya sebagai sebuah satire, padahal ketika saya baca, belum pas dianggap satire.

Contoh kalimat yang saya baca itu:

“Apakah Ahok juga perlu memaksimalkan realisasi anggaran seperti Anies agar dapat WTP?”

Kalimat tersebut belum pas dianggap satire. Kenapa? Karena informasi di dalamnya salah. Baik Ahok maupun Anies memiliki realisasi penyerapan anggaran yang rendah, meski Anies sedikit lebih tinggi.

Memang sih, dalam sehari-hari  yang kita pelajari, perbedaan antara satire dan sarkasme hanyalah bila sarkasme adalah cemoohan atau ejekan kasar, sedangkan satire adalah celaan yang tidak langsung. Satu hal yang kerap luput dipandang dari satire adalah tujuannya untuk kritik yang membangun. Bukan untuk menjatuhkan seperti sarkasme.

Yang perlu dicatat lebih lanjut adalah satire mengandung humor.

The rules of satire are such that it must do more than make you laugh. No matter how amusing it is, it doesn’t count unless you find yourself wincing a little even as you chuckle.

Ya, aturan dari sature adalah ia bisa membuatmu “lebih dari tertawa”. Tawa yang ah, ya, memang harusnya bukan demikian, tapi demikian itu.

Satire dengan itu, didefinisikan pula sebagai penggunaan humor, ironi, sesuatu yang berlebihan, atau menertawakan sesuati untuk menunjukkan dan mengkritik kebodohan atau sifat buruk, utamanya dalam konteks politk kontemporer dan topik lain yang aktual.

Karena itu, penulis satire adalah orang-orang yang cerdas, yang bukan cuma punya keinginan untuk menyindir, namun menguasai materi yang ingin disindirnya.

Perbedaan Satire dan Sarkasme

Satire dan Sarkasme sebagai Bagian dari Majas Sindiran

Dalam pelajaran sekolah sih, satire dan sarkasme adalah salah dua dari lima majas sindiran. Apa saja itu?

Majas Ironi

Majas ini adalah majas sindiran dengan level paling bawah alias nggak-ngeselin-ngeselin-banget. Ciri-cirinya, ia menggunakan kata-kata yang bertolak belakang dengan makna sebenarnya.

Majas Sinisme

Berniat menyindir sesuatu secara kasar? Gunakan majas yang satu ini. Umumnya, ia dipakai untuk mengkritik suatu keadaan/ide.

Majas Innuendo

Bernama agak nyentrik, majas yang satu ini ternyata merupakan gaya sindir-menyindir yang dilakukan dengan cara mengecilkan fakta yang sebenarnya.

Majas Sarkasme

Majas yang satu ini adalah majas yang secara blak-blakan  (kasar dan keras) menunjukkan keengganan terhadap sesuatu.

Majas Satire

Mirip-mirip dengan sarkasme, majas yang satu ini cenderung menggunakan ungkapan untuk menyindir, alih-alih kata-kata kasar dan keras.

(2019)

 

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *