Salah satu titik balik terpenting dalam hidupku adalah manakala aku ditempatkan bekerja di Sumbawa. Saat itu, Juni 2011. Bahkan Lombok pun masih begitu sepi. Pantai yang dikenal oleh para wisatawan kebanyakan baru Senggigi. Di sana matahari terbenam begitu indah. Sedangkan tempat lain masih belum begitu terjamah. Hanya mereka yang berkocek tebal yang bisa menginap di kawasan yang kini dikenal sebagai kawasan Mandalika. Atau sebaliknya, para penjelajah yang mencari ketenangan yang akan bersua dari Mawun hingga Tanjung Aan.
Sumbawa jauh lebih sepi dari Lombok. Dari bandara (saat itu masih di Selaparang, Ampenan), kita harus menempuh jarak hampir 200 kilometer dan menyeberangi lautan selama 2 jam. Jadi, kira-kira paling cepat, waktu tempuhnya 6 jam. Jangan bayangkan fasilitas apa yang ada, Indomart saja tak ada.
Saat itu, aku belum mengerti, pulau-pulau kecil menjelang pelabuhan Poto Tano di Sumbawa Barat menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Dua di antaranya yakni pulau Kenawa dan pulau Paserang yang sering disebut sebagai dua gerbang pintu masuk pulau Sumbawa. Baru pada tahun 2012 aku tak sengaja mengunjungi pulau Kenawa itu.
Perjalanan ke pulau Kenawa itulah yang mengubahku menjadi cinta pada perjalanan.
Baca Juga: Perjalanan ke Dangar Ode
Sungguh, keindahan pulau Kenawa tak pernah kudengar sebelumnya. Seorang rekan kerja di kantor kebetulan seorang fotografer. Dia mengatakan bahwa ada pulau indah di pangkal Sumbawa yakni pulau Kenawa. Dia mengusulkan pada sebuah rencana rihlah/perjalanan teman-teman kantor sebelum bulan Ramadan, untuk mengunjungi pulau itu. Perahunya kami sewa dari Dinas Kelautan. Meski sebenarnya bisa juga menumpang kapal-kapal nelayan. Namun, kapal-kapal nelayan itu kecil dan tampak tak punya standar keselamatan yang memadai.
Setelah puas keliling Taliwang, mengunjungi masjid terbesar di Sumbawa, melihat pantai demi pantai dari Maluk, Lawar, Batu Bolong, hingga ke Sekongkang, keesokan harinya kami menyeberang ke pulau Kenawa.
Pulau Kenawa adalah definisi dari pulau eksotis sesungguhnya. Terlebih bila kita ke sana pada musim kering.
Pulau kecil yang ditempuh hanya sekitar 30-45 menit dari pulau Sumbawa itu memiliki satu bukit kecil di tengah-tengahnya. Ilalang yang cukup tinggi, seukuran pinggang, berwarna kecokelatan. Di kejauhan nampak gunung Rinjani.
Wajib hukumnya kita naik ke bukit itu. Dari atas kita saksikan bentangan panorama tak terperanai indahnya. Langit yang biru. Bukit-bukit tandus di pulau Sumbawa. Gradasi warna lautan yang beragam birunya. Dari biru gelap hingga ke biru begitu muda sebelum bertemu dengan pasir yang sedemikian putih dan bersih. Kapal-kapal laut yang mengantre bersandar di dermaga atau yang baru berangkat ke pelabuhan Kayangan di Lombok menambah keindahan itu.
Angin cukup kuat menerpa sehingga kita perlu berhati-hati dalam menjaga keseimbangan. Saat kuletakkan tripod, tripod itu pun kehilangan keseimbangannya. Terempas oleh angin yang tak punya hati itu.
Itu dulu tahun 2012. Sekarang, pulau Kenawa sudah begitu populer. Berbagai fasilitas seperti toilet sudah dilengkapi. Namun semakin ramai, semakin rawan pula pulau ini dari tangan jahil manusia. Pernah suatu ketika kondisi sampahnya sudah sangat parah sampai-sampai kelompok Adventurous Sumbawa berjuang mengumpulkan sampah di pulau. Tak tanggung-tanggung, 3 kapal penuh muatan sampah terkumpul.
Pernah juga beberapa kali pulau Kenawa itu terbakar. Perilaku orang yang berkemah di Kenawa yang tak hati-hati dalam menjaga api dan bara membuat pulau eksotis itu terlalap api semuanya. Padang ilalang yang coklat itu berubah menjadi warna arang. Perlu menunggu musim hujan agar keindahan itu terehabilitasi kembali.
Oh ya, pulau Kenawa di musim hujan akan berubah menjadi padang ilalang berwarna hijau seperti bukit-bukit teletubies.
Baca Juga: Pantai Leppu di Labangka
Dulu, ke Sumbawa dari Mataram hanya mengandalkan travel. Bis lebih susah. Sedangkan pesawat datang kemudian dan kini tarifnya kian mahal.
Sekarang moda transportasi untuk mencapai Sumbawa lebih banyak dan beragam. Salah satunya DAMRI. Bandara Lombok yang pindah di Praya juga jauh dari pusat kota. Kita juga bisa naik DAMRI kalau mau ke Mataram untuk membeli oleh-oleh semacam mutiara.
Tidak perlu repot-repot untuk mencari tiket DAMRI. Sekarang kita bisa beli tiket bus DAMRI secara online.
Pokoknya mah, kamu harus menjadikan Kenawa dan Paserang juga sebenarnya—sayang aku belum kesampaian sebagai destinasi wisatamu. Dan ingat, kedua pulau itu barulah pintu gerbang sebelum memasuki berbagai keindahan yang tersaji di Sumbawa dengan berbagai pantai dan air terjun serta kenikmatan kuliner yang memberikan pengalaman baru bagi lidahmu.
2 Comments