Menilik Kembali Pencapaian pada Tahun 2018

Akhirnya… ya, akhirnya, pada tahun 2018, aku punya novel yang kutulis sendirian. Judulnya PHI. Penerbitnya Shira Media. Selalu kusebut “kutulis sendirian” karena sebelumnya aku punya novel lain, ditulis berempat. Judulnya 4 Musim Cinta, diterbitkan oleh Exchange.

Lega rasanya mengingat draft awal novel tersebut sebenarnya sudah jadi sejak September 2014. Kuikutkan ke Lomba Novel DKJ 2014.  Masuk nominasi pemenang pula. Namun, jalan terbit begitu panjang. Revisi demi revisi kulakukan. Dipinang, dicampakkan. Hingga akhirnya Shira Media menjadi pelabuhan sesungguhnya.

Setelah novel itu terbit, ada beberapa kejadian yang mengikutinya. Pertama, aku suka mempromosikan bukuku, sehingga aku berkenalan dengan beberapa teman dan komunitas baru. Buku itu pun dibincangkan di Katahati, di Komunitas Literasi Palembang, juga di beberapa grup literasi daring. Berkat Phi pula, aku jadi diwawancarai Majalah Pajak. Meski sayangnya, beberapa rencana bincang proses kreatif masih urung dilakukan seperti rencana di Yogya dengan penerbit, di Bandung, dan di Bogor.

Tahun 2018 pula menjadi tahun yang baik dalam perjalananku sebagai narablog. Berkat informasi dari seorang teman, Anastasya (Mamih), aku mengikuti seleksi Danone Blogger Academy 2018. Dari 600-an pendaftar, terpilih 20 peserta. Aku menjadi salah satunya.

Selama 3 pertemuan kami mendapatkan materi mengenai lingkungan dan kesehatan. Seru. Lalu kami juga melakukan field trip ke Yogyakarta dan Klaten. Tugas akhirnya, kami diminta membuat artikel dengan gaya bercerita plus video pendukung. Aku membuat Bijak Merawat Mata Air.  Alhamdulillah, aku terpilih menjadi salah satu dari 3 pemenang.

Pengalaman menjadi narablog, terutama di Kompasiana, mengantarku mendapatkan nominasi di kategori Fiksi. Aku tak menyangka pula bisa masuk menjadi salah satu dari 5 nominee. Meski tak menang, itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri buatku.

Beberapa tulisan menjadi headline di Kompasiana, dan karena cukup aktif, aku beberapa kali diundang menjadi penulis tamu dalam beberapa kegiatan yang bekerja sama dengan Kompasiana. Hal itu menjadi pengalaman tersendiri buatku.

Dalam lomba menulis, ada beberapa lomba yang kumenangkan. Yang menjadi puncak, meski hadiahnya sedikit, adalah lomba menulis puisi Liksitera Sumsel. Aku juara pertama. Lomba menulis blog Sandisk pun aku masuk menjadi salah satu pemenang, meski hadiahnya ya Sandisk saja. Lumayan. Disyukuri. Lomba menulis cerpen Shira Media, sayangnya, aku hanya menduduki peringkat IV, jadi tak mendapat hadiah apa-apa selain ikut dibukukan dalam antologi cerpen 20 besar.

Tahun ini juga menjadi tahun kembalinya aku menulis di media massa, meski belum aktif benar. Beberapa tulisanku dimuat di media seperti Detik.com, Seluang.id, Koran Serambi Aceh, Solo Pos, dan Pikiran Rakyat. Alhamdulillah. Beberapa kali pula ikut kurasi antologi puisi seperti Negeri Poci, alumni penulis MIWF, Banjarbaru Rainy Day Festival, dan Festival Sastra Gunung Bintan.

Di luar kegiatan kepenulisan, aku terhitung banyak sekali melakukan perjalanan/traveling. Tercatat lebih dari 20 curug/air terjun yang kudatangi pada tahun ini. Mulai dari Curug Ngumpet, Curug Kondang, Curug Batu Ampar, Balong Endah, Curug Nangka, Curug Daun, Curug Kawung, Curug Goa Lumut, Curug Pasir Reunyit, Curug Cigamea, Air Terjun Jumog, Parang Ijo, Grojogan Sewu, Air terjun Goa Petruk, Watu Layah, Curug Aseupan, Curug Gelosor, Curug Putri, Curug Tilu, Curug Bugbrug, Leuwi Hejo, Leuwi Lieuk, Cibaliung, dan Curug Cipanas Nagrak.

Tentu saja ada juga banyak kesedihan ataupun kegagalan. Tapi, aku tak tertarik membicarakan itu. Bukankah membagi kebahagiaan itu lebih baik?

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *