Kehamilan Berisiko Tinggi

Mewaspadai Kehamilan Berisiko Tinggi

Kehamilan berisiko tinggi tentu saja bukan hanya harus dipahami oleh para perempuan. Laki-laki juga harus memahaminya dan mewaspadainya.

Itulah yang harusnya kuucapkan kepada diriku lebih kurang delapan tahun yang lalu. Aku sama sekali minim pengetahuan tentang peran seorang suami dalam kehamilan.

Akibatnya, aku tidak memahami persoalan kehamilan berisiko tinggi itu. Aku tidak perhatian soal gizinya yang berkorelasi dengan 1000 hari pertama seorang anak dimulai sejak dari kandungan. Aku menjadi lelaki yang abai dan meyakini semuanya ya hanya perlu berjalan seperti biasanya dan akan berakhir baik-baik saja.

Dan memang, semuanya mendadak berubah tidak baik-baik saja.

Memasuki bulan ke-7, tiba-tiba tensi istriku mendadak naik, meski belum terlalu tinggi. Seumur-umur ia nggak pernah tensi lewat batas nnormal. Tensinya kurang iya pernah. Kami berpikir saat itu mungkin karena dia gugup karena harus pulang ke Palembang. Ya, aku memutuskan ia melahirkan di Palembang saja ketimbang di Sumbawa (NTB). Soalnya saat itu, Sumbawa hanya punya satu dokter spesialis kandungan, yang ketika kita kontrol, ia selalu memegang Blackberry-nya. Aku sama sekali tidak percaya pada kapasitasnya, ditambah ya, di Sumbawa, kami tidak punya siapa-siapa. Hanya berdua.

Dan kali pertama kontrol setelah sampai di Palembang, ternyata semuanya tidak baik-baik saja seperti yang diucapkan dokter di Sumbawa. Sang Dokter berkata, apakah ingin dirawat dulu untuk menurunkan tensi? Atau di rumah saja meminum obat penurun tensi? Kabar bahwa berat badan janin tidak bertambah seperti seharusnya dan soal tensi itu awalnya tak berpengaruh pada keoptimisan kami. Dan kami berusaha…

Ternyata pada kunjungan berikutnya, tatkala aku yang pulang dulu ke Palembang untuk melepas rindu, malah berbuah kabar dari dokter, “Pak, janinnya harus segera dikeluarkan secepatnya. Plasentanya mengalami pengapuran. Istri Anda preeklampsia.

Kehamilan Berisiko Tinggi

Kehamilan Berisiko Tinggi

Ternyata, bukan kami saja, banyak ibu di Indonesia yang berpotensi mengalami kehamilan berisiko tinggi. Kondisi kehamilan resiko tinggi bisa menimbulkan dampak negatif bagi ibu dan janin jika tidak ditangani dengan baik lho.

Dr. dr. Ali Sungkar SpOG(K), Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan mengatakan bahwa kehamilan berisiko tinggi dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak. Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan baik berpotensi memiliki pengaruh terhadap anak di dalam kandungan; seperti perkembangan janin tidak sempurna, berat janin kurang, kelahiran prematur, maupun bayi berat badan lahir rendah.

Siapa Saja yang Rentan Kehamilan Berisiko Tinggi?

Ibu dengan penyakit penyerta (asma, diabetes, kelainan jantung, dan sebagainya), hamil dengan penyakit penyulit (preeklamsia, eklamsia, infeksi, dan sebagainya), riwayat operasi terdahulu, dan hamil di usia rentan berpotensi memiliki kehamilan dengan risiko tinggi.

Penyebab Kehamilan Berisiko Tinggi Selain Penyakit

Ternyata, asupan nutrisi yang tidak seimbang dan tidak adanya dukungan lingkungan yang kondusif saat kehamilan juga menjadi faktor adanya kehamilan berisiko tinggi lho.

Di Indonesia,  fakta kesehatan yang muncul adalah adanya kekurangan zat gizi makro dan mikro yang masih dihadapi oleh ibu hamil. Menurut Riskesdas 2018, 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah, dan sebanyak 1 dari 5 ibu hamil tercatat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Tak hanya itu, sekitar 1 dari 2 ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (SKMI 2014), sementara lebih dari 50% ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi, zinc, kalsium, serta
Vitamin A & C. (SEAFAST 2016).

Asupan gizi yang seimbang itu justru harus dimulai ketika si perempuan masih muda. Apalagi ketika sudah hamil. 1000 hari pertama kehidupan seorang anak itu patut diberi asupan nutrisi yang baik agar sang janin dapat tumbuh dengan baik pula. Jika tidak demikian, akibatnya perkembangan janin tidak sempurna, berat janin kurang, kelahiran prematur, maupun bayi berat badan lahir rendah.

Tahu nggak, fakta lain yang menyedihkan adalah,  Indonesia menempati peringkat 5 di antara negara-negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar dengan angka 675.700 bayi di tahun 2010. (Born Too Soon Report, 2011).

Cara Penanganan Kehamilan Berisiko Tinggi

Untuk meminimalisasi resiko yang tidak diharapkan, ibu hamil dianjurkan segera mengunjungi fasilitas  kesehatan di awal kehamilan, rutin mengontrol kondisi kandungan dan mendapatkan saran dari tenaga medis profesional mengenai nutrisi yang  dibutuhkan, termasuk mengkonsumsi nutrisi tambahan apabila diperlukan sesuai anjuran.

Cukupi Nutrisi Ibu Hamil

Salah satu cara penting penanganan kehamilan risiko tinggi adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro yang bervariasi di tiap tahapan mulai dari prakehamilan, trimester 1, 2, dan 3, serta masa menyusui.

Nutrisi makro itu seperti  seperti protein, karbohidrat,
dan lemak. Nutrisi mikro itu seperti kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat, dan iodine.

Dengan menjaga asupan nutrisi yang baik, kondisi kehamilan resiko tinggi seperti preeklampsia dapat dicegah. Ibu hamil dengan resiko pre-eklampsia perlu memilih makanan dengan bijak seperti menghindari garam yang dapat meningkatkan tekanan darah, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran yang tinggi vitamin dan mengkonsumsi
cukup protein yang bermanfaat sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ dan sel-sel tubuh si Kecil.

Dari kiri ke kanan: Bapak Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, Putu Andani, M.Psi., psikolog dari TigaGenerasi, Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), dokter spesialis kandungan dan kebidanan dalam acara “Bicara Gizi: Kehamilan Berisiko Tinggi” di Jakarta (17/9). Bicara Gizi merupakan forum diskusi rutin dari Danone Indonesia, yang berkomitmen mengedukasi masyarakat dalam penyediaan nutrisi penting untuk tiap tahap kehidupan.

Dukungan Psikologis dari Lingkungan Ibu Hamil

Selain pemenuhan nutrisi, ibu dengan kehamilan risiko tinggi perlu mendapatkan dukungan secara mental dari orang-orang di sekitarnya.

Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari Tiga Generasi mengungkapkan kehamilan berisiko tinggi tentunya bisa melipatgandakan tingkat stress ibu dan memberikan dampak negatif pada diri ibu dan janin. Untuk mencegahnya, dibutuhkan cara penanggulangan stres yang tepat melalui dukungan support system yang dapat membantu ibu mengelola tekanan secara sehat. Mulai dari  diri ibu sendiri, suami, serta keluarga dan teman dekat.

Dimulai dari diri sendiri, Ibu bisa mengenali mana masalah yang  sumbernya ada di dalam kendali dan mana yang tidak. Apabila  masalah tersebut berada di dalam kendalinya, ibu dapat melakukan
strategi problem focus, yaitu fokus pada penyelesaian masalah dan pencarian jalan keluar seperti menghindari makanan yang bisa semakin membahayakan kehamilan risiko tinggi. Sedangkan
untuk masalah yang ada di luar kendali, strategi emotional focus dapat diterapkan, dimana ibu akan mengelola emosi seperti mencari distraksi dan membuka diri ke orang lain.

Sedangkan suami dan keluarga bisa menunjukkan perhatian dengan menomorsatukan gizi sang ibu dan mendukung ibu mengonsumsi nutrisi seimbang yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Dukungan lain juga bisa ditunjukkan dengan membicarakan hal-hal menyenangkan, menciptakan suasana positif, dan memberikan perhatian-perhatian sederhana.”

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *