Nostalgia di Curug Dago yang Mistis dan Romantis

Curug Dago adalah sebuah nostalgia. Aku kembali ke curug yang dekat dengan pusat kota Bandung itu demi menemukan jawaban, kenapa aku begitu suka berwisata ke air terjun (curug). Dan dalam perjalanan menyusuri ingatan itu, aku teringat sebuah momen tatkala awal pacaran dengan Zane.

Saat itu, aku masih berkuliah di Akuntansi STAN, tahun pertama, setelah minggat dari ITB–meski sudah 2 tahun berkuliah. Zane sendiri masih sebagai mahasiswa Fisika ITB, semester V. Kami menjalin hubungan asmara jarak jauh, Bintaro-Bandung.

Pertemuan kami setelah jadian terjadi di Tangerang saat Zane berkunjung ke rumah pamannya. Dia pun kuajak naik kereta dari Serpong ke Bintaro, main di kosanku beberapa menit, sebelum kembali pulang ke rumah pamannya.

Giliranku mengunjunginya ke Bandung. Aku ingat travel yang kunaiki adalah Baraya (karena murah). Menginap di kos Wilaga, namun waktu banyak kuhabiskan bersama Zane. Ya, di pertemuan pertama di Bandung itulah, Zane mengajakku jalan pagi. Tujuannya? Ke Curug Dago.

Sayangnya, saat itu, fisikku tak prima. Kami hanya berjalan di sebuah jembatan yang berada di atas  Curug Dago. Kami melihat air itu terjun di pangkal air terjun. Tidak turun untuk melihat kemegahannya.



Setelah sekian lama berniat mengunjungi lagi Curug Dago, baru beberapa waktu lalu niat itu kesampaian.

Curug Dago sendiri terletak dekat dengan terminal Dago. Di pertigaan, pilih jalan menurun. Sekitar 200 meter dari situ, akan ada gang kecil yang mengarah ke Curug Dago. Gang tersebut bisa dilalui oleh sepeda motor atau berjalan kaki. Sekitar 150 meter dari bibir gang, barulah kita akan menemukan Curug Dago. Harga tiketnya murah kok. Cuma 10 ribu dan itu bisa buat sekalian masuk ke Taman Hutan Raya (TAHURA) Juanda juga karena Curug Dago sebenarnya merupakan bagian atau rangkaian dari TAHURA.

Sejarah Curug Dago

Sejarah Curug Dago terbilang tidak terduga. Unik. Dan bernilai tinggi.

Curug Dago yang berada pada ketinggian 800 meter di atas permuakaan laut, dengan tinggi air terjunnya sekitar 12 meter ini terbentuk oleh aliran sungai Cikapundung yang mengalir dari Maribaya ke Kota Bandung. Di sini terdapat jejak peninggalan sejarah kerajaan Thailand yang ada di Bandung.

Jejak sejarah yang ada di tempat wisata di Bandung yang satu ini dapat dilihat dari adanya prasasti batu Kerajaan Thailand yang berasal dari abad ke 18. Prasasti batu ini bertuliskan nama raja yang diketahui bernama Raja Chulalongkom II (Rama V) yang berasal dari Thailand. Raja Rama V mengunjungi Curug Dago sekitar tahun 1896 silam. Kemudian beliau kembali mengunjunginya untuk kali kedua pada tahun 1901. Pada kunjungannya yang kedua ini sang raja kembali menulis di atas batu prasasti. Raja Rama V menuliskan paraf dan tahun Rattanakosin, Era 120 (Bangkok).

Pada batu prasasti yang lain terdapat ukiran nama Raja Prajadipok atau yang juga dikenal dengan gelar Raja Rama VII yang juga berasal dari kerajaan Thailand. Raja Rama VII mengunjungi Curug Dago pada tahun 1929, hal ini dapat diketahui dari tulisan yang terdapat pada batu yang ditemukan.

Sayangnya…

Sayangnya, aliran sungai Cikapundung keruh. Banyak sampah. Curug semegah Curug Dago seharusnya bisa memiliki nilai yang jauh lebih tinggi kalau airnya bersih. Kolam di bawahnya butek. Kecoklatan dan sampah-sampah mengambang. Kita pu n tidak dianjurkan untuk turun ke sana.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

19 Comments

  1. Sayang sekali ya mas.. tempat wisata yang menjadi primadona para wisatawan justru tidak diperhatikan lingkungannya. Apalagi sampai airnya keruh banyak sampah, lama-lama jika tidak ada pemda yang perhatian dengan kondisi tersebut, bisa hilang pengunjung.

  2. Mestinya Pemda lebih memperhatikan potensi wisata seperti ini. Apalagi curug ini memiliki prasati bersejarah. Sayang kalau jadi kumuh begitu.

  3. UWOOOO ini memang nostalgia yang banget2 aku bisa paham. I’ve been on your shoes man! Meski bagi saya dan istri, nostalgianya ke Malang lah.

    Hubungan Indonesia dan Thailand di masa lalu itu memang lekat banget. Makanya, saya bahagia bisa memperoleh kesempatan untuk ada di negeri gajah putih beberapa tahun ini 🙂

    Oh iya, 2020 resolusi saya adalah liburan sekeluarga ke Bandung. Mungkin banget, akan ke curug2 seperti ini. Siap2 kukontak buat nanya2 nanti ya mas Surya!

    Thanks in advance.

  4. Serunyaaaaa Mas Pringadi ini, jalan-jalannya dari curug ke curug. Kekeke. Kalo explore Bogor, bisa gempor juga mas wisata ke curug. Banyak bangettttt. Sekali lagi, curug ini masuk daftar list kunjungan saya. Terima kasih ulasannya.

  5. widih widih, jalan-jalan sekalian napak tilas cerita romantis ya kang, hehe. Tapi disayangkan banget ya airnya yang keruh, masyarakat memang perlu lebih diedukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan terutama tentang membuang sampah di sungai 🙁

  6. Duh sayang banget emang airnya keruh akibat aliran sungai Cikapundung yang tercemar di banyak titik. Tapi kalo bagian peninggalan kerajaan Thailand di curug dago ini, betul-betul baru tahu saya.

  7. Wah seger pasti air di Curug Dago apalagi klo buat pepotoan pasti Instagramable banget..btevsy baru ngeh ada sejarah bagian dari Thailand ..kok ga bnyk yg tau ya..informasi yg menarik nih..

  8. Duh, kok ada cerita misterinya sih, jadi nggak berani liat videonya saya mas. Sayang ya nggak terurus dengan baik si Curug Dago ini, padahal situs bersejarah yaa.

  9. Air terjun jadi kotor adalah salah satu dampak menjadi tempat wisata warga. Biasanya dikelola dengan tidak baik, oleh warga sekitar. Perlu edukasi bersama bagaimana menjadi tuan rumah pariwisata. Sayang sekali jika air terjun seperti Curug Dago yang dikunjungi oleh Raja Thailand jadi kotor oleh sampah

  10. Duh sayang sekali ya Kak,, airnya keruh, banyak sampah terlihat. Jangan sampai kita org Indonesia identik dg yg kotor² begitu. Bs mendatangkan Boyat Slat gak yahh ke sana, hihi…biar disedot semua sampahnya. Etapi sono khusus sampah yg di lautan yak. Ke Curug Dago gak muat,.wkwk

  11. Sayang sekali ya tempat yang punya kenangan karena telah dikunjungi Raja Thailand tidak dijaga kebersihan dari Curug dengan pembuangan sampah yang benar (buang sampah pada tempatnya)

  12. kalo aku denger ada tempat wisata yang mistis jadi pikir pikir lagi mau kesana. tapi kalo emang tempatnya bener bener memikat hati ya apa boleh dikata, luluh lah rasa ingin menolaknya.

    sayang ya tempat se keren itu tapi banyak sampahnya. seharusnya pengurusnya lebih optimal lagi menjaganya, karena wisatawan adalah nyawa dari setiap destinasi wisata.

  13. Wah baru tau nih ada curug yang kental sama Thailand.. Pernah meninggalkan jejak di indo juga toh Thailand ini. Baru tau akuu. Thx kak

  14. Waduh agak horor bacanya, romantis sih tapi ada mistisnya itu buat takut. Meskipun melihat pemandangan dan kesegaran airnya pengen nyebur gitu,hohooho

  15. Kali kesekian membaca artikel tentang curug di blog Mas Pringadi. Curug Dago ini tampak indah sekali, tapi sayang air sungainya keruh ya. Pemerintah dan warga setempat agaknya perlu menangani ini.

  16. Aku udah sering denger tuh kalau ada prasasti Rama V Raja Thailand di curug Dago. Baru percaya setelah lihat foto di artikel ini. Iya, saying banget, airnya keruh gitu. Banyak sampah pula…Duh…Padahal sumber air PAM bukan sih?

  17. Pernah ke curug Dago ini, pas batu selese hujan, licin di pinggir sungainya. Kami berempat cewek semua. Sereeem gak ada satu orang pun selain kami. Jadi cuma bentar doank. Bahkan photo pun nggak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *