Pengertian Paragraf dalam Bahasa Indonesia

Dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok ke dalam. Bagian yang itulah  yang disebut paragraf.

Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan.

Dalam sebuah karangan/tulisan, paragraf mempunyai fungsi memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema dengan topik atau tema yang lain karena setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran atau ide pokok. Ide pokok tersebut berfungsi sebagai pengendali informasi yang
diungkapkan melalui sejumlah kalimat.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:

  1. Paragraf mempunyai ide pokok (gagasan utama) yang dikemas dalam kalimat topik. Bagi penulis, ide pokok itu menjadi pengendali untuk kalimat-kalimat penjelas/pengembang agar tidak keluar dari pokok pembicaraan. Sementara itu, bagi pembaca ide pokok itu menjadi penuntun dalam memahami isi karena di situlah inti informasi yang ingin disampaikan penulis.
  2. Salah satu dari sekumpulan kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat-kalimat lainnya merupakan pengembang yang berfungsi memperjelas atau menerangkan kalimat topik.

Gagasan Utama dan Kalimat Topik

Dalam sebuah paragraf, inti permasalahan terdapat pada topik utama atau pikiran utama. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama. Pikiran utama inilah yang menjadi pokok persoalan atau pokok perbincangan sehingga juga sering disebut gagasan pokok, gagasan utama, atau ide pokok. Gagasan utama tersebut dikemas dalam sebuah kalimat topik.

Fungsi kalimat topik sangat penting, yaitu memberitahukan kepada pembaca mengenai apa yang diperbincangkan di dalam paragraf itu. Bagi penulis kalimat topik berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol terhadap permasalahan yang akan dibicarakan di situ.
Dengan kata lain, kalimat topik berfungsi sebagai pemberi arah terhadap semua permasalahan yang dituliskan di dalam paragraf itu. Bagi paragraf itu sendiri, kalimat topik berfungsi sebagai sandaran bagi kalimat-kalimat lain di dalam paragraf itu. Kalimat-kalimat lain akan selalu bertolak dari gagasan yang terdapat di dalam kalimat topik itu. Semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan satu hal atau satu tema tertentu.

Untuk membuat paragraf, kalimat topik harus dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Pengembangan paragraf dilakukan untuk memerinci secara cermat gagasan utama yang terkandung dalam kalimat topik. Dalam perincian itu terangkai sejumlah informasi yang terhimpun menurut kerangka dan tahapan tertentu. Dengan menuliskannya dalam kalimat-kalimat penjelas, informasi
itu disampaikan secara logis, dijalin secara berurutan, dan ditautkan secara tertib.

Dalam pembuatan paragraf, gagasan utama yang dituangkan dalam kalimat topik dapat diletakkan pada bagian awal, akhir, awal dan akhir, di tengah, atau dapat pula menyebar ke seluruh bagian paragraf. Secara umum, paragraf yang efektif mempunyai ciri-ciri, yaitu (1) mengandung satu gagasan utama yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas, (2) pikiran penjelas yang betul-betul mendukung gagasan utama, (3) gagasan utama dan penjelas yang dikemas dalam kalimat yang lugas dan efektif, dan (4) kalimat yang satu berkait serasi dengan kalimat yang lain dalam sebuah paragraf.

Ciri-ciri Paragraf yang Baik

Secara umum rambu-rambu paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan, kelengkapan/ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi. Perincian mengenai rambu-rambu atau syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.


Baca Juga: Penulisan Huruf Miring Sesuai PUEBI


Kesatuan Paragraf

Salah satu hal yang mendasar untuk diperhatikan penulis adalah kesatuan paragraf. Kesatuan berkaitan dengan adanya sebuah gagasan utama dan beberapa gagasan tambahan atau penjelas yang mendukung gagasan utama itu. Dalam gagasan tambahan tersebut tidak boleh terdapat unsur atau informasi yang sama sekali tidak berhubungan dengan gagasan pokok. Penyimpangan informasi dari gagasan utama akan menyulitkan pembaca. Jadi, semua gagasan tambahan dalam paragraf harus membicarakan gagasan utama.

Kesatuan paragraf dapat terpenuhi jika semua informasi dalam paragraf itu masih dikendalikan oleh gagasan utama. Dengan kata lain, informasi-informasi dalam paragraf itu hanya terfokus pada topik yang dibicarakan. Oleh karena itu, penulis harus selalu  mengevaluasi kalimat-kalimat yang dibuatnya. Jika ada kalimat yang sama sekali tidak berkaitan dengan gagasan utama, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf. Jika ternyata dalam sebuah paragraf terdapat dua gagasan utama, kedua gagasan utama itu harus dipisah dan dijadikan paragraf tersendiri.


Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika paragraf itu hanya mengandung satu gagasan utama dan kalimat-kalimat dalam  paragraf mengarah pada satu pokok atau tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.


Contoh:

Angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda, yang sejak November 2010 diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Alat musik tersebut berbahan pipa bambu. Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik yang terdiri atas lima nada, seperti halnya gamelan dan alat tradisional lain. Tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik layaknya alat musik barat, seperti piano. (Diadaptasi dari ―Promosi Angklung Perlu Dibenahi‖ dalam Kompas,9 Desember 2013)

Contoh paragraf tersebut mengandung satu kalimat topik, yaitu angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda. Kalimat topik itu dikembangkan dengan empat kalimat penjelas, yaitu (1) November 2010 (angklung) diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO; (2) Angklung berbahan pipa bambu; (3) Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik; (4) Tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik. Keempat kalimat pengembang itu membicarakan persoalan yang sama, yaitu angklung.

Oleh karena itu, aspek kesatuan sebagai salah satu  ketentuan paragraf yang baik terpenuhi.

Sebuah paragraf kadang-kadang mengandung dua gagasan utama. Paragraf seperti itu termasuk paragraf yang tidak baik karena aspek kesatuannya tidak terpenuhi. Kalau ada paragraf semacam itu, gagasan utama sebaiknya dipisah ke dalam paragraf yang berbeda. Dengan begitu, kesatuan paragraf terpenuhi. Selain itu,  pengembangannya pun dapat lebih baik. Perhatikan contoh paragraf berikut.

Pada saat ini manfaat internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar. Internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui peran, manfaat, dan dampak negatif internet bagi masyarakat. Selain itu, tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami fasilitas dan perkembangan internet.

Dalam paragraf tersebut terdapat dua pesan atau gagasan utama yang ingin disampaikan penulis. Agar paragraf menjadi baik, dua gagasan utama itu harus dipisahkan ke dalam dua paragraf yang berbeda seperti berikut ini.

Internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat pada saat ini sangat besar andilnya. Internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui peran, manfaat, dan dampak negatif internet bagi masyarakat. Selain itu, tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami fasilitas dan perkembangan internet.

Gagasan utama dalam paragraf pertama adalah andil internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar yang terdapat dalam kalimat pertama. Gagasan utama itu dikembangkan dengan gagasan tambahan yang berupa kalimat penjelas internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, yang menjadi gagasan utama dalam paragraf kedua adalah tujuan penulisan karya ilmiah. Kedua gagasan utama itu  berisi dua hal yang berbeda sehingga tidak mungkin disatukan
dalam satu paragraf. Oleh karena itu, jika ada paragraf dengan kasus semacam itu, paragraf itu harus dipecah ke dalam dua paragraf, kemudian setiap paragraf dapat dikembangkan lagi dengan menambah kalimat penjelas.

Kepaduan Paragraf

Paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri. Paragraf dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan atau keterkaitan. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan akibat adanya loncatan pikiran yang membingungkan.

Urutan pikiran yang teratur dapat terbentuk dari keterkaitan dan keserasian antarkalimat dalam paragraf. Kepaduan suatu paragraf berkaitan dengan keserasian antarkalimat yang membangun paragraf tersebut.

Keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf dapat dibangun dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal maupun leksikal. Alat kohesi gramatikal yang dapat digunakan untuk membangun paragraf yang padu, antara lain, adalah (1) kata transisi (konjungsi/ungkapan penghubung antarkalimat), (2) referensi (pengacuan), (3) paralelisme (kesejajaran struktur), dan (4) ellipsis (pelesapan). Sementara itu, alat kohesi leksikal, antara lain, berupa (1) sinonim, (2) antonim, (3) hiponim, dan (4) repetisi (pengulangan).

Kelengkapan dan Ketuntasan

Kelengkapan atau kekompletan merupakan salah satu syarat paragraf yang baik. Aspek kelengkapan ini terpenuhi jika semua informasi yang diperlukan untuk mendukung atau menjelaskan gagasan utama sudah tercakup. Hal ini berarti bahwa gagasan utama dalam paragraf harus dikembangkan sesuai dengan informasi yang diperlukan dan dituntut oleh gagasan utama. Dengan begitu, pembaca akan memperoleh informasi secara utuh.

Ketuntasan dapat dimaknai kedalaman pembahasan, yakni semakin konkret penggambaran suatu objek akan semakin jelas informasi yang disampaikan. Ketuntasan bahasan berkaitan dengan kesempurnaan pembahasan materi secara menyeluruh dan utuh. Ini dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan
simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak valid.

Ketuntasan dapat dilakukan dengan klasifikasi, yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi.

Berikut ini adalah contoh paragraf yang menunjukkan ketuntasan:

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keluarga—sebagai organisasi sosial terkecil di dalam sebuah masyarakat—memiliki peran cukup penting. Pertama, keluarga dibentuk untuk meneruskan garis keturunan sebagai salah satu kebutuhan hakiki manusia. Kedua, setiap anggota dalam keluarga bisa belajar untuk menjalankan tanggung jawab masing-masing guna menciptakan keluarga yang harmonis. Ketiga, hubungan harmonis antara satu keluarga dan keluarga-keluarga lain akan menciptakan kedamaian dalam masyarakat. Ketiga, keluarga berperan menyosialisasikan pengetahuan tentang budaya tradisional, keyakinan atau agama, dan pentingnya pendidikan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. (Dimodifikasi dari Pengetahuan Tradisi dan Ekspresi Budaya Jawa Timur, 2013:520)

Gagasan utama dalam paragraf tersebut terdapat pada kalimat pertama, yaitu beberapa faktor penyebab keluarga memiliki peran cukup penting. Ada informasi penting dalam gagasan utama itu yang harus dicermati untuk dapat mengembangkan menjadi paragraf yang memenuhi syarat kelengkapan. Informasi penting itu berupa ungkapan beberapa faktor yang harus dikembangkan dengan lebih dari satu penjelas.

Paragraf pada contoh tersebut sudah memperlihatkan syarat kelengkapan. Gagasan utama sudah dijelaskan dengan tiga kalimat pengembang. Dengan kalimat-kalimat penjelas itu informasi yang dibutuhkan oleh kalimat topik sudah terpenuhi.

Keruntutan

Sebuah paragraf dikatakan runtut jika uraian informasi disajikan secara urut, tidak ada informasi yang melompat-lompat sehingga pembaca lebih mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Keruntutan paragraf ditampilkan melalui hubungan formalitas di antara kalimat
yang membentuk paragraf. Hubungan formalitas tersebut menunjukkan pola urutan penyajian infomasi.

Ada beberapa model urutan informasi, seperti urutan tempat, urutan waktu, urutan khusus-umum, urutan tingkat, urutan apresiatif, urutan sebab-akibat, dan urutan tanya-jawab. Tiap-tiap model itu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk model urutan tempat, misalnya, penyajian informasi tentang objek hendaknya disampaikan secara horizontal, dari kiri ke kanan atau sebaliknya, atau secara vetikal, dari bawah ke atas atau sebaliknya.

Contoh:

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari sekolah dasar, ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut. Ia ingin menentang, tetapi tidak berani karena takut dianggap sebagai anak durhaka.

Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku-buku ilmu pengetahuan kemudian membacanya di taman rumah dengan ditemani simbok (pembantunya). Akhirnya, membaca menjadi kegemarannya. Tiada hari ia lalui tanpa membaca.

(Dimodifikasi dari www.dbiografi. com)

Untuk model urutan waktu, informasi tentang objek disajikan secara kronologis. Penulis dapat memulai penyajian informasi dari awal hingga akhir keadaan, peristiwa, atau kejadian hingga keadaan terakhir. Penulis juga dapat menyajikan informasi dari keadaan terakhir kemudian bergerak ke arah keadaan awal. Dengan kata
lain, penulis dapat menerapkan cara penyajian kilas balik (flashback).

Penulis juga dapat menerapkan urutan khusus-umum dalam penyajian informasinya. Dengan model ini, penyajian informasi dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus dan diakhiri dengan informasi yang bersifat umum. Meskipun demikian, penulis juga dapat menyajikan informasi umum terlebih dulu kemudian disusul dengan informasi-informasi khusus.

Pada contoh tersebut penulis memulai paparannya dari saat lahir dilanjutkan dengan masa sekolah. Urutan yang sistematis berdasarkan kronologi tersebut akan lebih memudahkan pembaca memahami keseluruhan isi paragraf itu. Seandainya penulis ingin
memaparkan informasi itu secara terbalik (flashback), itu pun harus dilakukan secara sistematis.

Konsistensi

Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dengan kata lain, sudut pandang dapat diartikan sebagai cara penulis atau pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau karangan; atau dari sudut mana penulis memandang ceritanya. Sudut pandang ini dalam suatu karangan bisa berupa perspektif yang hendak dibangun penulis.

Berikut ini merupakan beberapa sudut pandang yang dapat digunakan penulis dalam karangan.

  1. Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dengan sudut pandang ini penulis seakan-akan terlibat dalam cerita dan seolah-olah bertindak sebagai tokoh cerita.
  2. Sudut pandang orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti dia atau nama orang yang menjadi tokoh dalam cerita.
  3. Sudut pandang pengamat menempatkan penulis sebagai pengamat serba tahu yang bertindak seolah-olah mengetahui segala tingkah laku dan peristiwa yang dialami tokoh.
  4. Sudut pandang campuran merupakan kombinasi antara sudut pandang orang pertama dan pengamat. Dengan sudut pandang ini penulis mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama kemudian bertindak sebagai pengamat yang serba tahu dan bagian kembali lagi ke sudut pandang orang pertama.

Dari beberapa macam sudut pandang itu, yang penting untuk diperhatikan adalah konsistensinya. Penulis harus menetapkan sudut pandangnya terhadap calon pembaca tulisannya. Dengan penentuan sudut pandang berdasarkan pembacanya, penulis dapat memilih gaya penulisan yang tepat. Sudut pandang yang sudah
ditentukan itu seyogyanya dipertahankan dari awal hingga
akhir pembahasan.

Contoh:

Seperti kita ketahui bersama, tidak mudah mengendalikan anak laki-laki kita yang sedang dalam masa pubertas. Ulahnya bermacam-macam dan sering kali sangat menjengkelkan. Sebagai orang tua, Anda mungkin mempunyai pengalaman yang menarik untuk menangani masalah itu. Kemukakanlah pengalaman Anda melalui rubrik ini. Mungkin pengalaman Anda dapat membantu orang tua lain dalam mengatasi masalah anak-anaknya.

(Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf, 2001)

Pada paragraf tersebut, penulis menggunakan kata kita dan Anda secara konsisten. Pemilihan kata kita dan Anda tersebut  menunjukkan bahwa penulis secara sadar seolah- olah ingin mengajak pembaca berkomunikasi langsung.

Penulis menempatkan pembaca sebagai mitra dialog interaktif. Penggunaan kata Anda merupakan bentuk penyapaan kepada pembaca yang efektif. Dengan cara itu pembaca merasa dilibatkan dalam permasalahan yang sedang dikomunikasikan dalam paragraf itu. Begitu juga dengan penggunaan kata kita, hal itu akan menguatkan keterlibatan dan keterikatan secara emosional pembaca dan penulis.

Coba bandingkan dengan paragraf berikut ini.

Seperti diketahui bersama, tidak mudah mengendalikan anak laki-laki yang sedang dalam masa pubertas. Ulahnya bermacam-macam dan seringkali sangat menjengkelkan. Sebagai orang tua, para pembaca mungkin mempunyai pengalaman yang menarik untuk menangani masalah itu. Pembaca dapat mengemukakan pengalamannya melalui rubrik ini. Mungkin pengalaman itu dapat membantu pembaca-pembaca lain dalam mengatasi masalah anak-anaknya.

(Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf, 2001)

Pada paragraf tersebut, hubungan antara penulis dan pembaca tidak seerat paragraf sebelumnya. Penulis terkesan tidak mengajak pembaca untuk terlibat secara langsung dalam komunikaksi. Pembaca seolah-olah tidak begitu dipedulikan, penulis seakan-akan tidak begitu menghiraukan apakah pembaca mempunyai perhatian atau tidak terhadap informasi yang disampaikan.

Dengan menggunakan ungkapan para pembaca, bagi penulis yang terpenting ialah menyampaikan informasi kepada siapa saja tanpa pelibatan pembaca sebagai kawan bicara.


Sumber: Paragraf. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *