Mengenal Majas Sinekdoke Pars Pro Toto dan Totem Pro Parte

Majas sinekdoke pars pro toto dan totem pro parte, pernah mendengar kedua majas tersebut?  Aku yakin sekali hanya sebagian dari kita yang masih mengenal keduanya. Tentang kedua majas sinekdoke ini padahal pernah kita pelajari saat masih duduk di bangku SMP lho.

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menggunakan kata dengan maksud yang menunjukkan hal lain di luar kata yang diungkapkan. Sebagian orang mengatakan bahwa sinekdoke adalah majas perbandingan. Sebagian lagi bilang sinekdoke adalah majas pertautan. Sinekdoke ini terbagi menjadi 2 macam yaitu Pars Pro Toto dan Totem Pro Parte.

majas sinekdoke pars pro toto dan totem pro parte

Majas Sinekdoke Pars Pro Toto

Majas sinekdoke pars pro toto adalah majas yang menyatakan suatu objek yang utuh dengan suatu bagian dari objek itu.

Contoh majas pars pro toto yang paling umum adalah dalam kalimat, “Sejak kemarin aku tidak melihat batang hidung Zane.”

Frasa “batang hidung” merupakan majas pars pro toto. Batang hidung adalah sebuah bagian kecil dari Zane. Padahal frasa tersebut bermaksud untuk menyatakan Zane seutuhnya, tidak sebatas batang hidungnya saja.

Contoh lainnya ada frasa “seekor beruang”. Tentu bukan cuma ekornya beruang yang dimaksud, melainkan beruang seutuhnya.

Contoh majas sinekdoke pars pro toto juga dapat ditemukan dalam kalimat berikut ini:

  • Untuk dapat memasuki bioskop itu, per kepala diwajibkan membayar tiket seharga Rp10.000.
  • Warga Kendeng terpaksa angkat kaki dari tanah pemerintah yang sudah didiaminya selama puluhan tahun.
  • Kukirim sepucuk surat cinta ini untuk mengobati rasa rindu yang semakin menggebu.
  • Dari pintu ke pintu, aku mencoba menawarkan dagangan.
  • Gamelan yang dimainkan dalam acara itu berhasil memanjakan telinga pengunjung yang datang.

    Baca Juga: Diksi dalam Puisi


Majas Sinekdoke Totem Pro Parte

Majas sinekdoke totem pro parte adalah kebalikan dari majas sinekdoke pars pro toto.

Gaya bahasa totem pro parte adalah majas yang menyebutkan bagian besar dari sesuatu untuk mewakili sebagian atau menyatakan suatu bagian dari objek dengan objek lain yang lebih luas maknanya.

Contoh majas totem pro parte yang paling sering digunakan misalnya, “Indonesia baru saja kalah dari Malaysia dengan skor 2-3.”

Tentu saja maksud kalimat di atas adalah berhubungan dengan tim nasional sepakbola Indonesia yang kalah bertanding melawan tim nasional sepakbola Malaysia. Bukan menyatakan negara Indonesia secara keseluruhan melawan negara Malaysia.

Selain pada kalimat di atas, contoh majas sinekdoke totem pro parte juga bisa dilihat di dalam kalimat berikut:

  • Menjelang musim hujan, warga RT 01 sedang mengadakan kerja bakti membersihkan selokan.
  • SMA N 1 Sragi, Lampung Selatan berhasil menyabet juara 1 di semua lomba dalam acara peringatan 17 Agustus ini.
  • Penelitian-penelitian yang dilakukannya menjadi masukan bagi perkembangan teknologi Indonesia masa kini.
  • Liverpool mencetak gol kemenangannya pada menit ke 90.
  • Polri berhasil meringkus kawanan  begal yang sering beraksi di daerah Palembang.
  • DPR berusaha melemahkan KPK.

Pring

Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Sekarang tengah bertugas di Subdit Pembinaan Proses Bisnis dan Hukum, Direktorat Sistem Perbendaharaan. Lulusan Akuntansi Pemerintahan STAN 2010 ini suka jalan-jalan.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *