Kaget ketika kudengar kabar dari teman-teman Adventurous Sumbawa, bahwa terumbu karang di Teluk Saleh terancam kerusakan. Sebuah foto yang dikirimkan padaku menggambarkan keadaan terumbu karang di Dangar Ode (Dangar Kecil), salah satu pulau di Teluk Saleh, sudah sedemikian hancur akibat penggunaan bom ikan oleh nelayan. Padahal di tempat yang sama, satu tahun sebelumnya, terumbu karang di sana begitu indah. Bahkan beberapa coral table menjadi keindahan tak terbantahkan dengan berbagai jenis ikan berenang di sekitarnya. Kini, sudah saatnya, kita serius memikirkan untuk merawat akuarium dunia di Teluk Saleh tersebut.
Ah, apa kamu tahu di mana Teluk Saleh? Pernah mendengar Teluk Saleh?
Teluk Saleh dijuluki sebagai akuarium dunia oleh banyak pemerhati lingkungan dan pariwisata. Bukan tanpa alasan, teluk di utara Sumbawa itu memiliki luas hampir 212.300 ha, dengan panjang 561 km, dengan hamparan 49 pulau-pulau kecil itu memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Pada tahun 2014, organisasi Wildlife Conservation Society (WCS) dan Marine Protected Areas Governance (MPAG) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan penelitian di sana dan menemukan data 69 genera karang keras yang berasal dari 16 famili karang keras dengan rata-rata tutupan sebesar 38,08% (kategori sedang). Sementara itu, tutupan karang keras tertinggi ditemukan di lokasi pengamatan Selatan Pulau Liang, Teluk Saleh sebesar 70,5% (kategori baik). Sedangkan yang terendah ditemukan di lokasi pengamatan Pulau Temudong sebesar 5,75% (kategori buruk).
Selain itu, terdapat 352 spesies yang berasal dari 123 genera dan 43 famili ikan karang. Rata-rata, biomassa ikan karang sebesar 320,7 kg.ha-1. Biomassa tertinggi ditemukan di Perairan Lunyuk yaitu sebesar 622,67 kg.ha-1, sedangkan terendah di Gili Kramat sebesar 71,13 kg.ha-1. Berdasarkan kelompok trofik, hampir 60% ikan karang di perairan Sumbawa didominasi kelompok planktivora, benthik invertivora, dan omnivora. Yaitu, kelompok ikan yang mayoritas dari famili Caesionidae (ekor kuning dan pisang-pisang), Labridae (keling-kelingan), dan Pomacentridae (betok laut).
Beberapa spesies di Teluk Saleh bahkan menarik perhatian. Yaitu keberadaan Dugong, Hiu Paus, Mola-mola, dan Pari Manta.
Menyelamatkan Teluk Saleh Lewat Pariwisata
Beruntung bagiku mengenal Adventurous Sumbawa saat tinggal di sana. Masih teringat manakala kami pergi jalan-jalan ke Pulau Satonda, sepulangnya dari sana, kami mampir di Calabai untuk melakukan penanaman terumbu karang bersama warga.
Adventurous Sumbawa yang kala itu (2014) masih berupa komunitas memberikan edukasi terhadap para peserta open trip yang ada bahwa pariwisata adalah elemen penting untuk pelestarian lingkungan. Bukan sebaliknya.
Berbagai kegiatan jalan-jalan kami dibarengi dengan aksi cinta lingkungan. Saat ke Pulau Kenawa, Adventurous Sumbawa menginisiasi membersihkan pulau dari sampah. Berkarung-karung sampah diangkat melalui beberapa kapal nelayan dari pulau yang menjadi gerbang menuju Sumbawa itu. Begitu pun tiap ke pantai dan air terjun. Bukan cuma tak boleh membuang sampah, kami harus ikut membersihkan sampah yang terlihat oleh mata.
Berkat mereka aku jadi makin mencintai bumi untuk masa depan yang lebih baik. Makin jengah jika ada sampah di lautan. Apalagi melihat kerusakan terumbu yang mengancam keanekaragaman hayati. Bayangkan, siapa tega merusak perairan laut Sumbawa yang termasuk ke dalam wilayah Lesser Sunda Seascape yang berada pada segitiga karang dunia (The Coral Triangle) yang memiliki biodeversitas laut tertinggi dan habitat bagi 76 % spesies terumbu karang di dunia, dengan kondisi perairan yang tenang serta arus yang relatif stabil sehingga memungkinkan untuk berbagai jenis budidaya laut (kerapu, bawal bintang, baronang, mutiara, abalon, ikan hias, rumput laut, kakap).
Beberapa aktivis di dalam Adventurous Sumbawa itu adalah trip advisor. Dalam paket-paket perjalanan yang mereka tawarkan pun, yang kebanyakan pelanggannya bule-bule, edukasi soal menanam terumbu karang menjadi bagian tidak terpisahkan.
Merawat Keanekaragaman Hayati di Lautan
Kesadaran untuk menanam dan merawat terumbu karang itu tumbuh. Berbagai pihak melakukannya. Berbagai teknik juga dilakukan.
Metode yang dilakukan di antaranya reef ball. Metode ini dilakukan dengan cara menenggelamkan bola-bola semen di kedalaman 5-12 m untuk menyediakan tempat bagi planula-planula hingga dan tumbuh menjadi polip. Selain itu juga ada metode APR yang merupakan susunan modul melingkar bertingkat dari konkrit blok dengan diameter kurang lebih tiga meter.
Selain metode transplantasi terumbu karang, dilakukan apartemen ikan, istana ikan untuk menyelamatkan ekosistem bawah laut. Kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah fragmentasi anemon.
Lima tahun lebih berlalu sejak terakhir kami bertemu, Adventurous Sumbawa sudah menjadi lembaga pariwisata non-pemerintah yang memiliki fungsi sebagai mediator. Mereka berdialog dengan warga. Mereka juga berdialog dengan Pemerintah.
Porsi besar fokus itu ada di Teluk Salah. Yang kemudian lebih populer dengan nama Samota yang mencakup 3 wilayah Saleh-Moyo-Tambora. Selain Teluk Saleh, ada nama Moyo, pulau di utara Sumbawa yang telah lebih dulu memiliki branding di mata dunia karena dikunjungi oleh selebriti papan atas dunia. Ada juga Tambora. Gunung Purba yang menjadi magnet di NTB selain Rinjani.
Hingga akhirnya, Samota telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 19 Juni 2019 di Paris, dalam The 31st session of the Man and the Biosphere (MAB) Programme International Coordinating Council.
Tentu ditetapkannya Samota sebagai Cagar Biosfer bukanlah tujuan akhir. Belajar dari Geopark Ciletuh, ada banyak masalah yang hadir tatkala kawasan itu semakin banyak dikunjungi wisatawan. Belum teredukasinya para wisatawan pengejar selfie terhadap lingkungan seringkali malah merusak objek wisata.
Ke depan, pasti Teluk Saleh (dan Moyo juga Tambora) akan makin dikenal dan makin banyak dikunjungi. Peran semua pihak untuk terus memberikan edukasi sangatlah penting. Cagar Biosfer bukan melulu soal ekonomisasi yang hadir sebagai dampak, melainkan tetap memperlakukan Samota sebagai cagar, demi sustainable tourisme, pariwisata yang berkelanjutan sehingga generasi mendatang dapat menikmati bukan saja keindahan alam Samota, melainkan juga keanekaragaman hayati di dalamnya.
MSIG, sebuah perusahaan Asuransi Umum (Asuransi Umum adalah Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda) dan sebagai sebuah perusahaan asuransi terkemuka juga memiliki perspektif jangka panjang. MSIG bertujuan untuk menawarkan solusi asuransi yang efektif , efisien dan mudah dimengerti; disampaikan dengan layanan aktif dan tulus. Dengan perspektof jangka panjang itu, MSIG menyadari betul pentingnya menjaga lingkungan. MSIG pun memulai rangkaian kegiatan yang bertemakan kepedulian lingkungan. Sebagai bagian dari kegiatan ini, MSIG Indonesia bersama sejumlah karyawannya melaksanakan kegiatan edukasi berupa Kelas Kreatif Keanekaragaman Hayati MSIG Indonesia mengenai pentingnya melestarikan alam kepada murid-murid sekolah dasar. Begitu pula lomba menulis blog #MISGCINTABUMI. Selengkapnya di http://www.msig.co.id/biodiversity.
Buat kamu yang juga memiliki cerita tentang kecintaan pada alam, yuk klik di sini untuk mengikuti kompetisi ini :
keberadaan hiu di teluk salah ini apakah mengganggu para diver saat menyelam? atau sebaliknya?
semoga Teluk Saleh, Moyo danTambora semakin dikenal dan dikunjungi. Tapi sebelumnya pengunjung harus diberikan pengarahan untuk menjaga lingkungan di situ agar kelestarian alam tetap terjaga.
Nggak mengganggu, Kak, kayak di Karimun Jawa dia
Hmm…sebagai wisatawan memang harus berhati2 saat menikmati alam. Jangan sampai jejak karbon kita mensuplay kerusakan alam sekitar. Selain jaga alam memang perlu proteksi diri ya termasuk pilih asuransi yang tepat.
Kadang miris melihat ketidak pedulian orang terhadap keindahan alam dan fungsinya dalam ekosistem kehidupan. Tapi kalau sudah berbenturan dengan perekonomian. Pemerintah dan masyarakat yang peduli, harus punya langkah mengatasi kesulitan satu itu. Maksudnya, orang yang merusak terumbu karang dengan bom, misalnya, karena untuk mencari uang.
Kekayaan alam Indonesia yang indah juga tanggungjawab yang ngga boleh dikesampingkan. Harus ada edukasi menyeluruh agar kita lebih cinta dan ngga merusak.
wih keren perjalsnan Kak Pri udah sampe Teluk Saleh bikin iri aja liat pemandanganya itu
Sayang banget sebenernyo terumbu karang yg langka namun tdk dirawat dgn baik malah dibom. Sudah adakah sanksi tegas utk para nelayan nakal tsb?
aku udah lama ndak snorkeling, rasanya banget banget bisa ketemu ikan-ikan kecil di laut lepas.
eh lomba ini udah diumumin kan pemenangnya, pri.
iyo sudah, aku dak menang hehe
Aku kadang berpikir apakah pariwisata itu merusah atau malah memperbaiki alam. Kadang dengan eksploitasi yang besar-besaran, alam jadi rusak. Akan tetapi ternyata tergsntung bagaimana kita menyikapinya ya.
Utopisnya, memperbaiki alam. Kenyataan, banyak yang merusak.
Mungkin karena jenis ikannya banyak, terumbu karangnya juga serta aneka flora dan fauna laut ada di Teluk Saleh maka dia disebut Aquarium Dunia.
Belum pernah kesini, jadi mupeng. Saya baru sampai Lombok dan gili-gilian maspri he. Semoga ada jodoh mengunjungi Teluk Saleh dan Aquarium Dunianya.
iya karena keanekaragaman biota lautnya umek
Kirain teluk saleh ada dimana, ternyata di sumbawa hehe
keknya adem tuh nyelup di air