Seorang jurnalis perempuan memutuskan makan 5 pil obat tidur sebagai cara untuk bunuh diri. Nama gadis itu Veronica. Ia berharap setelah itu ia sudah tidak di dunia ini. Namun, ia malah terbangun di sebuah rumah sakit. Rumah sakit jiwa pula.
Alasan bunuh dirinya sungguh berbeda. Ia membaca sebuah majalah dengan pertanyaan Di mana Slovenia. Tidak banyak orang tahu ibukota Slovenia berada. Slovenia tidak ada di dalam peta. Ia pun menulis sebuah surat sebelum bunuh diri yang menerangkan Slovenia
Secara cerdik, Coelho ingin membawa tema pecahnya Yugoslavia dan berbagai tragedi yang menyelimutinya. Sebagaimana kita tahu, pada tahun 90-an dan setelahnya, Yugoslavia terpecah-pecah menjadi berbagai negara. Salah satunya Slovenia.
Coelho ingin mengemas latar itu dalam cerita yang lain, kehidupan orang-orang sakit jiwa. Di rumah sakit, Veronica bertemu dengan Mari yang menderita serangan panik, Zedka yang depresi, dan Eduard yang mengidap skizofrenia. Pergulatan keempat tokoh ini begitu intens di dalam novel. Dan kepada Eduard, Veronica jatuh cinta.
Sayangnya, novel ini terlalu kaya. Sehingga sebagai pembaca, saya kesulitan menemukan fokus cerita. Ada banyak tema besar dijejalkan di dalam novel. Seperti kegilaan massal. Vilette ingin dijadikan Coelho sebagai metafora bagi dunia ini seperti sebuah cerita manakala di sebuah negara, rakyat meminum air dari sebuah sumur berubah menjadi gila. Kegilaan rakyat menggurita dan mereka menggugat rajanya yang normal. Takut oleh gugatan, sang raja pun ikut meminum air dari sumur tersebut dan menjadi gila juga. Saat menjadi gila itulah, sang raja dianggap normal oleh sesama orang gila.
Bagaimanakah kegilaan sesungguhnya? Itulah pertanyaan Coelho yang coba ia sajikan di dalam novel ini.
Di rumah sakit, Veronica yang berhasrat membunuh dirinya itu diberikan sebuah pernyataan mengejutkan. Ya, umurnya tinggal 5 hari lagi. Ia mengidap kelainan jantung. Veronica tetap berusaha sebisa mungkin tidak mati oleh penyakit (ia merencanakan keluar dan bunuh diri), sebelum pertemuannya dengan Eduard.
Ternyata, vonis mati itu adalah sebuah uji coba dari sang dokter. Apakah kekuatan hidup justru akan muncul jika seseorang diberikan kabar pasti mengenai jadwal kematiannya?
Saat membaca novel ini, sesungguhnya aku berharap sesuatu yang lebih dari sisi ceritanya. Misalnya keempat tokoh itu apakah benar semuanya ada? Bisa saja, hanya Veronica yang ada, dan ketiga karakter lain adalah “ciptaan” dari dirinya sendiri. Ia mengidap skizo dan menciptakan tokoh-tokoh lain di dalam realitas yang ia ciptakan. Tapi itu tidak terjadi.
Kesan saat membaca novel ini mendorongku untuk menulis sebuah puisi:
Ia tak akan lagi menceritakan hidupnya yang singkat
dan memilih berdiam diri
di dalam kamarnya yang karib dengan penat
Ia berjanji tak juga menelan lima obat tidur
setelah kecewa, tak banyak yang tahu
di mana ibukota Slovenia berada
dan setelah mengetahui banyak yang tak peduli
pertumpahan darah tak pernah berhenti
Hanya berpindah tempat
dari Slovenia ke Bosnia, dari Bosnia ke Checnya
lalu berkelana ke semenanjung Arab
Bahkan suatu saat, hal serupa akan menyapa
negara-negara yang mengaku punya toleransi
Dan gadis-gadis mereka akan mencintai
laki-laki yang berani memancung perasaan saling menghargai
Ia ingin pula berdoa kepada Tuhan, kepada Tuhan
yang tak ia yakini ada
Semoga semua manusia diberi kebahagiaan